gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

BERCINTA DENGAN GURUKU




Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas
keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan
fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa
bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.

Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan
guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu
Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat
menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga
lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab
sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah
kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya
adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya
tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus
pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil
menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.

Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas
sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir
jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah
lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun
mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana
rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika
Ibu Shinta memanggilku.

"Kenapa Jack"
"Ah.. tidak apa-apa", jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat
merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di
sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
"Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan", kata Ibu Shinta.
"Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya", jawabku dengan
ragu-ragu.
"Terima kasih Jack".

Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku
suka kepadanya, "Oh my God what i'm doing", dalam hatiku. Ternyata
keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar
dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta
ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya
pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami
berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan
kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam
kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan
bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa
tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan
cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga,
Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.

Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya
dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak
mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan
kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya
yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas
kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan
tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang.
Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing
bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat.
Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat
besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat
seksi.

Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah
telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-
lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga
badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, "Jack
kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya
dulu dong", bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan
birahinya yang juga mulai naik.

Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan.
Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke
Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan
merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya.
Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang
amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal
pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga
besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian
sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

"Mau apa kau sshh... sshh", tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku
erat-erat.
"Ooo... oh.. oh..", desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai
bermain-main di gundukan liang kenikmatannya.
Tampak dia keenakan
meski masih dibatasi celana dalam.

Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat
rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris
yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut
yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir
kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan
melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus
mengangkat-angkat pinggulnya. "Aahh... Kau pintar sekali. Belajar
dari mana hh..."

Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya
menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi
maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya,
meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di
rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak
tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan
diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. "Uh
kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?", tanyanya diantara
kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab.
Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak
menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia
telanjang dada.
Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini
dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih
mulus.

"Nggak adil. Kamu juga harus telanjang.." Ibu Shinta pun melucuti
kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang
tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di
atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke
selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun
lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta
mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir
lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak
naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.

"Gantian dong.." Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang
kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi
lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang
kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. "Justru di situ nikmatnya..,
Selama ini sama suami main seksnya gimana?", tanyaku sambil menciumi
payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku
dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua
payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku
tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja
membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.

Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah
ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku
mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya.
Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta
agak gemetar. "Ohh...", desahnya ketika sedikit demi sedikit batang
kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku
masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin
terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua
payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.

Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke
pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme.
Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. "Ooo... ahh... hmm...
ssshh...", desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan
puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa
saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang
berkeringat. "Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas
meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!" Aku mengatur
badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan
kakinya. "Gaya apa lagi ini?", tanyanya.

Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari
belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan
kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah
dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami
istirahat.
"Capek?", tanyaku. "Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-
tulangku".
"Tapi kan nikmat Bu..", jawabku sambil kembali meremas payudaranya
yang menggemaskan.
"Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar
spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku.
Sekarang Ibu Shinta yang di atas", kataku sambil mengatur posisinya.

Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar
memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk
tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta
tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian
cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah
nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat
menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa.
Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan
dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan
frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. "Oh Ibu Shinta..,
aku mau keluar nih ahh.." Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam
liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks.
Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat
menjepit batang kemaluanku.
Lima menit lebih kami dalam posisi rileks
seperti itu.

Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-
puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.
Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan
bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan
sorenya baru bisa kujemput.

Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di
mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat
parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu
Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun
mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah,
dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah
basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. "Uuuhh..,
mmmhh..", Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke
ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.

Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang
dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting
susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi,
berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian
belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak
sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit
kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua
pahanya. "Ehhh..., mmmhh..". Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku
dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali
lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.

"Ooohh.., aduuuhh..". Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika
lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu
rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya
mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat
tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak.
Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya
membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu
Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku
membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-
langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. "Mmmhh..., mmmhh..,
ooohhm..". Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala
kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas
dadanya dan membelai kemaluannya. "Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak..,
teruuuss...", erangku.

Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap
liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang
menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya.
Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa
sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. "Ibu Shinta..,
ooohh.., enaaak.., teruuus", teriakku. Dia mengerti kalau aku mau
keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang
kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam,
lalu.., "Creet.., suuurr.., ssuuur.."

"Oughh.., Jack.., nikmat..", erangnya tertahan karena mulutnya
tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat
akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan
kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, "Crooot.., croott..,
crooot..", banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.

"Aaahkk.., ooough", ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan
masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku
melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma
kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling
membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah
di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan
Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. "Ohm, masuk.., augh..,
masukin"

Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan
Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku
terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan,
tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih
dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, "Aduhhh.., ssshh.., iya..,
terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack"

Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu
membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di
atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di
kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan
pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok
payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai
puncak.

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan
iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat.
Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti
menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang,
dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika
aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku
di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan
orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan
tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak
bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
Read More..

ANGIE CEWEK YANG MANIS



Nama saya Don, kini masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di
Bandung. Cerita ini terjadi kira-kira setahun yang lalu. Setelah
menyelesaikan Ujian Akhir Semester, saya pulang ke Jakarta dengan KA
Parahyangan. Perjalanan berlangsung lancar, dan sesampainya di
Stasiun Gambir, saya langsung berjalan menuju halte bus di seberang
stasiun untuk menunggu bus Steady Safe ke arah rumah saya. Di halte
bus, saya melihat seorang cewek SMA yang seksi, putih mulus dan
cantik sekali serta mempunyai payudara yang bisa membuat setiap laki-
laki menelan ludah. Pokoknya boleh dibilang, cewek seperti dia di
kampus saya tidak bakal ketemu deh. Maklum deh, di kampus saya
mayoritas mahasiswanya cowok, apalagi di jurusan saya. Tanpa berpikir
panjang, saya pun berkenalan dengan cewek itu. Namanya Anggie, dan
karena bus jurusan ke rumah saya sudah datang, saya pun langsung
memberi alamat kos saya di Bandung beserta nomer teleponnya.

Keesokan harinya saya bersama ibu dan adik saya berlibur ke Singapore
selama 4 hari. Kami menginap di Orchard Parade Hotel. Di Singapore,
karena berbeda dalam hal selera berbelanja, saya berjalan sendiri,
sedangkan ibu dan adik saya berjalan berdua. Liburan itu hanya saya
isi dengan berjalan keliling Singapore sendirian mulai dari Orchard
sampai Bukit Batok, semua daerah saya datangi. Setelah 4 hari kami
balik ke Jakarta, dan keesokan harinya saya langsung ke Bandung untuk
persiapan berangkat Kerja Praktek ke luar pulau.

Pada saat saya tiba di kos saya di Bandung, saya mendapat surat
kiriman dari Anggie, yang intinya menanyakan kapan saya main ke
Jakarta lagi. Keesokan harinya saya langsung balik ke Jakarta lagi,
meskipun ibu saya sampai bingung kenapa nih anak bolak-balik Jakarta-
Bandung. Malamnya saya menelepon Anggie dan kami janjian ketemu di
depan sekolahnya di kawasan Gambir.

Keesokan harinya kami pun bertemu sesuai dengan janji kami. Langsung
saja kami meluncur ke Blok M Plaza. Dalam perjalanan itu, Anggie
berulang kali meletakkan tangannya di paha kiri saya. Saya pun
langsung terangsang, meskipun saat itu saya berpura-pura cuek saja.
Karena saat itu saya memakai jeans, ereksi tersebut membuat saya agak
kesakitan. "Ntar lagi dong, Nggie..., sakit banget nih". Anggie pun
menghentikan rangsangannya sambil tersenyum menertawakan sakit yang
saya rasakan. Sampai di Blok M kami pun berjalan keliling plaza
s
ambil bergandengan tangan. Setelah sekitar 2 jam, kami kembali ke
mobil.

Sesampainya di mobil, saya menyuruh Anggie agar dia duduk di kursi
belakang saja dengan alasan untuk bercerita dulu. Sambil bercerita
tiba-tiba Anggie meminta saya memangkunya. Kesempatan ini tidak saya
sia-siakan, langsung saja tangan saya membelai rambutnya, meremas
payudaranya, namun pada saat tangan saya meremas kemaluannya, tiba-
tiba Anggie berbalik dengan agresifnya dan langsung saja tangan
kanannya masuk ke dalam CD saya. Kontan saja saya tak berdaya
dibuatnya.
"Don, asyik nggak Don..?", bisik Anggie sambil mencium bibir saya.
"Iya.., iya.., asal jangan ditarik keras-keras, Nggie..", balas saya
sambil mencium bibirnya. Anggie pun tertawa nakal.

Lalu kedua tangannya membuka retsleting jeans-ku serta CD-ku sehingga
saya tinggal mengenakan T-Shirt saja. Merasa terpojok, langsung saja
saat itu juga saya "menggeledah" seragam SMA Anggie, mulai dari
pakaian dan BH-nya, namun saya masih ragu-ragu untuk membuka roknya.
Tangan kami saling berebutan meremas-remas "jantung pertahanan" lawan
sedangkan lidah kami saling berciuman dan menjilat-jilat lidah lawan.
Tanpa terasa batang kemaluan saya mulai mengembang tegak penuh
rangsangan. Don.., jangan kasar dong..!", kata Anggie kepadaku.

Pada saat tanganku masuk ke CD-nya, terasa mulai banyak cairan yang
baunya baru pertama kali saya rasakan. "Ehggg.., ehhggg.., Don..,
saya ingin jilat anu kamu Don.., cepet Don..!". Tanpa berpikir
panjang langsung saya arahkan batang kemaluan saya ke mulut Anggie
dan dia pun langsung menikmatinya meskipun agak kewalahan juga.
"Nggie siap-siap Nggie.., gue udah mau keluar nih.."
"Nt
ar Don.., jangan dulu..", kata Anggie sambil menutup matanya.
Tapi saya sudah tak kuasa lagi menahan nafsu ini. Langsung saja saya
menggenjot batang kemaluan saya dengan kencang sehingga mobil tempat
kami "praktikum" bergoyang lumayan hebat. Untung saja orang dalam
mobil
di samping sedang asyik berbelanja.

Pada saat itu tangan Anggie langsung memeluk pantat saya, dan jari-
jarinya sekali-kali meremas biji peler saya. Saya pun terus menambah
genjotan saya sampai optimum sehingga Anggie terpaksa setengah
menggigit senjata saya agar tidak lepas. "Mmhhh.., mmhhh..,
mhuuhhh..", seakan-akan Anggie menelan ludahnya sehinga saya merasa
semakin bergairah. Dan tak lama kemudian, "Crot.., ccrrottt..,
crottt.." Sperma saya keluar dan langsung ditelan Anggie sambil
menjilat-jilat batang kemaluan saya.

Kami pun terkulai lemas untuk beberapa saat, karena melihat satpam
Blok M Plaza berjalan ke arah kami, maka kami segera memakai kembali
pakaian kami masing-masing, meskipun dalam hati kecil saya merasa
belum puas karena belum sempat mengulum payudara dan liang kenikmatan
Anggie. Namun Anggie merasa puas sekali dengan permainan yang baru
kami lakukan. Kami pun meninggalkan Blok M Plaza untuk mengantar
Anggie ke arah rumahnya di kawasan Jakarta Timur.

Dalam perjalanan ke rumah Anggie, saya melihat ada satu kompleks
perumahan yang lumayan sepi. Langsung saja saya membelokkan mobil
saya ke arah kompleks itu, Anggie pun kebingungan. Kami berhenti di
bawah sebuar pohon yang rindang di daerah yang sepi dari kompleks itu.
"Nggie.., gue masih ingin Nggie..", bisik saya ke telinga Anggie.
Langsung saja saja cium bibir dan pipinya, hingga pipinya kemerah-
merahan akibat saya cupang. Kemudian ciumanku turun ke leher dan
akhirnya sampai juga di payudaranya.

"Toket loe oke punya Nggie..", ujarku.
Anggie yang sedang mendesah berusaha tertawa ringan mendengar
pujianku.
"Rudal kamu juga lumayan kok Don..!", balas Anggie.
Saat itu kedua tangan Anggie hanya bisa memeluk punggung saya karena
tidak berdaya menahan ciuman dan bahkan sesekali gigitan saya.
"Nggie.., loe nungging deh Nggie..", ajak saya.
Anggie pun menurut saja. Dari belakang saya arahkan batang kemaluan
saya ke liang kenikmatannya sedangkan tangan saya meremas kedua
payudaranya dan kaki saya menjepit kakinya. Tampak Anggie kegelian
merasakan bulu-bulu kaki saya yang menjepit kakinya yang mulus itu.
Tangan Anggie pun tampak tidak mau kalah, dia arahkan kedua tangannya
ke punggung saya sehingga kami berdua menyatu erat sekali.

"Oke Nggie.., udah siap say..?", tanyaku mengingatkan Anggie yang
masih mendesah.
"Mulai aja Don.., sapa takut..", jawab Anggie penuh percaya diri.
Mulailah saya lakukan gesekan-gesekan ringan yang membuat Anggie
sesekali mendesah keras. Mobil pun kembali mulai bergoyang hebat.
"Tahan yah Nggie.., pasti enak kok..", rayu saya padanya.
"Iya Don.., saya tahan kok Don..", sahutnya.
Tanpa terasa keringat di punggung saya terasa begitu panas sehingga
mengganggu "praktikum" kami.

Agar bisa sambil berciuman, saya membalikkan kepala Anggie ke
belakang sehingga kami tetap bisa sambil berciuman dengan penuh nafsu
birahi. Saya sadar bahwa gaya ini merupakan gaya egois saya karena
semua onderdil saya dapat menikmati onderdil Anggie, sedangkan Anggie
hanya bisa berciuman, itu pun kepalanya berbalik arah. Sesekali agar
Anggie tidak mendesah begitu keras, saya cubit pahanya sehingga dia
tersenyum ringan.
"Ayo Nggie.., lawan saya Nggie", tantang saya sombong pada Anggie.
Anggie pun seakan-akan tak mau kalah, payudaranya mulai mengeras dan
liang kenikmatannya mulai mengeluarkan cairan, namun ciumannya seakan-
akan mulai mengalahkan ciuman saya. Saya pun mulai kewalahan
sekalipun posisi badan saya lebih menguntungkan.

"Oke Nggie.., mulai lagi yaa sayang..", bisik saya.
"Mmhhh.., mmmhhh.., Don.., peluk aku Don..", teriak Anggie seolah-
olah ingin lebih merasakan kenikmatan.
Kami pun bercinta dengan gaya kucing di dalam mobil. Genjotan yang
saya lakukan semakin bertambah keras dan kencang sehingga Anggie
seakan-akan sudah tidak berdaya lagi. "Ahhh.., ahhh.., ahhh..,
auuhhh..", terdengar sayup-sayup genjotan saya pada liang kenikmatan
Anggie. Dan saya pun mulai merasakan bahwa permainan sudah mau
berakhir.
"Don.., enak Don.., tambah lagi Don.., lagi sayaang.., lagiii..!",
teriak Anggie lumayan keras. Dan akhirnya, " Crot.., croott..,
crooot.., crooottt", keluarlah cairan yang begitu banyak sehingga
permainan berakhir sambil kami tetap terus berciuman. Kami pun
tertidur lagi, dan karena sudah lumayan malam saya mengantar Anggie
pulang ke rumahnya.

Sampai di rumah Anggie kira-kira jam 11 malam. Saya tidak tahu apa
yang dikatakan Anggie kalau orang tuanya menanyakan dari mana saja.
Pakaian seragam Anggie begitu kusut bahkan ada beberapa tetes sperma
saya yang mengenai rok SMA-nya. Saya pun pulang ke rumah dan tiba di
rumah sekitar jam 11.45. Untung semuanya sudah tidur tinggal pembantu
yang membukakan pintu. Di dalam kamar tidur saya merenung, menangis
tapi puas betul, pokoknya semua perasaan bercampur baur.

Keesokan harinya saya hanya menelepon Anggie, menanyakan kabarnya.
Saya berpamitan lewat telepon karena besok harus balik ke Bandung dan
selanjutnya berangkat Kerja Praktek. Anggie menanyakan jam
keberangkatan saya.

Keesokan harinya tepat saat berada di lantai atas stasium Gambir saya
kaget setengah mati, ternyata ada cewek cantik berseragam SMA
menunggu di pinggir kereta Parahyangan. Anggieee..!
Kami pun berciuman di depan umum, kontan semua orang heran melihat
gelagat kami, kami lupa kalau ini sudah bukan di dalam mobil lagi.

Anggie pun mengantarkan saya meletakkan tas saya di
dalam kereta. Dan
kami hendak kembali ke luar kereta untuk sekedar ngobrol-ngobrol.
Saat melewati toilet KA Kelas Eksekutif karena melihat toilet kosong,
otak saya langsung "berpikir efisien" lagi. Segera tangan saya
menyambar tangan putih Anggie sehingga kami berdua masuk ke toilet
yang sempit itu.

"Nggie.., loe masih mau gue cium nggak Nggie", tanya saya.
"Boleh aja Don.., asal jangan kenceng-kenceng seperti kemarin dulu",
jawabnya.
Kami pun berciuman di toilet itu lama sekali dengan tangan saling
memeluk mengingat keterbatasan waktu untuk bermain lebih lama lagi.

Tiba-tiba ada yang mengetuk keras-keras pintu toilet sehingga kami
berdua sangat panik.
"Don.., entar aja Don.., rapiin baju du
lu!", kata Anggie.
Kami pun saling merapikan baju kami, dengan deg-
degan kami keluar
dari toilet. Langsung saja si pengetuk pintu berteriak, "Busyet dah
nih orang.., ke WC barengan..!". Kami pun panik sambil pura-pura
tidak mendengar padahal banyak sekali orang yang melihat kejadian itu.

Kereta pun berangkat ke Bandung. Kami hanya bisa saling memandang
saat kereta mulai bergerak seakan-akan masih belum puas atas hasil
kerja keras kami. Sesampainya di Bandung saya masih sering melamun di
kamar kos bahkan di kampus, seandainya saat ini Anggie menari bugil
di depan saya. Kami pun hanya saling telepon, terlebih lagi pada saat
saya kerja praktek di luar pulau.

Sekembalinya kerja praktek, saya pernah hendak membeli koran di dekat
tempat parkir motor di kampus. Tanpa sengaja ada anak remaja cewek
yang membeli sebuah majalah remaja. Saya mencuri-curi melihat isi
majalah tersebut saat cewek itu sedang membaca majalah tersebut. Ya
Tuhan.., ternyata Anggie menjadi profil di halaman muka majalah itu.
Malamnya saya interlokal ke Jakarta menanyakan hal tersebut. Ternyata
hal tersebut sudah berlangsung lama, Anggie memang seorang model di
majalah tersebut bahkan pernah membintangi iklan bedak di televisi
(sekarang tidak lagi). Saya saat itu merasa bingung sendiri, mengapa
baru tahu sekarang, maklumlah meskipun di kos-kosan saya ada televisi
namun kalau ada iklan saya tidak terlalu memperhatikannya.

Sekarang ini sudah setahun kejadian itu berlangsung. Kalau saya
sedang di Jakarta, seringkali saya menelepon Anggie dan menjemputnya,
namun kami tidak melakukan seperti yang sudah-sudah. Kami "hanya"
beradu ciuman di tempat parkir Mall (paling ser
ing Pondok Indah
Mall). Yang kalah dalam adu ciuman harus mentraktir di sebuah
restora
n Itali di PIM. Skor sampai dengan saat saya mengetik tulisan
ini masih 3-2 untuk keunggulan Anggie. Doakan
agar saya dapat
menyamakan kedudukan
Read More..

HERMAN SANG PERKASA




Tak lama setelah saya mengirim kisah nyata saya itu, saya banyak
menerima kiriman e-mail dari para pembaca yang menyukai kisah saya
dan banyak dari mereka yang ingin bercinta dengan saya sehingga terus
terang saya sering bermasturbasi sambil membaca e-mail mereka satu
persatu dan tentunya saya membuka e-mail saya ketika Erick tidak ada
di rumah.

Diantara e-mail yang saya terima, saya mengenal satu cowok Indonesia
yang kebetulan membaca kisah saya dan dia juga berada di Roma, Italy.
Nama cowok itu adalah Herman Irwanto. Karena dia berada di Roma, maka
pada suatu kesempatan ketika Erick berada di luar rumah, saya
mengajak Herman untuk datang main-main ke rumah saya. Herman Irwanto
adalah seorang pemuda yang cukup tampan, tingginya sekitar 180 cm dan
memiliki perawakan yang sedikit mirip dengan bule. Menurut
pengakuannya, dia masih keturunan orang Italy makanya perawakannya
mirip seperti bule. Sewaktu dia datang ke rumah saya, dia melihat si
Polly yang berada di dalam kandang dan dia langsung tersenyum kepada
saya karena dia mengetahui apa yang saya lakukan bersama Polly
sebelum dia mengenal saya.

Saya sebenarnya mengenal dia hanya karena keisengan saya menjawab e-
mail Herman yang berada di mailbox saya. Keisengan dan kata-
kata "ngeres" saya kepada Herman membuat dia semakin ingin bertemu
dengan saya dan akhirnya karena saya membutuhkan kehangatan sewaktu
kekasih saya tidak ada, saya memberikan alamat kepada Herman yang
kebetulan berada di Italy. Sehingga 1 hari setelah perkenalan saya
dengan Herman lewat Hotmail, saya kemudian mengajaknya datang ke
rumah saya disaat Erick tidak ada di rumah.

Kemudian saya mengajaknya masuk ke rumah saya yang lumayan besar.
Herman duduk di ruang tengah sementara saya menyiapkan air sirup
untuknya. Ketika saya sedang menyiapkan sirup untuknya, tiba-tiba
saya merasakan ada pelukan di belakang saya dan saya baru menyadari
bahwa Herman sudah ada di belakang saya dan dia menciumi leher saya
yang jenjang. Ciumannya yang lembut membuat nafsu erotis saya bangkit
kembali dan dengan gerakan refleks saya langsung berbalik ke arahnya
dan langsung mencium bibirnya. Saya langsung memainkan lidah saya di
dalam mulutnya sementara tangan Herman sedang mengusap-usap paha saya
dan dilanjutkan bermain di balik rok saya. Dengan tenangnya, Herman
melepaskan celana dalam saya dan m
enggendong saya ke dalam kamar
saya. Saya masih terus mencium bibir Herman.

Sewaktu di ranjang, saya hanya diam saja sewaktu Herman menelanjangi
saya. Sewaktu saya sudah tanpa busana, Herman membuka pakaiannya
sehingga saya bisa melihat sosok laki-laki macho di depan saya. Saya
sempat menelan ludah melihat batang kemaluannya yang berukuran 23 cm
yang lebih besar beberapa cm dari batang kemaluan Erick dan tentunya
lebih besar dari Penis Polly.

Dengan tangkasnya, Herman langsung mendekati liang kenikmatan saya
dan dengan tangkasnya dia langsung menjilati liang kenikmatan saya.
Klitoris dan bibir kemaluan saya disapu bersih oleh lidahnya dan hal
ini membuat saya menjadi gemetaran karena menahan kenikmatan yang
tiada tara ini. Saya kemudian mendorong kepala Herman supaya lebih
semangat memainkan lidahnya di kelamin saya dan selain itu, saya
sudah hampir mendekati klimaks yang begitu saya impikan selama ini.
Jilatan-jilatannya yang ahli akhirnya membuat saya menyerah, kemudian
secara tiba-tiba saya jepit kepala Herman sehingga dia susah
bernafas. Saya merasakan sesuatu yang maha dasyat yang keluar dari
liang kenikmatan saya. Cairan saya banyak sekali dan langsung disapu
bersih oleh Herman dengan lidahnya sehingga nafsu seks saya menjadi
bangkit kembali karena ulah Herman ini.

Kemudian Herman menghentikan permainan oralnya dan dia mulai
mengacungkan batang kemaluannya yang semakin besar sehingga membuat
saya menelan ludah berkali-kali karena saya yakin sebentar lagi saya
akan menikmati kenikmatan yang tiada tara dari batang kemaluannya
yang maha besar itu. Sambil berusaha memasukkan batang kemaluannya ke
dalam liang kenikmatan saya, dia menjilati payudara saya yang semakin
mengeras karena nafsu saya tersebut. Payudara saya ini habis dilumat
oleh mulut dan permainan lidahnya, sementara batang kemaluannya
berhasil menyeruak masuk ke dalam liang kenikmatan saya sehingga saya
menjadi blingsatan sewaktu batang kemaluannya menguasai liang
kenikmatan saya. Herman terus-menerus menekan tubuh saya dengan
batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya sementara tangannya
sudah aktif dan mengelus-elus payudara saya yang mulai mengeras.

Kemudian dengan tenaganya yang luar biasa, dia menggendong saya
secara mendadak sehingga secara refleks, saya juga menyilangkan kaki
saya yang cukup panjang ke belakang punggungnya. Sambil terus
mengocok batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya, dia
menggendong dan membawa saya ke ujung dinding kamar saya. Saya
bersandar pada dinding sementara tubuh saya masih berada dalam
ge
ndongannya. "Ohhh.. nikmattt.. sekali", para pembaca, Herman benar-
benar membuat saya semakin menyukai permainan seks ini.

Sambil terus menggenjot saya, dia berkata kepada saya "Florence
sayang, mana yang lebih enak bercinta dengan Herman atau dengan
Polly?" dan saya menjawab sambil mendesah, "Arrrgghhh... sama
Hermannn.. ehmmm.." dan sehabis saya mengucapkan kata-kata itu, mulut
saya habis dilumat oleh mulutnya dengan kasar, kemudian Herman
menurunkan saya dan menyuruh saya untuk telungkup di ranjang. Setelah
saya membelakanginya, Herman dengan cepatnya memasukkan batang
kemaluannya yang sudah berkilat karena bercampur cairan kewanitaan
saya ke dalam anus saya. Tentunya saya merasa kesakitan karena terus
terang saya belum pernah melakukan anal seks. Tetapi ketika batang
kemaluan Herman menusuk-nusuk lubang dubur saya, saya merasakan
sesuatu sensasi yang sungguh susah dilukiskan oleh kata-kata.

Herman sepertinya tidak perduli dengan apa yang dia lakukan karena
dia terus-menerus menggenjot tubuh saya dengan batang kemaluannya
yang besar itu. Herman menggenjot tubuh saya sambil tangannya meremas
payudara saya sehingga saya semakin berteriak tidak karuan.

Tidak lama kemudian, Herman mengeluarkan batang kemaluannya kembali
dan dia langsung tiduran di ranjang. Saya mengerti apa maksudnya,
saya langsung bangkit dan kemudian duduk di atas tubuhnya. Saya
mengarahkan rudalnya untuk masuk ke dalam liang kenikmatan
saya. "Blesss", masuklah batang kemaluannya yang besar dan saya mulai
menggoyang-goyangkan tubuh saya ke atas dan ke bawah sambil saya
meliuk-liuk membentuk suatu sillhoute. Sambil terus menggenjot tubuh
Herman, saya memencet payudara saya. Hingga tidak berapa lama, saya
merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam liang kenikmatan
saya dan saya yakin bahwa saya akan mencapai masa orgasme sehingga
saya berteriak kepada Herman dan saya mengaku kepadanya bahwa saya
akan keluar.

Herman semakin memperce
pat gerakannya sambil tangannya memeluk saya
dengan kencang. Desakan batang kemaluan Herman yang panjang di dalam
liang kenikmatan saya akhirnya membuat saya mengeluarkan suatu cairan
keindahan dan saya bergetar hebat untuk beberapa menit dan sewaktu
saya sedang menikmati tiap menit kenikmatan ini, saya kembali sadar
bahwa Herman tidak boleh menembakkan spermanya di dalam liang
kenikmatan saya karena saya takut hamil. Akan tetapi karena saya
begitu nikmatnya sehingga saya lupa untuk memperingatkan Herman dan
akhirnya Herman menembakkan cairan kentalnya lewat rudal privatnya ke
dalam liang kenikmatan saya sehingga saya kembali merasakan sensasi
yang luar biasa ketika spermanya membasahi liang kenikmatan saya.
Herman kembali mencium saya sambil berkata, "Lain kali jika mau
bercinta, jangan sama Polly, kamu bisa telpon saya", dan setelah itu
saya istirahat dalam pelukannya dan saya mencium keningnya karena
saya suka atas permainannya.

Inilah kisah nyata saya sewaktu Erick tidak ada di rumah dan setelah
Read More..

REUNI SMA MEMBAWA NIKMAT



Suatu hari kami mengadakan reuni dengan teman-teman SMA satu kelas
kami dulu. Reuni disepakati tidak dalam bentuk seperti biasanya,
yaitu di sekolah ataupun di gedung. Tapi reuni ini dilakukan di
daerah pantai Pangandaran. Jumlah kami keseluruhan satu kelas
mencapai 40 orang. Kami mencarter bis dari tempat mangkal kami di
suatu sekolah di Bandung menuju ke Pangandaran, meskipun ada juga
yang membawa kendaraan pribadi. Lama perjalanan sekitar 4-5 Jam.
Sesampainya di pangandaran, kami menyewa rumah-rumah penduduk yang
memang sangat banyak disewakan di Pangandaran.

Singkat cerita Kami telah sampai di Pangandaran, dan menyewa sekitar
10 rumah dan tiap rumah diisi 4 orang. Karena jumlah wanita ada 14
orang, maka ada 2 orang wanita yang serumah dengan pria. Kebetulan
semua sudah menempati kamarnya masing-masing, karena aku, Herry,
Linda, dan Sandra yang naik mobil Katanaku yang datang terlambat
menempati rumah yang sama. Rumah yang kami tempati ukurannya sekitar
9 X 6 meter dengan 2 kamar tidur. Ada sebuah ruang tamu, kamar mandi,
dan dapur. Rumahnya cukup bagus untuk ukuran di daerah ini. Berlantai
keramik putih, dan terlihat bersih terawat dan ada sebuah TV di ruang
tamu.

Herry dan aku adalah teman akrab sejak SMA, tetapi sekarang Herry
kerja di Bandung, dan aku di Jakarta. Sedangkan Linda dan Sandra juga
kerja di Jakarta. Linda merupakan salah satu bunga sekolah di SMA
kami dulu. Meskipun satu kelas, aku tidak begitu akrab dengan Linda
waktu SMA dulu. Singkat kata, Jam 17.00 kami semua kumpul di pantai
Pangandaran untuk mengenang kembali masa-masa SMA dulu. Ada yang
bermain sepak bola, volley, dan ada juga yang duduk membicarakan dan
menggosipkan teman SMA-nya dulu. Sedangkan Linda aku lihat malahan
duduk menyendiri di pasir. Sepertinya ada sesuatu yang dipikirkan.

Sebenarnya aku sejak kelas 2 SMA naksir berat pada Linda, tapi
berhubung tiada keberanian, dan juga terlalu banyak saingannya,
akhirnya cuma jadi story bagiku. Tinggi Linda sekitar 165 cm, dengan
tubuh seksi dan proporsional, kalau aku gambarkan mirip dengan
penyanyi CA, dengan rambut sebahu dan bibir yang sensual. Tentunya
membuat kumbang-kumbang tak jauh-jauh dari bunganya. Dengar-dengar
sih dia sudah menikah dengan seorang pengusaha di Jakarta 2 tahun
yang lalu.
"Eh... kenapa melamun sendirian... entar kesambet setan loh!" kataku
sambil duduk di pasir di samping Linda. Dia pun hanya tersenyum
simpul.
"Eh... Denny, iya nih... lagi pusing", katanya.
"Emang pusing kenapa?" kataku. Eh dia tidak menjawab, malah memandang
jauh ke lautan. Kemudian menyeka air matanya yang tak sengaja meleleh
di pipi. Kami pun terdiam.

Tak lama kemudian terlihat teman-teman berfoto bersama di pantai.
"Hei Denn... Linda... jangan pacaran ajaa... ke sini", kata Herry.
"Yo... Lin... ke sana", kataku sambil memberikan sapu tanganku
kepadanya. Kami pun foto bersama untuk kenang-kenangan di latar
belakangi oleh warna merah kekuningan dari langit di garis cakrawala.

Setelah acara selesai kami pun kembali ke kamar masing-masing.
Terlihat Linda masih menyisakan isak tangisnya, dan langsung menuju
ke kamar. Pukul 8 malam kami pun makan malam dengan lauk yang telah
disiapkan oleh seksi konsumsi. Kemudian Linda kembali lagi ke kamar
dan begitu juga Sandra dan Herry. Jam 10 malam aku terbangun karena
suara ngorok teman sekamarku, Herry, yang begitu ribut. Aku pergi ke
ruang tamu dan melihat televisi. Wah nggak ada cerita yang bagus tapi
karena nggak ada hiburan yang lain, dengan terpaksa kutonton juga
acara televisi tersebut.

Jam 10.30 malam tiba-tiba Linda terbangun dan duduk di sebelahku
dengan mata masih sembab.
"Belum tidur Lin?" tanyaku.
"Iya nih belum ngantuk... lagi pusing", jawabnya.
"Pusing kenapa emang?" tanyaku.
Linda terlihat ragu-ragu dan diam. Tak lama kemudian dia pun
berbicara.
"Yuk Den... aku mau ngomong, tapi jangan di sini", katanya. Wah malam
sudah gelap begini mau berbicara di mana kalau nggak di sini, pikirku.
"Ok deh... yuk keluar..." kataku.

Aku pun pergi keluar dengan Linda dengan Katanaku tanpa tujuan yang
pasti. Katanaku pergi tanpa arah tujuan dan akhirnya kuhentikan di
bawah pohon kelapa di pasir dekat pantai. Linda masih terdiam seribu
bahasa, tapi akhirnya dia berkata.
"Gini Denn... aku lagi bingung banget", katanya.
Dia terdiam lagi. Soalnya bicara sambil terisak-isak.
"Aku sebentar lagi mau cerai sama suamiku", katanya sambil
membenamkan wajahnya ke bahu kiriku. Kubiarkan dia menyalurkan
emosinya. Akhirnya dia melanjutkan lagi.
"Yang kupikirkan cuma anakku yang berumur 1 tahun dan masih lucu-
lucunya."
Aku sudah tidak teratur lagi didekap oleh Linda, tapi aku kuat-
kuatkan imanku. Tapi kemaluanku tidak mau kompromi nih.

Linda sekarang tidak lagi menangis di dadaku, malah mencium-cium
dadaku. Aku sih kuat-kuatkan biar tidak terbawa. Maklum saja Linda
sudah diangguri selama 4 bulan. Malahan sekarang dia menuju ke
wajahku dan bibirnya menyentuh bibirku. Aku masih mencoba bertahan.
Akhirnya aku tidak tahan juga, kusambut bibir Linda dengan pagutan
yang lebih dahsyat. Akhirnya lidah kami membelit satu sama lain di
salam mulut seperti dua ekor ular sedang bergumul. Kami pun pindah ke
belakang yang agak lega. Tahukan Katana? ruangannya sempit sekali.
Untung sudah aku modifikasi kursinya sehingga yang depan bisa ditekuk.

Kemudian tangan Linda ke arah belakang leherku dan tanganku mulai
membuka kaosnya. Kebetulan dia tidak memakai BH jadi lebih mudah.
Tanganku kuusapkan ke atas bukit kembarnya dengan elusan-elusan yang
penuh penghayatan. Aku raba-raba putingnya dan sedikit-sedikit
kupelintir-pelintir. Tanganku yang satu memegangi punggungnya dan
kami masih berciuman kemudian dia kurebahkan ke kursi dan aku jongkok
di bawahnya. Sempit sekali memang, tapi kalau sudah nafsu jadi luas
rasanya. Kemudian aku jilati pusarnya hanya... "Aahh... ooo... hhh...
ohh", yang terdengar dari mulut Linda.

Kuturunkan celana trainingnya dan ternyata dia tidak memakai CD. Wah
memang sudah niat nih sepertinya. Kemudian dia taruh kedua kakinya ke
atas pundakku dan aku mulai mempermainkan liang kewanitaannya. Kuraba-
raba permukaan kewanitaannya dengan tanganku dan tekanan-tekanan yang
khusus. Desahannya semakin menjadi-jadi, "Ahhsss... Den... ohh...."
Kemudian kugosok-gosok belahan Labianya dan dia pun semakin mengerang
kenikmatan. Kemudian kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang
kemaluannya dan menyentuh seonggok daging yang disebut klitoris dan
aku sentil-sentil dengan ujung jari. "Dennyy... ahhh... ohhh...
terruuss.." terasa lembab ruangan di dalam lubang kemaluannya dan
terasa basah. Aku tambah frekuensi memainkan klitorisnya dan dia pun
sudah tidak tahan.

"Ooohhh... Dennnyy... ahhh..." sambil dia agak mengejang. Sepertinya
dia sudah klimaks. Gila, cepat benar dia klimaks. Tapi aku biarkan.
Langsung aaja kubuka jeans-ku. Susah sekali ternyata membuka celana
di dalam mobil. Kubuka cuma sampai lutut dan aku keluarkan batang
kemaluanku yang sudah tegak 45 derajat. Aku langsung duduk di
sebelahnya dan kemudian Linda kusuruh duduk di atas batang
kemaluanku. Agaknya dia sudah benar-benar kehausan. Dia mau saja
ketika kusuruh duduk di atas batang kemaluanku.

Akhirnya batang kemaluanku pun habis ditelan liang kenikmatan Linda.
Saat dimasukkan sepertinya dia masih dalam keadaan orgasme, sehingga
terasa liang kenikmatannya menjepit dan mengurut-urut batang
kemaluanku. Aku sih merasa semakin enak saja. Setelah itu dia mulai
mengambil inisiatif naik turun. "Ohh... ahh... shhh... yess...
ouhhh..." jeritnya sambil memegang-megang kepala, takut kalau
kepalanya menyentuh kap mobil. Mobil pun ikut bergoyang-goyang. Wah
gawat nih kalau ketahuan orang, pikirku.

Setelah 10 menit acara naik kuda maka Linda pun mendesah, "Dennn...
sshh... akuu... kkell... iimmm... aaksshhh... ohhhsss..." terasa
semburan air menerpa kepala batang kemaluanku. Kubiarkan batang
kemaluanku masih tertancap di dalamnya. Terasa lagi remasan-remasan
klimaks liang kemaluan Linda. Akhirnya Linda pun mencabut batang
kemaluanku dari liang kemaluannya. "Wah Denn kamu hebatt... belum apa-
apa", katanya memujiku. Sepertinya dia sangat kelelahan. Dia pun
berpakaian kembali. Aku tentu saja sewot diperlakukan seperti itu.
Ada sesuatu yang harus diselesaikan nih, pikirku.

"Lin turun yuk!" kataku dan dia pun menurut.
Sesampainya di kap depan mobil. Kusergap Linda. Kedua tangannya
kutaruh di atas kap mesin dalam posisi menunging. Kuturunkan celana
training-nya selutut dan kukeluarkan alatku yang masih berdiri dari
celana lewat retsleting. Aku memang sengaja tidak memakai lagi CD-ku
soalnya sudah niat mau memperlakukan Linda di kap mesin mobil.

"Ahh... Denn... apa-apaan nih", protes Linda.
Aku diam saja. Langsung kutusuk liang kemaluan linda dengan alatku.
"Ooohh... Dennyyy... shh... ahhh... ohhh..." jerit Linda.
"Biar impas", bisikku ke telinganya.
Setelah sekitar 5 menit Linda pun menjerit, "Dennyy... aku...
laggii... ohhhss... akkhh..." Wah dia klimaks lagi. Langsung saja
aliran spermaku yang sudah di kepala batang kemaluan juga tidak mau
kompromi. Dengan semakin menambah frekuensi genjotan akhirnya
menyemprotlah semua air mani ke dalam liang kemaluan Linda. "Oohh...
aku... jugaaa... ssshh..."


Read More..

ANI YANG SEXY



Saya lulus SMU tahun 1999, waktu itu saya masuk sebuah sekolah
akademik diploma 1 tahun di Bandung, dan ternyata semua mahasiswi-
mahasiswinya di sini lumayan cakep-cakep juga. Setelah 2 minggu lewat
saya mulai akrab dengan semua mahasiswa-mahasiwa sekampus, dan terus
terang di jurusan saya (Manajemen Informatika), perempuannya hanya
sedikit sekali, dan kampus ini juga baru berdiri jadi belum begitu
terkenal.

Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi
baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa
saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaaa
ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-
anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya
saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan
makan di kantin. Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat
dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi
baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama
panggilannya Ani. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan,
dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu
birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Ani ini,
mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga,
tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata
menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaaa...
itu sih menurut teman-temanku.

Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya
mulai akrab dengan Ani ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya
kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan
ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi
swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia
semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan
dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh
hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih
resmi pacaran.

Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri
pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya
bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun
bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang.
Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri
tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan
kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang
indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan
bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini
anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab,
tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja.
Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain.
Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ani,
Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah
terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya
dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya
juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi
dia terus memaksa saya.

Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk
lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan
ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di
kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya
ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya
untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak
tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh
karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga
lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang
penting tidak saling merugikan satu sama lain.

Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah
sampai di rumah, Ani saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata
saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru
mengobrol sebentar lalu dia bicara, "Ted panas yaah hawa di Bandung
sekarang ini."
"Iya nih!" sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.
"Ted... boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih
pake pakaian dalam kok, habis panasss siiihh..."
Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan
jantungku.
"Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku?" bantahku.

Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam.
Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di
lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian
dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super
tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu
itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat
dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun
mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.
"Ayo sekarang kamu mau curhat lagi?" kataku.
"Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia
setuju untuk resmi putus."
"Ya udah... abis gimana lagi", katanya.

Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura
bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan
sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi
itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku.
Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas
ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia
memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan
dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun
mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan
dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan
BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat
berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di
seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali
kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat, "Ssstthhh ha.. hah..
aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eeenakk", suaranya yang kecil dan merdu.
Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya
pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi.

"Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu?" kataku.
"Iya Ted, tapi nggak sering.. aaksshhh..." kata dia sambil mendesah,
tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus
sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit
kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia
menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan
celana dalamnya seca
ra perlahan.

Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan
stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat
ta
hun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang
bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya
juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk
menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir
kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang
kemaluanku, "Aaakshh... hsstt oks!" dia menjilati biji pelerku dan
dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan
dikocoknya. "Waduuhhh... enak sekalii akkhhss..." aliran-aliran
darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke
liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. "Ted,
kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and
pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang",
katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke
wajahku aku semakin tidak kuat saja.

Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi
bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia
pun merintih-rintih kecil, "Uwuuhh ooo... sstt akhs... akhs...
akhs... ooohhh aahh... sstth", sambil tubuhnya agak bergerak nggak
karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang
keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku
ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan
sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang
kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih
ragu. Tapi saya memberanikan untu
k bicara.

"An, kamu masih perawan nggak?"
"Iya... aksshhh... ssstt... ss
stt aakhs", katanya. Ternyata dugaanku
benar.
"Tapi sama pacar kamu itu?"
"Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja", kata Ani.
"Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang..." dia tidak melanjutkan
pembicaraannya.

"Okh... ookh... okh... ssstt..." dia mencoba untuk memasukan batang
kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan
begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang
kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke
liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku,
tapi ini hanya sampai kepala aja, dan... "Ooohh aaakksshh.. ahh..
ah.. aahh.. oohh... sset", dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot
dia.
"Ted, ternyata pedih juga, aahhh!" katanya.
"Tapi teruskan saja Ted...".
Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan
adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit
kehangatan, "Ookkhhss... sstt, aduh nikmatnya", kataku. Dan memang
ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang
kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah
perawannya dan perjakaku.

"Sssttt.. sssttt.." desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi
didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih
melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun
dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau
aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya
serasa di surga. "Assh.. asshh.. aakss.. ooohh.. aksh.. sstt", dia
menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi
nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ani ini
kedengaran. "Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih... aaksss ssttss..."
katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo
ke langit dan langsung kujilat lidahnya. "Duuhhh aaahss sstt duh An,
aku mau keluar nih!" kataku. "Uuhhsss ssttt jangan dulu dong Ted...
bentar lagi aja", katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak
kuat, ehh ternyata... "Sss ooohh akkhhss... ooohh, duh Ted boleh deh
sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja", sambil ditunjukanya ke
arah payudaranya. Dan... "Creett... cret... cret... crret" dan air
maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar
lehernya. Selesailah main-main sama Ani, dan waktu pun menunjukan
arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke
kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.

Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih
telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-
bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku
pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga
mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan.
Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nont
on di
Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami
nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin
menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau
dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami
berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya,
sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada
perhatian bibinya kepada Ani. Dan kami berdua pulang ke rumah s
aya
dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya
di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan
kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai
terbawa oleh mimpi indah kami berdua.
Read More..

GARA GARA VCD PORNO



Ketika saya berada di Australia untuk pertama kalinya, saya
diharuskan untuk mengikuti program untuk memfasihkan bahasa Inggris
saya sehingga saya menjadi lancar dalam berbicara bahasa Inggris.
Ketika saya sedang berada di program bahasa Inggris tersebut, saya
mengenal seorang cewek Jepang yang cantik sekali. Namanya adalah
Kaori Uehada. Suaranya bagus sekali bagaikan penyanyi Jepang asli dan
tubuhnya elok sekali. Kulitnya putih dan berambut panjang. Yang
paling saya sukai darinya adalah dadanya yang kira-kira berukuran 36B
karena setiap kali dia berada di kelas, saya melihat bahwa sebagian
dari payudaranya sempat keluar karena BH-nya tidak cukup untuk
menutupi payudaranya yang terlalu besar.

Perkenalan saya dengan Kaori dimulai ketika jam istirahat, saya
sekedar iseng-iseng menanyakan segala sesuatu kepadanya, tentunya
sekalian saya mempraktekkan bahasa Inggris saya. Kami bercerita
mengenai asal-usul kami bahkan kadang-kadang Kaori menanyakan
mengenai kehidupan seks saya dan hal itu membuat kami bertambah
akrab. Saya dan Kaori sering berjalan bersama-sama dan banyak orang
yang menganggap saya adalah pacar Kaori walaupun sesungguhnya kami
adalah teman akrab saja. Saya dan Kaori sering pergi berduaan ke
sebuah kasino Burswood yang sangat terkenal di sebuah kota di
Australia.

Suatu hari saya berada di apartement sendirian. Saat itu saya masih
tinggal di boarding di universitas saya dan saya masih belum memiliki
banyak teman. Hari itu adalah hari minggu dan saya sedang
membersihkan rumah sekaligus menyetrika pakaian. Ketika saya sudah
menyelesaikan pekerjaan saya dan saya ingin mandi, tiba-tiba saya
dikejutkan oleh ketukan pintu dan saya sangat kaget ternyata Kaori
sudah di depan pintu. Saya mempersilakan Kaori masuk dan Kaori duduk
di sebuah bangku yang cukup sederhana.

Kami bercerita banyak mengenai keadaan negara masing-masing. Ketika
saya sedang asyik menceritakan keadaan Indonesia, Kaori secara tidak
sengaja melihat sebuah VCD yang berada di atas meja belajar saya.
Tiba-tiba dia bangkit meninggalkan saya dan mendekati meja belajar
saya. Setelah itu, dia meminta saya untuk memutar VCD tersebut. Saya
sempat malu dan tidak menuruti kemauannya tetapi dia terus-menerus
memegang tangan saya dan menarik tangan saya serta menyuruh saya
untuk memutarnya. Akhirnya saya menuruti kemauannya dan saya
mengajaknya ke tempat tidur saya karena saya selalu menonton VCD di
komputer yang berada di kamar tidur saya.

Saya kemudian menyalakan Power komputer dan setelah semuanya siap,
saya memasukkan VCD ke dalam CD-ROM dan kami nonton bersama-sama.
Kaori duduk di atas ranjang sementara saya duduk di bangku yang
terletak di dekat komputer. Saat pertengahan film, saya sangat
terangsang dan sekilas saya melihat Kaori yang tengah menyelinapkan
tangannya ke dalam celana dalamnya sambil mendesah-desah. Saya sempat
kaget karena saya melihat Kaori sedang masturbasi sambil menonton VCD
Jepang tersebut. Saya sempat berpikir mungkin dia mengerti maksud
film tersebut tetapi walaupun saya tidak mengerti bahasa Jepang, saya
juga terangsang saat menonton adegan panas di komputer tersebut
apalagi saat itu batang kemaluan saya sudah menegang sehingga orang
yang mendekati saya pasti dapat melihat batang kemaluan saya yang
menegang di dalam celana pendek yang saya pakai.

Kemudian saya mendekati Kaori yang sedang mengelus-elus dirinya
sambil menutup matanya. Saya mulai membuka pakaian Kaori dan saya
kaget bercampur senang karena tidak ada perlawanan dari dalam diri
Kaori dan saya yakin dia juga membutuhkannya karena dia sudah
terangsang hebat. Setelah saya melepaskan seluruh busana Kaori, saya
mulai mendekati liang kemaluannya dan mulai menjilatinya bagaikan
orang kesetanan. Saya tidak memperdulikan komputer yang masih menyala
bahkan suara desahan-desahan dari komputer bercampur desahan alami
dari Kaori membuat saya menjadi bertambah semangat dan menjadi
semakin gila dalam menyedot dan menjilat klitoris Kaori. Saya sempat
merasakan cairan kewanitaan cewek jepang ini membasahi wajah saya
yang sedang asyik mencium dan menjilat-jilat liang kenikmatan Kaori.

Setelah Kaori mencapai masa klimaksnya, giliran Kaori yang menyuruh
saya berbaring dan sekali-sekali Kaori juga menghisap kedua biji
peler saya bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan
turun ke bawah menjilati lubang pantat saya dan membuat lingkaran
kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya
hanya dapat berpegangan erat ke bantal, sembari mencoba menahan
rintihan. Saya dekap muka saya dengan bantal, setiap sedotannya
terasa begitu nikmat sehingga membuat saya seperti di awang-awang.
Nafas saya tidak dapat diatur lagi, pinggul saya menegang, kepala
saya mulai pening akibat dari kenikmatan yang terkonsentrasi tepat di
antara selangkangan saya. Mendadak saya merasa kemaluan saya seperti
akan meledak. Karena rasa takut dan panik, saya menarik pinggul saya
ke belakang. Dengan seketika, kemaluan saya seperti layaknya benda
hidup, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat
ke wajah dan rambut Kaori.

Saya masih belum puas karena saya belum menikmati liang kenikmatan
cewek Jepang itu, maka saya langsung bangkit dengan penuh gairah dan
tanpa menunggu jawabannya saya segera mengatur posisi badannya. Kedua
kakinya saya angkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah.
Batang kemaluan saya sudah tak sabar lagi untuk mendarat di sasaran.
Namun sa
ya harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar
agar tidak kesakitan. Mulut saya kembali bermain-main di liang
kemaluannya. Setelah kebasahannya saya anggap cukup, batang kemaluan
saya yang telah tegak sempurna saya tempelkan ke bibir kemaluannya.

Beberapa saat saya gesek-gesekkan batang kemaluan saya di sekeliling
liang kenikmatannya sampai Kaori makin terangsang. Kemudian saya coba
memasukkan perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit
demi sedikit saya maju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam.
Butuh waktu lima menit lebih agar kepala kemaluan saya masuk
seluruhnya. Lalu kami istirahat sebentar karena dia tampak menahan
nyeri dan tiba-tiba keluarlah darah dari dalam liang kenikmatannya
dan saya yakin bahwa itu adalah darah perawannya dan saya bangga
sekali karena saya dapat mengambil perawan cewek Jepang.

Beberapa jam saya menggosok-gosokkan batang kemaluan saya di dalam
liang kenikmatannya, dia menyukainya dan nampaknya dia hampir
mendekati klimaks dan saya sendiri tidak tahu itu klimaksnya yang
keberapa dan begitu juga saya. Saya mempercepat goyangan, lalu saya
menyemprotkan cairan mani saya di dalam liang kenikmatan Kaori dan di
saat yang bersamaan, Kaori berteriak dan saya merasakan batang
kemaluan saya seperti dipijat-pijat oleh liang kenikmatannya dan tak
lama kemudian, batang kemaluan saya seperti dialiri oleh cairan
kewanitaannya. Kemudian saya memeluk Kaori dengan erat sambil mencium
bibirnya dan memainkan lidah saya dalam mulut Kaori.

Kami bermain seharian penuh karena tidak lama setelah permainan kami,
saya menjadi terangsang ketika melihat wajahnya yang seperti wajah
bintang film dan saya tidak perduli walaupun dia sudah berumur 27
tahun dan tentunya umurnya 5 tahun di atas saya. Saya sangat
mencintainya dan sampai sekarang saya merindukan belaiannya. Kaori,
Read More..

SEKRETARISKU SARI HOT

WWW.MACUABETONLINE.COM
Aku adalah seorang pria single fighter, sebenarnya statusku saat ini
adalah seorang duda. Aku mengaku seorang pria single fighter
dikarenakan aku sekarang sudah tidak beristri lagi. Aku dahulu
seorang suami yang sangat bahagia karena aku mempunyai seorang istri
yang cantik dan begitu sayang kepadaku. Di istanaku saat itu tinggal
aku, istriku, ibu mertuaku dan seorang pembantu perempuan. Sebelum
aku menceritakan kisah dilema mahligai rumah tanggaku, aku ingin
menceritakan tentang pengalamanku dengan sekretarisku. Sebut saja
namaku Hendi, usiaku saat ini baru menginjak 28 tahun. Profesiku
Presiden Direktur, tentu saja di perusahaanku sendiri. Aku tinggal di
perumahan Kelapa Gading.

Pada suatu ketika perusahaanku mengadakan acara liburan untuk
karyawan, acara ini selalu rutin dilakukan untuk menambah gairah
kerja para karyawanku. Karena aku boss di perusahaan tersebut aku
harus ikut, sedangkan istriku pada saat itu sedang ada halangan
katanya sih ada urusan keluarga. Jadi aku memutuskan untuk pergi
sendiri.

Aku mempunyai sekretaris Sari namanya, aku merasa bahwa aku harus
memilikinya. Kalau di kantor dia selalu mencoba bertingkah genit dari
kerling matanya itu atau dari caranya berpakaian, dari situ aku tahu
kalau dia suka padaku. Seperti biasanya aku pulang memang agak sore,
Sari sudah gelisah ingin pamit pulang tapi aku masih saja berkutat
dengan laporanku.

"Sari kalo udah mau pulang duluan aja, nggak pa-pa kok, sekarang udah
jam 5 lewat 20, entar ketinggalan kereta lho lagian udah mendung kalo
hujan kan entar kebasahan", kataku sambil tersenyum.
"Iya Pak", sambil berkemas dan secara tidak sengaja pulpennya jatuh
dan dia memungutnya, otomatis dari posisi duduk dia berputar, roknya
tersingkap dan secara tidak sengaja aku melihatnya, wah memang benar
terawat sampai ke ujung pahanya begitu pula dengan dengan segitiganya
yang berwarna putih. Sambil memungut pulpen dia nunduk dan serta
merta dia menutup bajunya yang otomatis terlihat kalau nunduk.
"Sar, lain kali pake bajunya yang ketutup aja biar nggak repot",
kataku.
"Nggak enak Pak, saya justru nggak seneng pake baju yang kerahnya
terlalu tertutup", katanya sambil tersenyum, karena dia tahu maksudku
ngomong seperti itu. Tak lama kemudian Sari pergi, dan aku terus
bekerja.

Sari memang betul-betul merupakan wanita ideal di benakku.
Ia
bertubuh tinggi, dengan pinggul yang indah dan pantat menjungkit
seperti penari Bali. Aku ingat pengalaman pertama bercinta dengannya.
Dan kesempatan pun tiba pada acara tahunan tersebut, saat acara sudah
hampir selesai, kuajak Sari keluar dari ruangan itu.
"Sar, temenin Bapak keluar jalan-jalan yuk?" Ajakku.
"Iya Pak, Sari juga sudah sumpek di sini sejak tadi sore", jawab Sari.
Kita pun keluar dengan mobilku, tak terasa sudah jam 1.00 malam. Kita
pun kembali ke Villa perusahaan.

Setelah sampai, aku memberanikan diri menggandeng seketarisku yang
genit itu, kita menyusuri lorong kamar-kamar karyawan. Dan akhirnya
tiba di depan pintu kamar Sari.
"Pak, malam ini mau nggak bapak nemanin saya.. soalnya Sari takut
kalau tidur sendirian", kata Sari.
"Tapi kamu kan bisa minta ditemanin sama karyawan cewek yang lain",
jawabku, tapi dalam hatiku berharap agar Sari memaksaku untuk
menemaninya malam ini, yang sebenarnya sangat kuharap-harapkan.
"Mana ada yang mau Pak? Orang sudah pada tidur semua, lagipula mereka
kan sudah ada yang menemani malam ini", desak Sari.
Memang sih pada acara tahunan kali ini karyawan perempuan yang masih
single dan ikut ke acara tersebut hanya Sari, sedangkan karyawan yang
lain sudah membawa pasangannya sendiri-sendiri.
"Tapi nanti jam 7.00 pagi kamu bangunin Bapak yah. Soalnya kalau
ketahuan karyawan yang lain kan nggak enak kita, apalagi bapak kan
atasan mereka", jawabku.

Akupun masuk mengikuti Sari, tapi sebelumnya aku minta izin pada Sari
untuk ganti baju tidur dulu di kamarku. Pertama kali sangat canggung
dan hanya berbincang-bincang saja di kamar. Ketika tiba saat untuk
tidur, aku bermaksud tidur di sofa. Aku merasa harus menghargainya,
toh kami belum menikah. Namun ia menarikku ke tempat tidur.
"Kita tidur pelukan boleh kan Pak, asal nggak lebih dari itu",
katanya manja.
Aku menuruti kemauannya dengan kikuk. Beberapa menit kami berbaring
diam dalam satu selimut. Sari hanya mengenakan t-shirt tipis dan kain
sarung, begitu juga aku. Saat kulit kami bersentuhan, jantungku
berdesir. Tanpa terasa pipi kami saling menempel. Udara dingin
membuat ia mengetatkan pelukannya dan akhirnya bibir kami saling
berpagut. Awalnya sangat canggung, namun tak lama gerakan kami
menjadi lebih luwes dan lidah kami pun saling bergulung. Ciuman yang
ketat membuatku kehilangan kendali, lalu tanganku menjadi liar meraba
ke payudaranya. Nafas Sari pun semakin memburu.

Lalu aku berusaha melucuti t-shirtnya. Sari tidak menolak, bahkan
tangannya juga berusaha melucuti bajuku. Dengan satu sentakan kutarik
BH-nya sehingga kulihat tubuhnya yang indah itu hanya berbalut celana
dalam tipis. Aku menikmati beberapa saat pemandangan itu, Sari yang
berbaring telentang, dengan pandangan mata yang sulit kulupakan. Lalu
kucium lagi bibirnya perlahan. Sari mengerang perlahan, "Ooohhh..",
bibirnya setengah terbuka dan basah sangat membuatku terangsang. Lalu
tanganku mulai bermain di payudaranya, membuat ia makin
menggelinjang. Ketika tanganku kuturunkan hingga mencapai gundukan
kewanitaannya dan bibirku meluncur mengulum puting susunya, tiba-tiba
ia mendorongku dengan keras. Lalu tangannya bergerak cepat menarik
celanaku sambil berdesah, "Pak, buka celananya.."
Dengan satu gerakan
aku melepas celana dalam, dan ia melakukan hal yang sama. Kini dapat
kulihat tubuh indah itu tanpa penghalang apapun.

Sari menarikku ke dalam pelukannya dan kami kembali bercumbu dengan
hangatnya. Aku menyisir seluruh tubuhnya dengan bibirku. Mulai dari
ubun-ubunnya, turun ke bibirnya, lalu ke lehernya yang jenjang. Sari
berbaring telentang dengan kedua pahanya yang putih dibuka lebar,
sementara aku menindih dan mengulum bibir dan lehernya, batang
kemaluanku yang telah keras dan liang senggamanya yang terasa basah
tanpa sengaja bersentuhan. Betapa nikmatnya. Lalu aku mulai menyisir
ke payudaranya dan mulai mengulum puting payudaranya yang mengeras.
Aku jilati puting susunya dan melingkari areolanya, membuat Sari
menggelinjang dengan hebat sambil merintih keras, "Aduh.. nikmat..
Pak.. teruss.. ooohh.." Karena posisiku agak merendah ke bawah maka
aku dapat merasakan kehangatan liang kewanitaannya yang basah di
perutku.

Sari terus merintih sambil sesekali pahanya yang jenjang menghentak
naik turun di atas pinggangku, sementara pelukannya semakin erat.
Lalu ia menarik tubuhku ke atas hingga bibir kami kembali berpagut.
Sambil tersengal ia mendesah dengan penuh birahi, "Pak, Sari pingin
disentuh dengan punya bapak.." Aku mengerti yang ia inginkan. Aku
lalu mulai menggesek-gesekkan batang kemaluanku ke liang
kenikmatannya. Liang senggamanya terasa makin membanjir dan terbuka.
Aku terus menggesek dan menyibak labia mayoranya dan merasakan
klitorisnya yang semakin membengkak. Sari menggoyangkan pinggulnya
dengan kencang sambil merintih, "Teruus.. Pak.. nik.. matt...,
ooohhh.." Tangannya memeluk kencang di bahuku dan kukunya membenam di
kulitku hingga membuatku sedikit perih. Namun rasa perih itu
terkalahkan oleh buaian kenikmatan yang luar biasa. Gerakan itu
semakin kencang dan aku sudah tidak tahan untuk segera memasuki
tubuhnya.

Aku berhenti menggesek klitorisnya dan mulai mencari jalan untuk
memasuki lubang kemaluannya yang sudah banjir oleh cairan
kewanitaannya. Aku menatap Sari sebentar dan menemukan hasrat yang
sama di matanya. Dengan perlahan tangannya membimbingku memasuki
lubang kenikmatannya. Dengan satu dorongan pelan aku mulai memasuki
tubuhnya, sedikit demi sedikit. Aku tahu ia sedikit kesakitan, karena
ini pertama kali baginya, namun kebasahannya sangat membantu batang
kemaluanku menemukan jalannya. Ketika batang kemaluanku hampir
separuh masuk dalam liang kenikmatannya, tangannya memelukku dengan
amat keras dan tubuhnya bergetar hebat. Aku merasakan cairan lebih
banyak lagi membanjiri kemaluannya dan dengan satu dorongan aku
menusuk hingga bagian terdalam dari kemaluannya. Tubuhnya menggigil
dan mulutnya meracau, "Eeeenak.. Pak.. ooohh.. tekan yang.. dalaam..
ooohh.." ketika aku mulai menggerakkan batang kemaluanku naik turun.
Pada setiap gerakan menusuk aku menekan dengan begitu dalam. Sari
menggoyangkan pinggulnya, kedua kakinya menjepit pinggulku begitu
keras.

Aku akhirnya tak tahan lagi dan merasa sudah hampir tiba waktunya.
Pada gerakanku yang terakhir, aku merasakan seluruh tubuhnya
menggeletar, menyambut spermaku yang memenuhi rongga kewanitaannya
saat ejakulasi. Kukunya makin dalam terbenam di punggungku dalam satu
pelukan yang ketat dan tubuh kami sama-sama menggeletar. Untuk
beberapa saat hanya kenikmatan tiada tara yang kami rasakan dan entah
berapa lama kami terus berpelukan menikmati keindahan itu dengan mata
terpejam, dengan batang kemaluanku tetap kubiarkan di dalam liang
kenikmatannya. Ketika getar-getar keindahan itu akhirnya harus
berakhir, aku membuka mata dan melihat Sari yang masih tetap terpejam
dengan wajahnya yang penuh keringat. Betapa cantiknya melihat dia
dalam keadaan sesudah orgasme. Lalu ia membuka matanya dan tersenyum
lembut melihatku sedang memandanginya. Kucium lembut bibirnya dan
kami berbaring berpelukan. Kami tahu malam masih panjang dan kami tak
akan menyia-nyiakan kesempatan indah itu untuk menikmatinya bersama-
sama.

Itulah kisah perselingkuhanku dengan Sari, sekretarisku yang cantik
dan genit dan acara kucing-kucingan itu berlangsung hingga kini.
Read More..

ML DI PAGI HARI ASOY

 


Sesaat aku terkejut ketika Yuyun telah menanggalkan busananya di
hadapanku, aku hanya terdiam diri dengan terpaku oleh keindahan
tubuhnya. Yuyun adalah kakak pacarku yang bernama Naning. Kami sering
berbicara, jalan-jalan bareng, makan, dan lain-lainnya. Mungkin aku
sudah dianggap keluarga, makanya setiap aku berkunjung ke rumah
Naning sudah seperti rumah sendiri. Masuk sesuka hati dan melakukan
apa saja tidak apa-apa sebatas itu kewajaran.Yuyun sudah memiliki
suami, tetapi entah kenapa hubungan mereka tidak harmonis layaknya
sepasang suami istri. Aku mengetahuinya setelah Yuyun menceritakan
kisah kehidupannya, dan hampir sering diceritakan apa yang terjadi
setiap harinya. Karena Yuyun selalu menelepon ke rumahku, itu biasa
dilakukannya apabila dia sedang bekerja di kantor pada saat jam
istirahat.

Kejadian ini bermula ketika dia berkunjung ke rumahku, sebelumnya dia
meneleponku apa aku ada di rumah atau tidak.
"Dhun... hari ini apa tidak ada acara?" tanyanya kepadaku.
"Tidak ada sih, emangnya ada apa Yun?" tanyaku balik.
"Nggak pa-pa, kalau tidak ada boleh nggak aku maen ke rumahmu?"
sambungnya.
"Oh, nggak pa-pa.. kalau maen ke rumah, silakan aja," jawabku.
"Tapi saya datangnya sendiri, nggak bersama adikku (maksudnya
Naning)."
"Oh ya, kutunggu ya.." jawabku.

Setelah telepon ditutup, aku hanya diam sambil mengerutkan dahi,
memikirkan ada apakah gerangan. Mudah-mudahan saja tidak ada sesuatu
yang terjadi ucapku dalam hati, dan aku bersiap menyambutnya dengan
membersihkan kamarku. Perlu diketahui bahwa aku dan Naning sering
bermain seks di kamarku, dan itu hampir setiap hari apabila Naning
sepulang kuliah mampir ke rumahku untuk mengambil jatah. Barang-
barang Naning kusembunyikan agar sang kakak tidak mengetahui ada
barang adiknya, seperti kutang, celana dalam, baju dan semua
keperluan wanita ada di kamarku.

Kamar belum selesai kubersihkan kudengar ada yang datang, aku
terkejut rupanya yang datang adalah Yuyun. Langsung aku gelagapan
dengan kedatangannya, kupikir paling agak siangan datangnya.
Sedangkan aku belum mandi dan masih ada pekerjaan lain yang harus
kuselesaikan, di rumahku apabila pada pagi hari sampai sore rumah
dalam keadaan kosong, hanya aku yang ada di rumah.

"Wah, lagi membersihkan kamar ya?" tanyanya yang membuatku terkejut,
karena persis di hadapan wajahku dia berbicara begitu aku membalikkan
badan. Harumnya sampai tak bisa kulupakan sampai sekarang, adiknya
saja harumnya sudah membuatku terlena apalagi sang kakak yang sudah
berpengalaman dalam hal mengurus tubuh.
"Iya nih, lagi bersih-bersih," jawabku, "Nggak kerja nih Yun?"
tanyaku.
"Iya, ntar lah belom lagi, kali-kali telat nggak pa-pa kan?" jawabnya
dengan suara menggoda sambil melangkahkan kaki ke dalam kamarku.
Yuyun langsung duduk di atas kasur dengan mengepitkan kedua pahanya
bersilang, terlihatlah paha putih mulus di hadapanku. Dengan
berpakaian dinas yang dikenakannya saja sudah membuatku berdegub
kagum apalagi tanpa mengenakan busana? tanyaku dalam hati. Aku hanya
dapat berimajinasi membayangkan yang ada di hadapanku. Sambil
berjalan di hadapannya aku bertanya, "Gimana kabarnya Mas Patria?"
Yuyun merebahkan badan di atas kasur dan menjawab, "Nggak tahulah
Dhun, mungkin aku mau minta cerai aja."
Aku berkata, "Jangan langsung begitu dong Yun.. ntar gimana dengan
keluargamu dan juga dengan dirimu sendiri?"Jawabnya hanya
singkat, "Nggak tahulah.. aku sudah pusing dibuatnya, Dhun. Mending
kita omongin yang lain aja," ajaknya.
Aku hanya menganggukkan kepala sambil mendekatinya kira-kira 1 meter
dari tempat dia tidur.

"Oh ya, mau minum apa nih?" tanyaku.
"Terserah aja Dhun, kalo bisa yang hangat-hangat, soalnya pagi itu
dingin sekali."
Aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan minumannya, setelah itu
aku balik ke kamar. Kulihat dia membersihkan kamarku, kulihat dari
belakang indah sekali tubuhnya yang dilapisi dengan pakaian kerja
yang ketat.

"Aduh.. jangan dibersihkan.. entar aku aja yang bersihkan, ngerepotin
aja nih." kataku sambil menaruh minuman hangat di atas meja.
"Ngak pa-pa.. kok, itung-itung amal," katanya.
"Diminum airnya ya, aku mau mandi dulu, nggak enak nih baunya,"
kataku.
"Ya.. silakan aja mandi dulu ntar kita bicaranya biar bisa lebih
seger." jawabnya.
Aku berjalan menuju kamar mandi sambil terburu-buru meninggalkan
kamarku, dalam hatiku asyik juga pagi-pagi sudah ada yang nyamperin,
cewek cantik lagi. Kataku dalam hati.

Begitu selesai mandi aku langsung berlari menuju ke kamarku, alangkah
terkejutnya aku apa yang kusaksikan tepat di depan mataku. Aku hanya
terdiam menyaksikan pemandangan yang ada di hadapanku, sampai-sampai
aku tidak sadar bahwa aku masih agak separuh basah dengan handuk
hanya menutup bagian alat vitalku. Yuyun tepat berdiri di depanku
dengan mata yang bersinar, aku terdiam sejenak. Bermimpikah aku ini?
Ternyata tidak, Yuyun menarik handukku dan berkata, "Nah sekarang
kita udah sama-sama tanpa busana kan?" Katanya sambil menarik
tanganku menuju tempat tidur. Aku hanya terdiam sambil mengikutinya
tanpa tahu harus berbuat apa, dan bingung melihat Yuyun seperti ingin
melahapku. Aku dihempaskan di atas kasur dan langsung menindih
tubuhku, tubuhku yang dingin terasa hangat seketika karena suhu tubuh
Yuyun mengalir di sekujur tubuhku. Yuyun sambil menggerakkan
pingulnya seakan ingin membangkitkan gairahku, sebenarnya dari
pertama kali Yuyun datang aku sudah bernafsu sekali ingin menikmati
tubuhnya, tapi karena dia calon kakak iparku, aku hanya bisa
menghayalkan untuk bisa menikmatinya. Tapi sekarang Yuyun tepat di
atas tubuhku sambil menjilati tubuhku yang setengah basah oleh air.
Aku tak tahu apa yang kurasakan saat itu, tapi dalam benakku, ini
adalah kesempatanku atau suatu ujian untukku?

Melihat Yuyun dengan nafsunya yang membara, aku tidak mau kalah
dengan permainannya. Aku langsung mengangkat tubuhnya ke atas, dan
langsung melumat bibirnya. Sejenak kami berhenti melakukan aktifitas,
dan Yuyun berucap, "Puaskan aku Dhun." katanya dengan nafas setengah
berhenti. "Ya Yun.." kataku dengan kata yang membingungkan.
Selanjutnya kami melakukan pergumulan yang tak terbendung lagi,
karena kami sama-sama haus kenikmatan.

"Apakah Naning tidak marah dengan perbuatan kita ini Dhun?" tanyanya
sambil menatap mataku.
Jawabku hanya singkat, "Tak usah dipikirkan, aku akan membuat kamu
puas dan tak akan pernah kamu lupakan."
"Benar Dhun?" tanyanya lagi.
"Yaaa.." dan aku langsung melahap puting susunya yang sudah
menantangku sejak tadi. Tangan kananku bergerak ke paha dan bokongnya
yang berisi, empuk ntah apa namanya, tanganku terus bergerak untuk
mencari-cari daerah yang membuatnya nikmat dan membuatnya nyaman.
Sedangkan tangan kiriku sudah sedari tadi menempel di susunya yang
montok, dan mulutku terus memainkan lidah di puting susunya. Kulihat
Yuyun sudah mulai terangsang, dengan mendengarkan suaranya yang
menahan kenikmatan yang dirasakanya. "Sssstt.. ach.." terdengar dari
mulutnya yang masih terlihat merah meskipun agak memudar dengan
lapisan lipstiknya. Tapi kuyakin bahwa dia merasakan nikmat dengan
perlakuanku seperti ini.

"Teruskan Dhun, yang keras isapnya, teruskan.." dengan nafas terputus-
putus, aku semakin menegang dengan gerakannya yang seperti orang
kehilangan kendali. Sekali-kali aku menjilati lehernya dan daun
telinganya, dan aku tidak berhenti sampai di situ, kulihat dia seakan
sudah menyerahkan segala kendali permainan kepadaku, dengan leluasa
aku menjilati bagian wajah sampai payudaranya. Kurasakan Yuyun
memegang kemaluanku dengan tangan kanannya, kemudian dia
berucap, "Wah besar juga punyamu Dhun..." sambil menggerakkan
tangannya dengan cara mengocokkan kemaluanku. Setelah keadaan sudah
memungkinkan, aku memerintahkan dia untuk menjilati kemaluannku. Dan
Yuyun langsung mengarahkan wajahnya ke kemaluanku, dengan sedikit
agak takut Yuyun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya, dan
itu kunikmati dengan nikmatnya. Kemudian tangan kananku kuarahkan
meraih susunya yang menjuntai seperti buah mangga yang masih hijau,
tak berapa lama berganti dia mengarahkan kemaluannya ke arah mulutku.

"Ayo Dhun dijilat," katanya, sambil menggoyangkan pinggulnya. Aku
melihat rerumputan lebat tepat di hadapanku, langsung saja kulumat
dengan nikmatnya. Yuyun mengerang agak keras supaya aku lebih dalam
menjilati kemaluannya, kurasakan banyak sekali cairan yang agak masin
tapi tidak begitu masin, entah apa rasanya yang jelas aku terus
menjilati, terutama bagian saluran kemihnya. Yuyun menjerit, "Aachh..
enaknya Dhun.. aku udah nggak kuat nihhh..." sambil dikepitkan kedua
pahanya di wajahku dan kurasakan banyak cairan mengalir deras.
Setelah itu Yuyun mulai kembali seperti orang kehilangan kendali,
dengan sigap Yuyun mengambil alih posisi permainan. Diarahkan
kemaluanku dengan kemaluannya, sementara aku di bawah mencari arah
yang tepat untuk bisa meluncur ke dalam kemaluannya. Dengan sedikit
gerakan aku sudah bisa menemukan lubang masuknya dan dengan
perjuangan agak keras untuk memasukkannya.

"Aduh.. besar sekali sih, jadi sulit masuknya," ucap Yuyun kepadaku
sambil menahan dengan bibir digigit. Aku tidak tahu kalau punyaku
besar, mungkin karena Yuyun biasa melihat punya suaminya yang lebih
kecil dari punyaku.
"Iyaa Dhun, punyamu lebih besar dari punya patrol," katanya dengan
memejamkan mata seakan ingin menghabiskan seluruh tenaganya.
"Masa sih.." jawabku, dan aku terus menyuruh dia untuk menggoyangkan
pinggulnya.
"Trus Yun.. enak Yun.. Sssttt..." dengan menghisap nafas dari mulutku.
"Achh Dhun.. enak sekali nihh, aku udah nggak tahan lagi.."
Aku merasakan bagian kemaluanku seakan terjepit terlalu keras,
mungkin dikarenakan punyaku memang besar. Tapi memang kuakui kemaluan
Yuyun begitu enak sekali, lembut seperti ada yang menggigit dari
dalam.

Yuyun mulai kelihatan seperti hendak mencapai orgasme, "Dhun.. achh..
Dhunn.. enaakk.." Aku terus menghentakkan pinggulku dari bawah ke
atas, dan itu membuat Yuyun semakin menggelinjang dengan menjambak
rambutnya. "Ahh.. udahh nggak tahan.. aku keluar nihh.. Dhun..
aaahh.." dengan jeritan agak panjang Yuyun mendekap tubuhku dengan
kukunya mencakar punggungku. Sesaat Yuyun terdiam mengejang,
sementara kurasakan di kemaluanku terasa sesuatu cairan mengalir,
secara perlahan kumainkan pinggulku agar senjataku tetap pada
kondisinya. Yuyun bangkit dan berkata, "Aku ingin lagi Dhun.. dan ini
aku ingin permainan kita yang lama yaaa.." Aku hanya menganggukkan
kepala saja sebab mau bilang apa karena itu juga yang kuinginkan.
Sekarang kuambil alih posisi permainanku, Yuyun di bawah dan aku
beraada di atasnya. Kedua kaki Yuyun kurentangkan ke samping, dan
tampaklah rerumputan yang agak lebat tapi jelas terlihat kemerah-
merahan. Tanpa menunggu aba-aba, Yuyun telah siap menerima kedatangan
senjataku dengan menggerakkan sedikit agar lancar masuknya. "Cepetan
Dhun masukkan, aku udah nggak sabar nih.." katanya sambil setengah
memejamkan mata. Aku hanya diam tidak mendengarkan lagi kata-katanya.
Pelan-pelan aku menggerakkan senjataku maju mundur secara teratur.
Erangan suaranya terdengar sayup tapi membuat gairah seksku
bertambah, begitu kugerakkan maju, "Aaaachh.. duuhh.." begitu suara
yang terdengar dari mulutnya. "Aduh Dhun.. aku udah nggak kuat nihh..
cepetan yaa.. aku udah nggak tahan." katanya dengan tangan
menggenggam sprei kasurku. "Iya.. bentar lagi nihh.. aku juga mau
keluar," kataku balik.
Aku terus melancarkan senjataku makin lama
makin cepat kugerakkan senjataku. "Aacchhh Dhunn.. aaadduuhh nggak
tahan lagiii.." dan dengan gerakan semakin cepat akhirnya kurasakan
rangsangan pada kemaluanku yang akan mengeluarkan lahar panas. "Yun,
aku mau keluar nihh.." kataku terputus-putus. "Yaaa, bareng kita
keluarnya yaaa.. aaachhh.. sssttt.. nggak tahan nihh.. satu..
duaaa.." Yuyun menghitung dengan jarinyaa dan, "Tiigaaa.. aaahhh..
Dhunn.." dan, "Yuuunnn.. aaahhh.." aku mengeluarkan spermaku di dalam
vaginanya, sesaat aku dan Yuyun terdiam setelah himpitanku ke tubuh
Yuyun, kemudian aku membalikkan badanku. Entah kenapa senjataku
dihisap oleh Yuyun dan membersihkannya.

"Terima kasih ya Dhun, kamu telah memuaskanku," katanya.
"Ohh.. aku yang berterima kasih dong," jawabku.
"Kamu nggak akan memberitahukan kejadian ini ke adikku kan?" tanyanya.
"Untuk apa aku menceritakan ini? Toh nggak ada untungnya kan?" kataku.
Sejak kejadian itu setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, Yuyun
selalu mampir ke rumahku dan yang jelas pasti kami berdua
melakukannya.
Desahan Yuni..Customerku..

Saat ini aku hampir menjadi seorang insinyur elektro, sekarang sedang
menunggu wisuda. Sambil menunggu wisuda, aku dan beberapa temanku
membuka toko komputer. Kejadian ini terjadi pada bulan Agustus 2000.

Pagi itu sekitar jam 10 pagi, aku sedang membuat proposal penawaran
untuk pemda Wonogiri. Sebuah Vitara putih tiba-tiba masuk di halaman
kantorku, seorang cewek WNI keturunan berumur sekitar 20 tahun,
tinggi sekitar 165 cm mengenakan kaos ketat warna biru muda keluar
dari dalam mobil.
"Selamat pagi Mas", katanya.
"Selamat pagi, silakan duduk.., Ada yang dapat saya bantu?", sahutku
sambil bersalaman dan menyiapkan sebuah kursi yang masih berada di
pojok ruangan. Terasa dingin dan sangat lembut ketika aku meremas
tangannya.

Singkat cerita dia setuju membeli seperangkat komputer pentium
III/550 multimedia dan sebuah bjc-2000 yang saat itu seharga 6,6 juta.
"Ini saya baru bawa 5 juta, sisanya besok bisa Mas?", tanya dia.
"Oh.., nggak apa-apa", jawabku, sebenarnya dengan uang muka seratus
ribu pun aku juga bersedia.
"Maaf, Mbak namanya siapa, ini untuk mengisi kwitansinya", tanyaku.
"Yuni, lengkapnya Yuni *****", sahutnya. Dia juga memberikan alamat
dan nomor HP-nya.

Saat itu juga setelah kuselesaikan pembuatan penawaran, aku langsung
merakit komputer yang dia pesan. Dalam tiga jam aku selesai merakit
plus menginstall program yang diperlukan. Satu jam kemudian setelah
aku selesai makan siang yang sudah agak sore, aku iseng-iseng telepon
Yuni.
"Mbak.. ini komputer yang Mbak pesan udah selesai, sewaktu-waktu
dapat diambil", kataku membuka pembicaraan.
"Aduh cepat sekali Mas, ini saya juga baru ngambil uang di bank, oh
ya Mas.. sekalian modemnya ya.. nambah berapa?", tanyanya.
"Kalau internal Motorola 140 ribu Mbak", jawabku.
"Ya udah yang itu saja, tetapi tolong Mas yang pasangkan ke rumah
saya, masalahnya saya nggak bisa masang sediri..", pintanya.
"Ya.. kalo begitu nanti jam 7 malam saya akan datang ke rumah Mbak",
Sahutku.

Selesai mandi aku membayangkan wajah Yuni, mirip dengan salah satu
bintang film mandarin tapi siapa aku tidak tahu namanya. Berwajah
oval, rambut sebahu berhigh light merah, kulitnya yang putih bersih
benar-benar sangat manis. Selesai berdandan dan sedikit minyak wangi,
aku menyalakan Suzuki Carretaku dan meluncur ke perumahan Solo Baru,
sebuah kompleks perumahan yang cukup elite di kota Solo.

Setelah sepuluh menit berkeliling kompleks, akhirnya aku menemukan
alamatnya. Terlihat Vitara putih di dalam garasi yang tidak tertutup,
setelah yakin alamatnya benar maka aku pencet bel yang berada di
balik pagar besi yang terkunc
i. Seorang perempuan setengah baya
keluar dan membuka pintu pagar sambil berkata, "Mas yang mau ngantar
komputer ya, silakan masuk dulu Mas, Mbak Yuni baru mandi". Aku tidak
langsung masuk tetapi mengambil barang-barang pesanan Yuni dan aku
letakkan di teras depan. "Barang-barangnya disuruh langsung dipasang
ke kamar Mbak Yuni Mas", perempuan itu menyusulku ke mobil saat aku
mengambil barang terakhir, yaitu keyboard, mouse dan nota
penjualan. "Ini kamar Mbak Yuni", kata perempuan itu sambil
mengantarkanku menuju ke suatu ruangan berukuran 4 x 4 meter. Tidak
terlalu luas tetapi cukup tertata rapi dan barang-barang yang lumayan
mewah menghiasi kamar. Bau parfum ruangan berjenis apple samar-samar
tercium hidungku. Tanpa membuang waktu aku merakit komputer di meja
yang telah dia siapkan sebelumnya.

Saat merakit instalasi printer, Yuni masuk kamar, tercium harum bau
sabun mandi. Terlihat Yuni hanya mengenakan daster warna kuning tanpa
ritsluiting dan tanpa lengan baju (model you can see). Lengannya yang
putih mulus dan bentuk badannya yang ramping mengigatkanku pada Novi
(cinta pertama) tetapi badannya lebih gedean Novi sedikit. Sesaat aku
terdiam memandangnya, dia hanya tersenyum saja memperlihatkan giginya
yang putih dan berjajar rapi.

"Udah selesai Mas?", tanyanya membuatku sedikit kaget.
"Oh.. sebentar lagi Mbak, ini baru pasang printer", jawabku.
"Mas, jangan panggil aku Mbak, panggil saja Yuni", katanya.
"Kamu kuliah di mana?", tanyaku.
"Di Akademi **** (edited), semester 3", jawabnya.

"Stop kontaknya mana Yun?", tanyaku.
"Itu di bawah meja", jawabnya.
"Kok sepi, di mana ortumu?", tanyaku.
"Aku di sini tinggal bersama kakakku, Papi sama Mami tinggal di
Surabaya, kakakku sudah tiga hari di Semarang ikut seminar untuk
syarat mengambil dokter spesialis", jelasnya.
"O.. kakakmu dokter ya.., terus perempuan itu pembantumu?", aku terus
bertanya.
"Iya, dia membantu dari pagi sampai jam 7 malem setelah itu pulang ke
rumahnya kira-kira 300 meter dari sini", jelasnya.

"Nah.. udah siap silakan kalo mau coba", kataku setelah layar monitor
memperlihatkan logo WIN 98.
"Oh ya.. Mas mau minum apa?", tanyanya setelah menunggu logo WIN 98
berubah menjadi gambar Titanic.
"Ah.. apa aja mau kok", kataku sambil tersenyum.
Dia berjalan keluar kamar, saat dia berjalan itu samar-samar kulihat
pantatnya yang tidak terlalu besar tetapi terlihat padat dan kenyal.
Dia kembali dengan membawa segelas es jeruk dan meletakkan di samping
ranjangnya yang memang terdapat meja kecil dan sebuah telpon.

"Wah sayang aku belum ngedaftar ke ****net ", katanya.
"Oh.. kamu mau nyoba pakai internet, kalo gitu untuk sementara kamu
boleh pakai punyaku", kataku sambil aku mulai mengisi user name dan
password.
"Eh.. Mas.. kalo mau lihat gambar-gambar artis Indonesia yang
telanjang alamatnya di mana sich", katanya tanpa malu-malu.
Selanjutnya kuberi tahu alamat-alamat situs porno sambil aku
memperlihatkannya. Terlihat Yuni Shara sedang bercinta dengan
seseorang, melihat adegan tersebut matanya yang agak sipit dan bening
terus melotot sambil menelan ludah, aku hanya tersenyum menyaksikan
ekspresi wajahnya yang lucu sangat manis terpaku memandangi adegan
itu.

"Kalo kamu mau baca cerita-cerita erotis, ada di sini..", kataku
sambil mengetik www.17tahun.com dan mulai masuk ke salah satu cerita
erotis, dengan seksama dia membacanya dan aku juga membaca tentunya.
Saat dia tengah membaca, dia mendekatkan kursinya di sampingku sambil
sesekali dia meletakkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain.
Dan batang kemaluanku pun mulai bereaksi dan.. aduh, kelihatan sekali
kalau batang kemaluanku sedang tegang. Dia melirik ke bawah, aku
berusaha menyembunyikannya, dan dia hanya menarik nafas dalam-dalam
sambil tersenyum kecil.

Setelah beberapa saat berselancar keliling dunia, kuputuskan hubungan
ke internet.
"Mas.. ini udah bisa dipakai nonton film?", tanyanya.
"Iya, kamu punya CD (compact disk) film nggak", tanyaku sambil aku
berusaha menempatkan batang kemaluanku agar berada pada posisi
vertikal setelah terangsang dengan cerita tadi.
"Sebentar, aku carikan dulu ke kamar kakak", jawabnya sambil keluar
kamar.
"Ada sich, tapi.. adanya ini punya kakak", dia berkata sambil
memperlihatkan VCD semi porno dengan judul Kama Sutra versi Barat.
"Ya.. nggak apa-apa kan cuma nyoba, tapi pembantumu tadi di mana?",
tanyaku sambil melongok ke arah pintu.
"Oo.. dia udah pulang tadi waktu aku selesai mandi dan masuk ke
sini", jawabnya.

Terlihat adegan yang sangat romantis pada layar monitor, tidak
seperti film-film porno lain, adegan dalam film ini sangat lembut dan
romantis. Sebenarnya aku sudah terbiasa menonton film-film seperti
ini, tetapi jika ditemani makhluk manis seperti ini jantungku
berdebar sangat kencang. Sesekali kulirik dia yang sedang menyaksikan
adegan tersebut. Terlihat sesekali dia membasahi bibirnya yang
berwarna merah delima dengan lidahnya. Ingin sekali sebenarnya aku
mencium bibirnya. Baru sekali aku merasakan bersetubuh dengan pacar
pertamaku, dan keinginan itu saat ini sangat menggebu. Kulihat Yuni
mulai sering menggerakkan kakinya naik turun. Aku hanya menarik nafas
panjang dan kumundurkan kursiku sehingga berada sedikit di belakang
Yuni. Karena aku sudah tidak tahan lagi, dengan agak takut
kusenggolkan kakiku dengan kakinya.

Tidak kuduga sama sekali dia hanya diam, tanpa menungu lebih lama
lagi kakiku mulai naik turun di betisnya. Karena dia sepertinya tidak
keberatan kuperlakukan seperti itu, kuberanikan tanganku untuk
memegang tangannya dan dia juga menyambutnya dengan meremas tanganku.
Akupun mulai lebih berani, kuraba dadanya yang tidak begitu besar
tetapi sangat kencang dan padat terasa cukup keras. Saat kuraba
payudaranya terlihat dia terpejam sepertinya sedang menikmati apa
yang sedang kulakukan. Tangannya yang putih bersih mulai merayap
menuju pahaku, aku semakin terangsang hebat. Sementara tanganku masih
rajin meraba payudaranya, dan dia terpejam, perlahan kucium bibirnya,
kuhisap dengan lembut dan lidahku pun mulai masuk di antara gigi-
giginya yang putih berjarar rapi. Masih berasa pasta gigi saat
lidahku melumat bibirnya. Selanjutnya dia pun membalas dengan
memainkan lidahnya ke dalam mulutku. Lembut sekali bibir dan lidahnya.

Setelah beberapa saat aku menikmati bibirnya yang mungil, ciumanku
mulai berjalan menuju ke telinganya. Saat aku mungulum telinganya,
dia mendesah dan mengangkat kepalanya, sepertinya dia kegelian.
Kulepaskan ciumanku dan aku mulai mencumbu lehernya yang putih dan
berbau harum sabun mandi, sementara tanganku masih terus meraba
payudaranya dengan lembut. Perlahan ciumanku aku turunkan di dada
bagian atas dan tanganku mulai melepaskan tali yang mengantung pada
lengannya. Setelah aku berhasil melepaskan tali dari dasternya, maka
daster bagian atasnya mulai menurun dengan sendirinya. Terlihat bukit
yang masih tertutup BH berwarna krem. Saat aku mulai mencium
payudaranya bagian atas, perlahan-lahan dia berdiri dan spontan aku
menarik ciumanku, agak takut aku waktu itu, kupikir dia akan marah.
Tetapi setelah dia berdiri tegak, semua dasternya melorot ke bawah
dan tampak dia berdiri setengah telanjang hanya menggenakan BH dan
celana dalam berwarna putih. Sepertinya dia tidak marah malah dia
tersenyum kecil, saat itu aku berpikir mungkin dia penganut aliran
seks bebas. Ah masa bodoh, yang penting keinginanku dapat kesampaian
dan aku tidak memaksanya.

Perlahan aku mulai berdiri di hadapannya, kupandangi tubuhnya yang
setengah telanjang dengan seksama. Indah sekali tubuhnya, dari wajah
sampai ujung kaki semuanya berbalut kulit berwarna putih bersih khas
kulit WNI keturunan. Perlahan kudekati dia dan kucium bibirnya untuk
yang kesekian kalinya. Senang sekali aku menikmati bibirnya yang
mungil dan berwarna merah delima. Sambil aku melumat bibirnya kupeluk
dia sampai tubuh kami saling menyentuh. Tanganku yang berada di
punggungnya mulai berusaha melepaskan BH, tapi sulit bagiku, aku
tidak berhasil karena BH yang dia pakai lain dengan yang pernah
dipakai Novi. Sepertinya dia tahu kalau aku kesulitan membuka BH-nya,
dan akhirnya dia sendiri yang membuka. Setelah BH-nya terlepas
terlihat dua buah bukit yang berwarna putih dengan puting berwarna
coklat muda menggantung dengan kencang.

Kubopong dia ke tempat tidur dan kurebahkan dia ke sisi tempat tidur.
Saat itu dia berada di atas tempat tidur dan aku berada di lantai.
Perlahan kuraba payudara bagian kiri dengan tangan kananku, sementara
lidahku mulai memainkan puting susunya yang sebelah kanan sambil
sesekali kuhisap putingnya. Kulihat dia terpejam dan menggigit bibir
bagian bawah sementara kedua tangannya menarik-narik rambutnya
sendiri, sepertinya dia sangat menikmati permainan ini.

Saat kedua tangannya memegang rambutnya, terlihat ketiaknya yang
sangat bersih tanpa ditumbuhi bulu karena mungkin sering dicukur.
Selanjutnya hisapanku mulai bergeser sedikit demi sedikit ke sisi
payudaranya, dan kulanjutkan jilatan dan hisapanku ke atas menuju
ketiaknya dan tangan kananku berganti memainkan payudara bagian
kanan. Saat lidahku menyapu ketiaknya dia sedikit
berteriak, "Akhh..". Aku lanjutkan dengan menghisapnya dan dia
semakin mendesah keras dan kedua kakinya merapat saling menindih.
Terlihat dia menegang untuk beberapa saat, kemudian mulai melemas
sepertinya dia telah mencapai orgasme untuk yang pertama.

Terlihat titik-titik keringat muncul di dahinya, aku melepaskan
gigitanku dan dia duduk sambil tangannya menyentuh rambutku dan dia
meraba wajahku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya
membersihkan keringat yang ada di dahinya. Setelah dia meraba bagian
wajahku, jari-jarinya menyentuh bibirku dan dengan ibu jarinya dia
mengusap-usap bibirku dan berusaha memasukkan ibu jarinya ke dalam
mulutku. Aku tidak menolak, kukulum ibu jarinya dengan lembut, dan
jarinya yang lain mulai menyusul masuk ke dalam mulutku, kukulum satu
persatu jari-jarinya yang putih.

Perlahan dia menarik tangannya dan mulai membuka kacing-kancing
kemejaku. Perlu pembaca ketahui jika aku berada di tempat customer
aku selalu mengenakan kemeja dan sepatu, tetapi sepatu dan kaus
kakiku telah kulepas di depan rumahnya. Setelah semua kancing
kemejaku terlepas, aku berdiri dan membuka kemejaku. Selajutnya
kubuka sendiri ikat pinggang dan celana panjangku sampai aku hanya
memakai CD yang telah menjadi ketat karena terdesak oleh batang
kemaluanku yang menegang keras. Selanjutnya kubuka CD-ku sendiri
sehingga kini aku telah telanjang bulat.

Terlihat batang kemaluanku tegak berdiri dengan arah agak vertikal,
perlahan kudekatkan batang kemaluanku ke wajahnya dengan harapan dia
akan menghisapnya, tapi sepertinya dia tidak mengerti maksudku,
karena dia hanya memandang saja. Selanjutnya dengan tangan kananku
memegang batang kemaluan dan tangan kiriku membelai rambutnya, aku
usap-usapkan batang kemaluanku ke wajahnya, lagi-lagi dia belum
mengerti keinginanku, dia hanya memejamkan mata. Karena sudah tidak
sabar kuusapkan kepala batang kemaluanku ke bibirnya dan aku berusaha
memasukkan batang kemaluanku dan akhirnya dia mau membuka mulutnya.

Perlahan kudorong batang kemaluanku agar masuk lebih dalam lagi,
terasa lidahnya yang lembut menyentuh kepala batang kemaluanku.
Sepertinya dia mulai mengerti apa yang kuinginkan, selanjutnya
lidahnya mulai menyapu kulit batang kemaluanku dari pangkal sampai
ujung berulang-ulang sambil sesekali mengulumnya, terasa sangat
lembut, hangat dan sangat nikmat sampai-sampai merinding seluruh
tubuhku. Sepertinya dia menyukai batang kemaluanku karena lebih dari
lima menit dia menikmati batang kemaluanku sampai kakiku kelelahan
berdiri, akhirnya aku mengambil posisi 69 dengan posisi miring.

Sementara dia mengulum dan menjilati batang kemaluanku, aku mulai
membuka CD-nya yang sedikit basah. Terlihat rambut-rambut halus
menutupi kemaluannya sebelah atas. Aku terus menurunkan CD-nya sampai
terlepas, selanjutnya kucium dan jilati paha bagian dalamnya sampai
mendekati liang kewanitaannya. Lain dengan Novi, bibir liang
kewanitaan Yuni berwarna cenderung merah hati. Aku sapukan lidahku ke
lubang kenikmatannya yang telah mengeluarkan cairan bening, terasa
agak gurih.

Saat kubuka liang kewanitaannya dengan tangan kiriku, terlihat liang
kewanitaannya sangat sempit dan sepertinya dia masih perawan karena
bentuk bagian dalamnya persis seperti kepunyaan Novi. Mengetahui dia
masih perawan, aku semakin semangat menikmati liang kewanitaannya.
Kurenggangkan kedua pahanya, kusapukan lidahku dari anusnya dan
sedikit demi sedikit naik menuju lubang kemaluannya dan akhirnya
sampai pada klitorisnya. Kujilati dan kuhisap klitorisnya berulang-
ulang, kuturunkan lidahku ke lubang senggamanya dan cairan bening
mulai mengalir dari liang kewanitaannya. Kemudian kuhisap dalam-dalam
cairan yang keluar tersebut dan kukeluarkan di daerah klitorisnya
sambil terus kujilati dan kuhisap klitorisnya.

Setelah puas menikmati klitorisnya, kini lidahku mulai menyapu liang
kewanitaannya, dan lidahku kumasukkan ke dalam liang kewanitaannya
yang sempit tersebut. Sampai akhirnya dia melepaskan hisapan pada
batang kemaluanku dan untuk yang kedua kalinya dia menegang dan
perlahan keluar cairan bening dari dalam liang kewanitaannya yang
selanjutnya kuhisap dan kutelan sampai habis.
Aku melihat Yuni yang kelelahan, aku bangkit dan duduk di samping
tubuhnya yang telah lemas dan karena aku belum mencapai orgasme,
kuambil posisi di atasnya dan dengan tangan kananku, kubimbing batang
kemaluanku agar dapat masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat
kugesek-gesekkan batang kemaluanku pada liang kewanitaannya, tangan
kanannya menahan agar batang kemaluanku berhenti. "Tolong Mas jangan
dimasukin, aku takut, aku belum pernah melakukannya", ucapnya dengan
lirih. Mendengar itu aku jadi iba juga, kutarik batang kemaluanku
dari permukaan liang kewanitaannya, dan aku kembali duduk di
sampingnya dengan tanganku mengocok batang kemaluanku yang masih
tegang. "Aku kulum saja ya Mas, boleh nggak?", tanyanya sambil tangan
kanannya meraih batang kemaluanku. Aku hanya mengangguk, selanjutnya
dia bangkit dari tidurnya dan duduk berhadapan denganku, dia
tersenyum dan mencium bibirku sejenak.

Kemudian dia menunduk dan mulai mendekati batang kemaluanku, dia
sapukan lidahnya dari kepala batang kemaluan sampai pada pangkalnya
berulang ulang. Aku hanya merintih menahan nikmat, aku heran juga
kenapa dia nggak capek ya.. Yuni terus memainkan lidahnya sambil
sesekali mengulum kepala batang kemaluanku. Kuakui kulumannya sangat
nikmat karena batang kemaluanku masuk cukup jauh ke dalam mulutnya.

Setelah beberapa saat aku menahannya, akhirnya "Akhh.. aku mau
keluar", ucapku sambil meremas payudaranya dan maniku keluar memenuhi
mulutnya dan sebagian membasahi wajahnya yang manis. Setelah menelan
maniku yang ada di dalam mulutnya, dia melanjutkan mengulum dan
membersihkan batang kemaluanku yang basah dengan lidahnya. Sampai
batang kemaluanku melemas pun dia masih terus mengulumnya sampai
batang kemaluanku terasa geli. Karena kegelian, kusuruh dia
melepaskan kulumannya. Kemudian kuangkat dagunya hingga wajahnya
berhadapan denganku, masih terlihat sisa-sisa maniku di sisi kiri
bibirnya yang mungil menetes ke dagunya. Kuusap maniku yang membasahi
hidung dan pipinya dengan jariku dan akan kuusapkan pada CD-nya,
tetapi dia ingin menelannya, sehingga jari-jariku dilumatnya hingga
mani yang kupegang habis. Sepertinya dia sangat menyukai maniku, enak
kali ya..

Sepertinya dia kelelahan, dia berbaring telentang menatapku dengan
tanpa selembar kainpun menutupi tubuhnya. Kupandangi lagi tubuhnya
yang telanjang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Terlihat titik-
titik keringat keluar dari sekujur tubuhnya, terlihat semakin indah.
Aku menarik nafas panjang dan kucium bibirnya yang mungil, masih
terasa sisa-sisa maniku di bibirnya, terasa gurih tetapi lebih kental
dari maninya.

Saat kulihat sudah pukul 10.30 malam, aku segera berpakaian,
mematikan komputer dan pamit pulang. Dengan malas diapun bangkit dan
mengenakan dasternya tanpa memakai CD dan BH.
"Mas uang kekurangannya belum aku siapkan, mau tunggu sebentar?",
katanya.
"Ah.. besok saja udah malam nih takut ditanya macam-macam sama
satpam", kataku.
Sebenarnya maksudku adalah agar aku dapat datang lagi dan main
dengannya seperti yang baru saja kami lakukan. Untuk yang terakhir
kalinya pada malam itu kucium bibirnya. Aku start mobilku dan
meninggalkan rumahnya. Dalam perjalanan aku heran juga, bagaimana dia
bisa mempertahankan keperawanannya jika dia sudah bermain sejauh itu.
Dalam hati aku yakin jika suatu saat nanti dia akan mennyerahkan
keperawanannya padaku.

Semenjak kejadian malam itu aku selalu teringat dengannya. Hampir aku
tidak percaya jika aku pernah bercumbu dengan seorang WNI keturunan
yang berwajah sangat manis. Tetapi karena kesibukanku ikut tender,
aku jadi belum sempat menghubungi Yuni. Kejadian ini berlangsung
empat hari setelah malam yang indah itu.
Sore itu sekitar jam 15.30 aku baru datang dari luar kota. Aku ke
kantor dan menyerahkan berkas-berkas dan revisi penawaran kepada dua
orang temanku, sedangkan aku langsung masuk ke ruang service dan
tidur. Seperempat jam kemudian aku mendengar seorang temanku
berkata, "Wah Doel, ada makhluk cakep datang.. ck.. ck.. ck.. indah
bener nih cewek". Karena aku sangat capek, aku tidak begitu
menggubrisnya dan aku tetap tidur sampai salah seorang temanku
membangunkanku. "Hai Doel.. bangun.. dicari makhluk indah tuh.." kata
temanku sambil menendang pelan kakiku. Oh ya, aku mendirikan toko
komputer bersama dua orang temanku, dan kami sama-sama memanggil
dengan julukan Doel.

"Siapa sih.. aku capek banget nih.." kataku sambil bangkit untuk
duduk.
"He.. Doel, Yuni itu WNI keturunan ya.. mana cakepnya selangit lagi,
kok kamu diam aja sih", umpat temanku.
Tahu kalau yang datang Yuni, hilang semua rasa capekku, segera aku
keluar untuk menemuinya.
"Hai Yun pa kabar.. sorry nih beberapa hari ini aku sibuk banget",
sapaku.
"Ah.. aku yang sorry nih baru ngelunasi sekarang", katanya.
"Iya.. iya.. udah selesai udah aku urusin, mendingan sekarang kamu
tidur lagi aja", sahut temanku sambil ketawa.

"Bagaimana, ada masalah dengan komputernya, kamu udah daftar belum?"
tanyaku.
"Nggak ada masalah dengan komputernya, tapi aku belum daftar",
jawabnya.
"Sekarang kamu mau ke mana, aku anterin daftar mau nggak", ajakku.
Dia mengangguk, kedua temanku cuma bengong melihat aku sudah sangat
akrab dengannya.
"Pakai mobilku aja nggak apa-apa Mas", katanya.
"Sebentar, aku cuci muka dulu ya", sahutku sambil berjalan ke
belakang.

Selesai cuci muka aku titipkan mobilku pada salah seorang temanku.
"Heh.. Doel, mau pergi ke mana kamu?" tanya temanku setelah aku
menyerahkan kunci mobilku padanya.
"Alah.. udah kamu jalan-jalan yang jauh sana pake mobilku, ini urusan
orang dewasa, kamu nggak boleh ikut-ikut", kataku sambil mengajak
Yuni keluar.
Permisi Mas.." kata Yuni sambil keluar menuju pintu.

"Sekarang kamu mau ke mana?" tanyaku setelah selesai daftar.
"Nggak tahu, terserah Mas aja", katanya.
"Kakak kamu ada di rumah nggak?" tanyaku.
"Ada, emangnya kenapa?" dia balik bertanya.
"Nggak, aku cuma kangen ama kamu", kataku sambil tersenyum.
"Aku juga kangen ama Mas.. eh nama Mas siapa sih, aku malah belum
tahu nama Mas", katanya.
"Iya ya.. kita udah sangat akrab tapi kamu belum tahu namaku, namaku
Fafa", jawabku sambil aku memegang tangan kirinya.
"Kita ke mana nih.. Mas?" tanyanya sambil melambatkan laju mobilnya.
"Kalo misalnya kita nginap boleh nggak sama kakakmu?" kataku agak
ragu.
"Ya.. coba aku telpon dulu mungkin boleh asal Mas diam, jangan sampai
suara Mas kedengeran sama kakakku, eh memangnya kita mau nginap di
mana sih Mas", tanyanya sambil menepi dan menghentikan mobilnya.
"Kita sewa villa saja di Tawang Mangu", jawabku.
Yuni mengeluarkan HP dari tasnya dan meghubungi kakaknya. Setelah aku
tahu kalau kakaknya mengijinkan, aku sangat senang sekali dan mulai
dari jalan itu gantian aku yang pegang setir karena jalannya sempit
dan berliku-liku.

Satu jam kemudian aku sampai di lereng Gunung Lawu tersebut.
"Mas pernah sewa villa di sini ya?" tanya Yuni.
"Belum tuh, mungkin kita bisa tanya di rumah makan itu sambil kita
makan, aku udah lapar nih", kataku sambil menghentikan mobil ke
sebuah rumah makan. Untungnya pemilik rumah makan tersebut juga
menyewakan villa yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah makan
tersebut.

Keinginanku untuk bercumbu dengannya mengalahkan ongkos sewa villa
yang lumayan tinggi yaitu 200 ribu per malam. Sebuah rumah mungil
dengan dua kamar tidur yang masing-masing terdapat sebuah kamar
mandi. Saat kami masuk ke villa yang berada di tepi sebuah bukit
tersebut, matahari hampir terbenam. Kami memilih satu kamar yang
meghadap langsung ke tebing. "Aku mandi dulu ya.." kataku sambil
melepaskan semua pakaianku dan masuk ke dalam kamar mandi. Saat aku
membersihkan badanku dengan sabun, kulihat pintu kamar mandi yang
memang tidak kukunci telah terbuka. Kulihat Yuni telah telanjang
menyusulku masuk ke dalam kamar mandi. "Ikutan mandi ya Mas", katanya
sambil mendekatiku. Kulihat tubuhnya yang sintal dan padat terbalut
kulit putih bersih dengan dua buah bukit yang menggantung sangat
indah.

Dia mendekatiku dan mengusap wajahku dengan jari-jarinya yang lentik,
tampak air telah membasahi rambutnya. Setelah semua tubuhnya basah
oleh air, dia mematikan kran shower. Selanjutnya dia meraih sabun
yang masih kupegang. Aku diam ingin tahu apa yang ingin dia lakukan,
dengan sabun di tangannya dia mulai menelusuri lekuk-lekuk tubuhku.
Dari leher, dada, punggung, perut, batang kemaluan sampai ujung
kakiku dia gosok lembut dengan sabun. Kulihat batang kemaluanku telah
tegang, saat Yuni masih menggosok betisku, kutarik tangannya perlahan
agar dia berdiri. Setelah wajahnya berhadapan dengan wajahku,
kudekati bibirnya, kucium dengan hidungku, dan lidahku aku sapukan di
kulit bibirnya yang mungil. Dia hanya terpejam, selanjutnya lidahku
mulai kupermainkan di dalam mulutnya, dia membalas dengan menghisap
lidahku.

Aku melepaskan ciumanku, kuraih sabun yang masih di pegangnya.
Sekarang gantian aku yang menggosok seluruh tubuhnya. Mulai dari
leher dan ketika sampai pada payudaranya, kuputar-putarkan sabun di
sekitar payudaranya sambil sesekali kuremas dengan lembut.
Selanjutnya usapanku mulai mendekati sekitar liang kewanitaannya, aku
sapukan sabun di sekitar paha bagian dalam dan juga ke rambut
kemaluannya yang masih lembut.

Setelah selesai aku meratakan sabun di seluruh tubuhnya, kini kuraih
kran shower dan kuputar perlahan. Dengan guyuran air, kulumat
bibirnya dan kemudian ciumanku aku turunkan di payudaranya. Kuhisap
lembut kedua payudaranya secara bergantian, terlihat dia merapatkan
pelukannya sambil mendesis keenakan. Perlahan ciumanku berjalan
menuju ke liang kewanitaannya, kuhisap-hisap liang kewanitaannya
sambil lidahku masuk menerobos lubang yang sangat sempit itu. Karena
aku risih dengan air yang mengalir pada liang kewanitaannya, kuputar
kran sehingga air berhenti mengguyur tubuhnya. Setelah air berhenti
mengalir, kulanjutkan mempermainkan liang kewanitaannya. Kujilati
pahanya bagian dalam dan di sekitar liang kewanitaannya. Kudengar
Yuni merintih dan dia naikkan kaki kirinya di atas pundakku. Kini aku
dapat melihat dengan jelas lubang kenikmatannya yang terlihat sangat
kecil dengan bibir berwarna merah hati.

Kemudian kudekatkan mulutku di liang kewanitaannya dan kusapukan
lidahku di sekitar klitorisnya sambil sesekali kuhisap klitorisnya.
Kupindah sapuan lidahku dari klitoris menuju ke liang kewanitaannya,
kini pada lubang kemaluannya telah terasa agak asin. Aku terus
memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang kemaluannya sambil
kupermainkan ujung lidahku ke atas dan ke bawah. Yuni mulai
terangsang hebat, dia menggerak-gerakkan pinggulnya sambil menekannya
ke bawah sehingga lidahku masuk lebih dalam lagi di liang
kewanitaannya. Sambil kupermainkan lidahku, kuhisap cairan bening
yang keluar dari liang kewanitaannya. Dia semakin cepat menggoyangkan
pinggulnya sambil tangannya menekan kepalaku, hingga aku hampir tidak
dapat bernafas. Aku tahu kalau dia hampir mencapai orgasme, hingga
kutarik lidahku dari liang kewanitaannya.
Aku ingin kami mencapai
organsme untuk yang pertama secara bersama-sama.

Saat kutarik lidahku dari liang kewanitaannya, kulihat Yuni terkejut
dan sepertinya dia agak kecewa. "Nanti kita sama-sama saja Yun biar
tambah asyik", kataku sambil tersenyum dan Yuni hanya tersenyum
kecut, sepertinya dia sangat kesal sekali. Kemudian aku berdiri dan
kucium bibirnya, dia hanya diam tidak memberikan respon. Kurasa dia
sedikit marah aku menggagalkan orgasmenya. Kasihan juga aku
melihatnya, selanjutnya kubopong dia ke tempat tidur dan kurebahkan
dia telentang, terlihat titik-titik air masih memenuhi tubuhnya yang
sangat indah.

Selanjutnya kucium bibirnya dengan lembut, dan kulanjutkan dengan
menyapukan lidahku di sekitar lehernya sambil kupermainkan
payudaranya dengan tangan kananku, sedangkan tanganku yang kiri
mengangkat tangan kanannya. Aku masih ingat ketika aku mencumbu di
sekitar ketiaknya yang mulus itu, dia sangat menikmatinya. Kemudian
sapuan lidahku kugeser menuju payudaranya sebelah kanan, sedangkan
payudara sebelah kiri masih kupermainkan dan sesekali aku meremasnya
dengan tangan kananku. Sambil kuhisap puting susunya, tanganku yang
kiri membelai dan mengelus ketiaknya. Selanjutnya sapuan lidahku
kugeser menuju ketiaknya yang sangat putih dan terlihat bersih. Aku
jilati dan sesekali kuhisap ketiaknya, kulihat dia mendesah keras,
sepertinya dia sangat menikmatinya. Tangan kananku kuturunkan menuju
pahanya, kuraba pahanya dengan lembut dan belaianku kulanjutkan ke
liang kewanitaannya. Kubelai-belai liang kewanitaannya dengan lembut
sambil sesekali kutusukkan ujung jariku ke dalam liang kewanitaannya,
terasa basah. Yuni semakin mengeliat dan menggerak-gerakkan kedua
kakinya.

Setelah aku tahu dia telah terangsang hebat, kutindih dia dan kulumat
lagi bibirnya. Kupegang kedua tangannya dan aku berusaha menusukkan
batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya. Yuni meronta sambil
merapatkan kedua pahanya sehingga batang kemaluanku tidak berhasil
menembusnya. "Kita main seperti dahulu saja Mas", bisiknya. Dengan
terpaksa kulepaskan kedua tangannya dan aku mengambil gaya seperti
dahulu yaitu gaya 69, tetapi kali ini aku meminta dia berada di
atasku.

Saat dia berada di atasku, kulihat daerah liang kewanitaannya merekah
dengan bibir berwarna merah hati dan lubang kemaluannya berwarna
merah muda. Tanpa pikir panjang kusapukan lidahku ke arah klitorisnya
sambil kuhisap dengan pelan. Aku merasakan dia mulai mengulum batang
kemaluanku dengan lembut, saat batang kemaluanku masuk ke dalam
mulutnya, terasa sangat hangat dan nikmat sekali. Aku terus menghisap
klitorisnya dan kemudian sapuan lidahku kugeser ke liang
kewanitaannya, kuhisap cairan bening yang keluar dari liang
kewanitaannya. Kusapukan lidahku dari liang senggamanya menuju ke
duburnya, terus kusapukan lidahku maju mundur.

Selanjutnya kumasukkan ujung lidahku pada lubang kemaluannya sambil
kupermainkan ujung lidahku. Yuni menggeliat dan dia menggoyangkan
pinggulnya maju mundur dengan sedikit tekanan ke bawah. Dia
mempercepat kulumannya pada batang kemaluanku, sepertinya Yuni akan
mencapai orgasme. Aku semakin mempercepat gerakan ujung lidahku untuk
menari di dalam liang kewanitaannya. Beberapa saat kemudian kedua
kakinya menegang dan dia menghisap batang kemaluanku dengan cukup
keras, kemudian aku merasakan cairan gurih telah menetes menuju
lidahku, aku terus melanjutkan gerakan lidahku sampai kedua pahanya
berhenti menegang. Yuni melepaskan hisapan batang kemaluanku dan dia
terkulai di paha kiriku, sementara lidahku terus menyapu bagian dalam
liang kewanitaannya hingga cairan yang keluar dari liang
kewanitaannya habis.

Beberapa saat kemudian aku bangun dan duduk bersandar pada papan
tempat tidur. Saat itu kulihat Yuni kelelahan dengan posisi tidur
tengkurap dan titik-titik air yang tadinya ada pada tubuh Yuni kini
berganti dengan titik-titik keringat sehingga terlihat pada pantatnya
yang putih dan kencang. Kemudian Yuni duduk di sampingku sambil
tersenyum dan tangan kirinya mengusap batang kemaluanku yang telah
berdiri tegak. Selanjutnya dia mencium bibirku dan dilanjutkan dengan
mencium leherku sambil tangan kirinya terus mempermainkan batang
kemaluanku.

Setelah selesai mencium leherku, kemudian mulutnya mulai mendekati
batang kemaluanku dan dia memulai sapuan lidahnya pada prostat-ku,
kemudian secara sangat perlahan dia naikkan menuju ujung batang
kemaluanku, agak geli tetapi sungguh sangat nikmat sekali. Gerakan
itu dia lakukan berulang-ulang hingga sekitar lima menit.

Selanjutnya dia mulai dengan mengulum ujung batang kemaluanku dan
melepaskannya untuk menyapukan lidahnya di sekitar kulit batang
kemaluanku. Gerakan itu juga dia lakukan berulang-ulang hingga
beberapa menit kemudian kutekan kepalanya agar batang kemaluanku
dapat masuk lebih dalam lagi ke dalam mulutnya, kemudian kuangkat dan
kubenamkan lagi sampai pada akhirnya ujung batang kemaluanku
mengeluarkan cairan kental berwarna putih. Tanpa kusuruh, dia masih
terus mengulum batang kemaluanku dan menggerakkan mulutnya ke atas
dan ke bawah, hingga kulihat spermaku menetes menuju prostat-ku,
mungkin dengan gerakan seperti itu Yuni tidak dapat menghisap
spermaku. Setelah sperma yang keluar telah banyak, dia melepaskan
kulumannnya dan dia sapukan lidahnya untuk membersihkan spermaku yang
tercecer di sekitar prostat-ku dan ada juga yang mengalir ke anus.
Yuni terus mencari-cari ceceran spermaku dengan lidahnya dan kemudian
dia telan.

Setelah selesai dia membersihkan spermaku yang tercecer, dia
melanjutkan dengan mengulum batang kemaluanku yang masih setengah
tegang. Aku biarkan dia terus mengulum batang kemaluanku meskipun
batang kemaluanku telah lunglai. Kulihat kepalanya disandarkan pada
perutku sambil mulutnya terus mengulum batang kemaluankku, aku tetap
mendiamkannya sampai akhirnya aku tahu dia telah tertidur dengan
mulutnya masih mengulum batang kemaluanku. Karena aku capek duduk,
perlahan kulepaskan batang kemaluanku dari mulutnya, dia menggeliat
tetapi matanya masih tertutup, sepertinya dia sangat capek sekali.
Aku pindah tidurnya ke tengah tempat tidur, kurubah posisi tidurnya
dari tengkurap menjadi telentang. Karena aku juga sangat capek,
akhirnya aku juga tertidur di sisinya sambil memeluknya.

Beberapa jam kemudian aku merasakan kerongkonganku sangat kering, aku
terbangun dan langsung menuju ke dispenser yang berada di sudut
ruangan. Setelah aku meminum beberapa teguk air dingin, aku kembali
menuju tempat tidur. Saat aku akan kembali ke tempat tidur, aku
melihat tubuh Yuni yang telanjang tidur dengan telentang.
Dengan
rambut yang sedikit acak-acakan, wajahnya yang sangat manis masih
terlelap tidur. Aku terus memandangi tubuhnya yang indah, payudaranya
yang tidak terlalu besar tetapi terlihat sangat kencang dengan puting
susu yang berwarna coklat muda sangat enak dipandang. Perut dan
pinggulnya yang terlihat sangat serasi dibalut kulit putih mulus
sangat indah. Kaki kanannya lurus sedangkan kaki kirinya ditekuk
sehingga liang kewanitaannya yang ditutupi bulu-bulu halus terlihat
dengan jelas. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan, begitu
sempurna tubuhnya. Aku tak bosan-bosan memandang tubuhnya, hampir 15
menit aku terpana memandang tubuhnya.
Tanpa terasa adik kecilku mulai
bergerak, dia mulai bangun dan ingin dibelai.

Kudekati Yuni yang masih terlelap, kusapukan lidahku pada bibirnya
yang mungil dengan sangat perlahan. Yuni membuka matanya yang masih
memerah, "Ah.. kenapa Mas, aku capek sekali, besok pagi aja Mas",
kata Yuni pelan. "Maaf Yun kalo aku ganggu kamu, kamu tidur lagi aja,
aku bisa sendiri kok tapi boleh kan aku sentuh kamu?" kataku. Kulihat
Yuni mengangguk sambil tersenyum kecil, dia membuka lebar kedua
pahanya hingga liang kewanitaannya tampak lebih jelas terlihat.
Begitu melihat liang kewanitaannya yang merekah, aku langsung
menyapukan ujung lidahku pada klitorisnya dan kulanjutkan pada liang
kewanitaannya. Yuni sama sekali tidak bereaksi, tampaknya dia sangat
capek hingga tertidur lagi. Aku terus mempermainkan liang
kewanitaannya dengan lidahku.

Sepuluh menit kemudian aku bangun dan kucium bibirnya, Yuni menarik
nafas panjang. Kupegang kedua tangannya dengan kedua tanganku dengan
posisi tangan di atas kepala, selanjutnya aku langsung menindih tubuh
Yuni dan karena kedua pahanya masih terbuka lebar, aku merhasil
menyelipkan pinggulku di antara kedua pahanya. Saat itu kulihat Yuni
terkejut dan membuka kedua matanya. "Mas.. Mas mau apa..?" katanya
sedikit keras namun tertahan. Aku tidak memperdulikannya, aku
berusaha mencium bibirnya tetapi dia meronta, sehingga ciumanku
kutujukan ke lehernya yang putih. Dia semakin meronta, dan tanganku
semakin erat memegang kedua tangannya. Yuni terus meronta dengan
mengerak-gerakkan pingulnya ke kanan dan ke kiri, tetapi percuma, aku
jauh lebih kuat darinya. Tapi dia terus meronta sampai akhirnya dia
pasrah, begitu gerakannya melemah aku berusaha memasukkan batang
kemaluanku pada liang kewanitaannya, cukup sulit aku memasukkan
batang kemaluanku pada liang kewanitaannya, sampai sekitar 5 menit
kemudian aku berhasil menemukan lubang kenikmatannya.

Kumasukkan batang kemaluanku secara perlahan, saat aku memasukkan
batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya dia meronta lagi
dengan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri, tetapi ujung
batang kemaluanku telah masuk cukup dalam ke dalam liang
kewanitaannya hingga aku merasakan batang kemaluanku telah menembus
sesuatu yang sangat kecil. Aku terus memasukkan batang kemaluanku
lebih dalam lagi sampai semua batang kemaluanku tenggelam. Saat itu
aku melihat Yuni memejamkan mata dan dia menggigit bibirnya yang
bawah dengan giginya yang tampak putih berjajar rapi. Aku terus
menggerakkan batang kemaluanku maju mundur keluar masuk liang
kewanitaannya, sedangkan mulutku menghisap payudaranya bergantian.
Aku merasakan seluruh batang kemaluanku seperti ditekan-tekan tetapi
rasanya sangat hangat.

Sekitar 10 menit aku memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang
kewanitaannya, sampai akhirnya kukeluarkan sperma yang sejak dari
tadi kutahan. Kulihat spermaku keluar dari liang kewanitaannya tetapi
warnanya telah bercampur dengan bercak-bercak darah, tidak terlalu
banyak memang darah yang keluar, lain dengan Novi (pacarku red) yang
saat itu sangat banyak darahnya.

Setelah itu aku lunglai di atas tubuh Yuni yang telah diam tidak
bergerak dengan kepalaku berada di sisi kepalanya. Beberapa menit
kemudian aku merasakan setitik air membasahi telingaku, aku terbangun
dan kulihat setitik air keluar dari sisi kedua matanya yang masih
terpejam. Saat itu baru aku sadar jika Yuni telah menangis, ya
Tuhan.. Yuni menangis dengan menggigit bibirnya. Saat itu aku
langsung merengkuh dan merangkul tubuhnya dengan erat, beberapa kali
aku ucapkan kata maaf. "Kenapa.. kenapa kamu melakukan ini..?" Yuni
berkata sambil menangis. Aku terus merangkul tubuhnya yang masih
telanjang dengan erat sambil aku terus memohon maaf, tapi Yuni tidak
memperdulikannya dia terus menagis dan berusaha melepaskan pelukanku.

Setelah aku melepaskan pelukanku, dia langsung tidur dengan tengkurap
tetapi masih sesekali kudengar isakan tangisnya. Kudekati dia dan
kubelai rambutnya, "Maaf Yun, aku lepas kontrol, sungguh aku tidak
menduga kamu begitu terpukul dengan apa yang sudah aku lakukan. Kamu
boleh memaki aku, kamu boleh memukul aku, tapi aku mohon kamu jangan
menagis, aku sayang kamu, aku akan bertanggung jawab jika kamu
menginginkannya, apa saja yang kamu inginkan aku akan penuhi, tapi
tolong kamu mau maafin aku" Tak terasa air mataku juga telah mengalir
saat aku mengucapkan kalimat itu. Aku merasa sangat menyesal telah
melakukan hal itu kepada Yuni.

Beberapa saat setelah aku mengucapkan kalimat itu, kepala Yuni
menoleh ke arahku. "Baik Mas, aku akan meminta satu permintaan untuk
kamu, tapi tolong untuk saat ini kamu jangan ganggu aku, aku ingin
tidur, aku akan katakan permintaanku besok jika kita udah pulang",
dia berkata dengan suara serak dan sedikit berat. Aku hanya
mengangguk dan aku tidak mendengar lagi isakan tangisnya.

Malam itu aku sama sekali tidak dapat tidur, kupandangi tubuh Yuni
yang tengkurap dan terlihat sedang tidur. Aku tidak berani
menyentuhnya, saat kuperhatikan pada pantatnya terlihat bercak darah
bercampur dengan spermaku. Aku beranikan diri untuk membersihkannya
dengan sapu tanganku yang telah terlebih dahulu kubasahi dengan air
hangat yang kuambil dari dispenser. Dengan sangat perlahan aku
membersihkan pantat dan pahanya dari spermaku, kulihat Yuni masih
tertidur. Tetapi tiba-tiba dia menggerakkan tubuhnya dan dia berganti
posisi untuk telentang, untung dia masih tertidur. Selanjutnya aku
kembali membersihkan spermaku yang membasahi rambut dan liang
kewanitaannya juga dengan sangat hati-hati agar Yuni tidak terbangun,
tetapi tanpa kusadari Yuni telah membuka matanya dan dia memandangiku
dan memperhatikan apa yang sedang kuperbuat. Aku langsung
menghentikan tanganku yang masih membersihkan rambut di liang
kewanitaannya.

"Kamu nggak perlu melakukan itu Mas, udahlah aku juga salah kok, aku
maafin kamu" Yuni berkata sambil menatap wajahku yang sejak tadi
menunduk. Saat aku mendengar kalimat itu rasanya telah hilang semua
perasaanku yang sejak tadi kutahan.
"Terima kasih Yun, terima kasih kamu udah mau maafin aku", kataku
terpatah-patah.
"Sudahlah, sekarang Mas tidur saja, besok Mas harus setir mobil,
pinggangku sakit sekali", Yuni berkata sambil menarik lenganku.

Beberapa jam kemudian aku terbangun, kulihat Yuni masih tertidur.
Dengan hati-hati aku bangun dan kukecup keningnya dan aku berjalan
menuju kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi kuambil pakaianku yang
kulepas di sisi tempat tidur. Saat aku akan mengambil pakaianku,
kulihat Yuni terbangun dan dengan susah payah dia bangkit. Aku
langsung menghampirinya dan kubantu dia untuk berdiri.

"Kamu mau mandi Yun, ayo aku antar", kataku.
"Iya.. tapi aduh.. pinggangku sakit sekali Mas.." katanya.
"Kalau begitu aku mandiin ya.. aku janji nggak akan ngapa-ngapain
kamu lagi", kataku.
Dia mengangguk, kemudian kubopong dia menuju kamar mandi dan
kududukkan di atas kloset duduk lalu kubersihkan seluruh tubuhnya.
Karena saat itu aku belum berpakaian, maka aku juga ikut mandi lagi.

Setelah kami pulang, dalam perjalanan aku bertanya tentang
permintaannya yang dikatakannya tadi malam. Seperti disambar petir
rasanya saat dia berkata "Aku punya satu permintaan yang sebenarnya
untukku juga sangat berat, tetapi itu harus kamu lakukan karena itu
janjimu kemarin. Aku minta Mas tidak lagi menghubungi aku lagi, aku
nggak bisa ngasih alasan dan tolong jangan tanya mengapa, itulah
permintaanku". Aku hanya bengong tidak dapat berkata apa-apa.

Kuantarkan dia sampai ujung gang, karena itu permintaannya dan
setelah Vitara putih itu masuk ke dalam gang, aku kembali menuju
jalan besar dan pulang naik taksi. Empat hari kemudian kuberanikan
diri untuk menghubunginya, siapa tahu dia berubah pikiran. Saat aku
hubungi melalui HP-nya, tidak pernah aktif dan kucoba menghubungi
rumahnya ternyata yang menerima kakaknya dan mengatakan kalau Yuni
pulang ke Surabaya dan katanya tidak mau diganggu oleh siapapun.

Sepuluh hari kemudian aku mendapat email dan mengatakan kalau saat
itu ia berada di Melbourne dan akan kuliah di sana.
Selain itu dia
juga menceritakan panjang lebar tentang alasannya tidak mau bertemu
aku lagi. Akhirnya kusadari dan kumaklumi alasannya. Dalam hati aku
sering berpikir, seandainya aku tidak memperkosanya, aku pasti masih
sering bercumbu dengannya. Sampai jumpa Yuni.
Read More..