gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

ENAKNYA RAME RAME




Lia sedang duduk menyelesaikan ceritanya di komputer waktu aku, Doni
dan Ferry datang ke kamarnya. Tiba-tiba kami bertiga sudah ada di
samping dan di belakangnya sambil ikut membaca ceritanya di monitor.

"Wah, ceritamu bikin horny loh..!" kataku yang diiyakan juga oleh
Doni dan Ferry.
Yang membuat Lia kaget, Ferry dan Doni yang berdiri di samping kiri-
kanannya membaca monitor sambil mengusap-usap celana bagian depannya
yang nampak makin lama makin menonjol. Lia semakin kaget lagi sewaktu
mereka secara bersamaan tiba-tiba membuka celana sekaligus CD-nya ke
bawah, sehingga di kanan-kiri Lia muncul dua benda panjang menjulur
ke depan. Rupanya mereka sudah tidak tahan membayangkan cerita di
komputer Lia, apalagi melihat penampilan Lia malam itu yang hanya
berdaster transparan.

"Tuh kan, jadi keras nih punyaku.., ayo pegang..!" kata Doni sambil
menarik tangan Lia dan ditempelkannya di batang penisnya sekaligus
penis Ferry.
"Eh, ngapain nih pada..?" tanya Lia sambil agak meronta.
"Udah deh, pegang aja..!" kata Doni yang tiba-tiba menyusupkan
tangannya ke daster Lia bagian atas terus ke bawah hingga menyentuh
gundukan buah dadanya yang tak ber-BH itu.

Lia langsung menggeliat merasakan usapan tangan Doni pada bagian
sensitifnya yang menimbulkan sensasi tersendiri, sehingga Lia tidak
lagi meronta dan malah menikmati genggaman tangannya pada batang
penis Ferry dan Doni. Ferry pun tidak mau kalah, tangannya ikut masuk
menggerayangi buah dada yang kiri sambil memilin-milin lembut puting
Lia yang semakin mengeras.
"Aaah.., ssshh..," desahnya merasakan kenikmatan sambil tangannya
terus menggenggam dan sesekali mengocok batang penis mereka.

Mereka serentak menghentikan kegiatannya, dan menyuruh Lia berdiri
dari kursi menuju ke ranjangnya. Daster Lia yang sudah tidak karuan
menyangga tubuhnya langsung terlepas bersamaan dengan tangan Ferry
yang menarik cepat tali dasternya. Sambil memegangi tangan Lia, kini
mereka dapat bebas melihat kemulusan tubuhnya yang tinggal berbalut
CD mini itu.

Lia disuruh berhenti di dekat ranjangnya, dimana aku sudah duduk
menunggu, duduk di pinggir ranjangnya tanpa busana. Lia semakin
pasrah sambil berdiri waktu Ferry dan Doni merentangkan kedua
tangannya, dan mulai menciumi dari mulai ujung jari hingga ke lengan
bagian atas. Bulu-bulu halus Lia langsung berdiri menerima perlakuan
ini. Kecupan dan permainan lidah Ferry dan Doni di sepanjang kulit
tangan Lia membuatnya seperti terbang melayang. Rintihannya semakin
menggila sewaktu mereka menaikkan tangan Lia ke atas dan menyusupkan
bibir-bibir mereka ke ketiaknya.

Jilatan-jilatan Ferry dan Doni yang belum pernah Lia rasakan
sebelumnya itu, membuat Lia menggelinjang kegelian penuh rangsangan.
Kepalanya yang menengadah ke atas langsung disambut dengan ciuman
Doni di samping leher dan telinganya, sementara Ferry meneruskan
jelajahan bibir dan lidahnya yang liar ke samping pinggang Lia.
Sementara tangannya di atas memegang kepala Doni yang asyik menyusuri
telinga dan tengkuknya, aku berdiri dari ranjang dan tak kusia-siakan
buah dadanya yang membusung itu dengan kukecup lembut di sekitarnya.
Putingnya yang mencuat kujilat, kukulum dan kuhisap bergantian yang
membuat tubuhnya bergetar hebat menahan nikmat.

Desahan dan erangannya yang semakin mengeras tidak terdengar lagi,
karena tiba-tiba Doni membungkam mulut Lia dengan mulutnya yang liar
sambil memiringkan kepala Lia. Mau tidak mau Lia melayani permainan
bibir dan lidah Doni yang menari-nari di dalam rongga mulutnya.
"Mmph... mmph..," erangnya di tengah hebatnya serangan kami bertiga.

Sementara itu Ferry sudah berada di bawah tubuh Lia yang asyik
menciumi belakang batang kakinya mulai dari paha, betis hingga tumit
kakinya. Tangan Ferry yang tadinya meremas-remas pantat Lia, tiba-
tiba begitu cepat turun ke bawah bersamaan dengan CD-nya, hingga
akhirnya tak sehelai benang pun menempel di tubuh Lia. Pemandangan
indah gundukan vagina Lia tidak kusia-siakan dengan bibirku yang
sudah turun dari melumat buah dadanya menjadi ke perutnya.

Setelah puas memutar-mutarkan lidahku di seputar perut dan pusarnya,
aku kembali duduk di pinggir ranjang dengan posisi wajahku berhadapan
dengan vagina Lia. Tanganku kemudian menarik pinggulnya lebih
mendekat ke arah wajahku, dan bibirku langsung mengecup gundukan
vagina Lia dengan lembut yang membuatnya menggeliat merasakan
sensasinya.

Tidak puas dengan itu, makin kuturunkan tubuhku ke bawah dengan
posisi berlutut. Tanganku kemudian merenggangkan kakinya, hingga
vagina Lia terbuka bebas menggantung di depan wajahku. Tidak lama
kemudian kubenamkan wajahku ke selangkangan Lia yang kemudian diikuti
oleh usapan lidah Ferry di seputar pipi pantatnya. Lia semakin hebat
menggelinjang, apalagi sewaktu aku sudah mulai menjilat dan mengisap
klitorisnya dari bawah yang membuat vaginanya semakin basah.

Lia sudah tidak tahan dan mencoba meronta, tapi kami malah semakin
menggila. Tubuh Lia kami dorong ke ranjang, dan kusuruh menungging di
pinggir ranjang dengan posisi kakinya menggantung. Doni naik ke
ranjang dan berlutut di depannya dengan penisnya yang mengarah ke
wajah Lia. Tangan Doni kemudian memegang rambut Lia dan menengadahkan
kepalnya.
"Buka mulutmu..!" perintah Doni yang segera diikuti, karena memang
Lia sudah horny sekali, dan ingin melakukan apa saja.

Begitu mulutnya terbuka, masuklah batang penis Doni yang tegang itu
sedikit demi sedikit. Lia mulai merasakan nikmatnya mengemut penis
Doni dengan memaju-mundurkan kepala sesuai gerakan tangan Doni di
rambutnya.
"Ayo isep dan jilat sepuasmu..!" perintah Doni lagi yang segera
diikuti Lia dengan menjilati sepanjang batang penisnya yang divariasi
dengan mengemut kepala penisnya.

Sambil terus menghisap, Lia merasakan ada sesuatu di bawah
selangkangannya. Ternyata kepala Ferry sudah menengadah di antara
kedua paha Lia dengan posisi badannya berada di bawah ranjang. Bibir
dan lidah Ferry mulai beraksi dengan buasnya di vagina Lia. Yang
membuat Lia semakin histeris adalah ketika aku menyambut goyangan-
goyangan pantatnya yang mencuat ke atas dengan menyapukan lidahku ke
belahan pantat Lia dengan sesekali menusukkan ujung lidahku ke lubang
pantatnya.

Tanganku pun tidak mau tinggal diam, maju ke depan meremas-remas buah
dadanya yang menggantung. Lengkaplah sudah bagian-bagian sentra
kenikmatannya diserang habis-habisan. Aku tidak menyia-nyiakan
kesempatan indah ini. Kutarik kepalaku dari pantatnya, dan kugantikan
dengan menusukkan penisku ke vaginanya dari belakang. Dan untuk
mempermudah genjotanku, ferry memindahkan kepalanya dari selangkangan
Lia ke bawah buah dadanya yang menggantung, dan mulai menggeluti
puting Lia dengan mulutnya.

Bersamaan dengan semakin cepatnya gerakan maju-mundur penis Doni di
mulut Lia, kupercepat juga sodokan penisku ke lubang vaginanya sambil
mencengkeram keras pinggulnya. Sampailah pada erangan keras Lia
diikuti dengan mengejangnya tubuhnya tanda mencapai puncak. Terasa
hangatnya cairan di lubang vagina Lia yang diikuti dengan kencangnya
otot-otot di situ yang menjepit penisku.

Tanpa istirahat, Doni yang lalu mencabut penisnya dari mulut Lia,
membaringkan dirinya dan menarik tubuh mulus Lia ke atasnya, hingga
posisinya jadi berjongkok dengan vaginanya yang tepat berada di atas
penis Doni yang masih tegak berdiri. Sesaat kemudian, terbenamlah
penis Doni bersamaan dengan diturunkannya tubuh Lia. Erangan Lia
terdengar cukup keras merasakan nikmat, dan semakin memacunya untuk
mempercepat pompaan pada penis Doni.

Sementara itu, Ferry yang menunggu giliran mengambil inisiatif dengan
berdiri di samping Lia, dan memasukkan penisnya ke mulut Lia dengan
memutar sedikit kepalanya. Vagina dan mulut Lia kembali bekerja keras
memompa, sementara aku juga tidak tinggal diam dengan menarik kedua
tangan Lia ke belakang, lalu menjilat-jilat putting di buah dada
kirinya yang terguncang-guncang seirama naik-turunnya tubuhnya.

Rupanya Doni mencapai puncaknya lebih cepat. Ia menekan tubuhnya ke
atas yang diimbangi Lia dengan menahan ke bawah. Ferry yang sudah
tidak tahan penisnya dilumat, langsung mengambil inisiatif dengan
mendorong tubuh Lia ke samping hingga merebah di ranjang. Kedua
tangan Lia direntangkan ke atas, hingga berpegangan pada ujung tiang
ranjang, lalu kedua kakinya direntangkan, dan Ferry ambil posisi di
antara kedua paha Lia. Vagina Lia yang terbuka langsung dihujam oleh
penis Ferry yang masih basah bekas lidah Lia. Ferry mulai menyodokkan
penisnya dengan lembut yang membuat Lia mengerang dan berusaha
mengimbangi dengan memutar-mutar pinggulnya.

Sementara itu, Doni yang berada di samping Ferry membantu merangsang
Lia dengan menciumi, menjilat, dan mengulum jari-jari kaki Lia yang
mulus itu.
Bibir sensual Lia yang terus mengerang itu membuatku tidak
tahan melihatnya. Aku bergerak maju dan kukangkangi wajahnya, hingga
penisku yang masih tegang berada tepat di depan mulutnya. Kuangkat
sedikit kepalanya dan kudorong masuk penisku. Lia pun menyambut
dengan ganas perlakuanku ini. Dihisap dan dikulumnya penisku dengan
bibir dan lidahnya.

Genjotan penis Ferry semakin cepat di bawah yang membuat Lia
menggelinjang hebat.
"Mmmh.. mmph.. mmmph..," teriak Lia tertahan penisku di mulutnya
bersamaan dengan melengkungnya tubuh Lia ke atas.
Lia telah mencapai puncaknya bersamaan dengan Ferry.
"Tunggu, aku juga mau keluar..!" kataku lagi sambil melepas penisku
dari mulutnya dan mengocok penisku di depan bibirnya yang sengaja
dibukanya lebar.
"Aaagghh..!" erangku yang bersamaan dengan semprotan maniku ke wajah
dan mulut Lia.

Tak hanya itu, waktu semprotanku berhenti, langsung dikulumnya
penisku lagi dalam-dalam yang membuatku terasa ngilu tapi nikmat
sekali. Akhirnya kami berempat merebah jadi satu di ranjang dengan
perasaan puas yang mendalam. Yang jelas kami semua
merasakan 'asyiknya rame-rame', mirip dengan slogan iklan rokok di TV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar