gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

RINA GADIS NAKAL




Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di
Bandung, dan sekarang sudah tingkat akhir. Untuk saat ini aku tidak
mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Oleh
karena itu aku sering main ke tempat abangku di Jakarta.

Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku
melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu.
Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku.
Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku
untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya,
Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas
2 SMP.

Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari
Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya
karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk
saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama
3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu.
Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena
sekolah.

Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku,
karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah
Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu
film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD
porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis
satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-
gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.

"Hallo, Oom Ryan..!" Rina yang baru masuk tersenyum.
"Eh, tolong dong bayarin Bajaj... uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya
nggak ada kembalinya."
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua
ribu rupiah.

Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Rina duduk di karpet di
depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang
setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.
"Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-
temen di sekolah, tapi belon pernah liat."
Gugup aku menjawab, "Rina... kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum
cukup umur! Ayo, matiin."
"Aahhh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat... cuma begitu aja!
Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem."

Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang
Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat
minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk
di beranda belakang membaca majalah.

Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di
dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR,
dan... astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh
mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya
terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah
dan terus masuk menyiapkan makanan.

Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi
astaga... jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang
menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku
yang tadi sudah mulai "bergerak", sekarang benar-benar menegak dan
mengganjal di celanaku.

Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri
bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah
mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda
kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci
piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
"Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!"
"Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta!
Gantian... putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?"
Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
"Yang bener... Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!"
"Aahhh... Oom Ryan ngeledek..!"
Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku.
Aku
menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa,
dan... tersandung!

Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul
dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami
terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau
shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai
menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata,
dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.

Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua
pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan
yang membayang.
"Uuuhh... mmmhhh..." Rina menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang
sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai
ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
Aahhh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!

Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti
kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan
Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat
membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan..
nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu
yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina.
Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.

"Ehhh... mmmaaahhh..," tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya
menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
"Ooohh... aduuhhh..," Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku
menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai
membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina
akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke
dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar
dan mengeras.

Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-
engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan
kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di
pipi Rina.
"Mmmhh... mmmhhh... ooohhhmmm..," ketika Rina membuka bibirnya,
kujejalkan kepala kemaluanku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot.
Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun
naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma
kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku,
bertukar saat lidah kami saling membelit.

Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di
selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina
menekan pantatku dari belakang.
"Ohhmm, mam... msuk... hhh... msukin... Omm... hhh... ehekmm..."
Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan
Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan,
tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun
berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku
yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang
15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang
kemaluannya terlalu kecil.

Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya
usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu.
Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku
tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa
ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang
masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan
Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.

Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai
menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama
kelamaan mulutnya menceracau.
"Aduhhh... ssshhh... iya... terusshh... mmmhhh... aduhhh... enak...
Oommm..."
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan
kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak
3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina
segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti
meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun
berlomba mencapai puncak.

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun
membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak
rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan
hangat membalur seluruh batang kemaluanku.

Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil
menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai
klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia
pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.

Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup
dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa
kenikmatan orgasme.
"Aduh, Oom... Rina lemes. Tapi enak banget."
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu
tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku
yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang
telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih
amat kencang.

Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua
dan... kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam
aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina... entah berapa kali.
Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh
kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan
berangkat ke sekolah.

Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera
pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang
sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas
celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa
itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang
bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat
keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah!
Merasakan caranya memberiku "blowjob", aku tahu bahwa ia baru saja
belajar dari VCD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar