gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

BONUS MASUK ASURANSI





Tahun 1997 ada sebuah kenangan indah di daerah wisata Kopeng masuk
wilayah Kabupaten Salatiga di Jawa Tengah dan waktu itu aku masih
bekerja di salah satu perusahaan jasa pelayaran di Semarang. Pak
Bram, sebut saja begitu adalah pimpinan tempatku bekerja, dan beliau
saat itu berusia kurang lebih 48 tahunan namun potensi seksualnya
masih hebat. Aku sendiri menempati posisi deputy dari Pak Bram dan
semua sepak terjangnya sudah ada pada tanganku semua dan aku tetap
menjaga kepercayaannya padaku. Itulah kenapa sekretarisnya selalu
berganti-ganti dan selalu muda dan cantik-cantik padahal menurutku
perusahaan yang tidak begitu besar itupun belum membutuhkan seorang
sekretaris. Hanya saja saat jam istirahat dan menjelang kepulangan
Pak Bram, si sekretaris tadi disibukkan dengan acara office party.

Kalau sudah jam-jam sibuknya Pak Bram itu, kami seluruh kantor tidak
berani mengganggu acaranya yang membutuhkan waktu, biasanya rata rata
45 menit sampai 1 jam. Dan entah apa yang mereka lakukan berdua
dengan sekretarisnya selama itu, namun yang jelas setiap kali office
party itu berakhir, Pak Bram kelihatan lebih fresh dan sebaliknya
sekretarisnya nampak sedikit kusut dan menampakkan ekspresi kurang
puas. Seluruh telepon yang minta sambung ke Pak Bram pasti tidak akan
disambungkan dengan alasan keluar kantor atau lunch.

Suatu hari datanglah seorang agen asuransi seorang wanita untuk
menawarkan jasa ke kantor kami, dan saat itulah Pak Bram melihat
wanita itu dan diminta masuk ke ruangannya.
"Saya Sofi," wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Bram," seraya mengulurkan tangannnya.
"Saya Prasetyo," sahutku memperkenalkan diriku.
Singkatnya Pak Bram nampaknya tertarik dengan jasa asuransi itu dan
mengikut sertakan seluruh karyawan perusahaan tempat kami bekerja.
Dan saat itu juga Pak Bram menandatangani perjanjian dengan
perusahaan asuransi dari Mbak Sofi.
"Every thing is OK, jika ada apa-apa hubungi saja Pak Pras, yach,"
kata Pak Bram mengakhiri perjanjian kami.

Aku akui memang wanita itu pandai dan menarik sekali cara
perkenalannya atau kami sudah terlena oleh kemolekan tubuh wanita
ini. Seminggu kemudian Mbak Sofi mengantar polis-polis ke perusahaan
kami dan kebetulan Pak Bram sedang dinas ke Jakarta dan kali ini aku
yang harus menemui.
"Maaf Pak Bram lagi ke Jakarta, silakan duduk! mau minum apa?" kataku
menyambut mereka di ruanganku.
"Apa saja dech yang segar," sahut Sofi.
"Oh iya, Pak Pras, kenalkan ini asisten saya, namanya Yeni," kata
Sofi memperkenalkan rekan kerjanya.

Acara serah terima polis berlangsung begitu cepat dan sejenak kami
hening dan terdiam tiba-tiba, suasana terlihat kaku.
"Wow, selera Mas Pras boleh juga," kata Sofi tiba-tiba.
"Em, emangnya kenapa Mbak?" tanyaku semakin akrab saja.
"Tuh..." kata Sofi sambil menunjuk ke arah kalender meja yang
bergambar cewek bule polos dengan pose mengundah nafsu yang
melihatnya.
"Yach maklumlah aku khan laki-laki Mbak, nanti kalo gambarnya cowok
wah.., lha bisa berabe," sahutku sekenanya.
"Begini Pak Pras, selain menyampaikan polis kami ke sini juga ingin
memberikan bonus untuk perusahaan ini karena omzetnya besar sekali,"
kata Sofi di sela-sela gurauan kami.
"Baik nanti saya sampaikan ke Pak Bram, terus..." pembicaraanku di
sela oleh Sofi.
"Begini Pak Pras nanti kita bicarakan di dinner party, kita akan
kasih tau tempatnya," kata Sofi sambil menatap tajam ke arahku.

Besok adalah hari Sabtu, biasanya kantor kami masuk setengah hari,
dan siang nanti aku harus jemput Boss yang datang bersama
sekretarisnya. Dalam perjalanan HP-ku berdering dan nampaknya dari
Sofi.
"Prasetyo di sini," jawabku.
"Mas Pras, entar malem bisa khan? tempatnya rahasia, nanti sore kita
jemput di kantor," kata Sofi.
"Apaan sich pakai rahasia segala," tanyaku yang membuat Pak Bram
penasaran.
"Sebentar Fi, aku lagi bersama Pak Bram dan Mbak Niken," jawabku.
"Pak Bram, ini dari Sofi mengajak makan malem entar malem, dan mereka
akan membicarakan soal bonus, akan tapi dia merahasiakan tempatnya,"
aku menyampaikan pesan Sofi semua ke Pak Bram.
"Mas, aku ikutan yach," rengek Niken manja.
"Hem emhh..." sahut Boss tuaku.
"OK, Mbak Sofi nanti sekalian Mbak Niken juga ikutan," aku menyambung
pembicaraan ke Sofi.
Sofi terdiam sejenak lalu, "Its OK, Yeni juga kau ajak kok, pokoknya
siiplah, bye," Sofi menutup pembicaraan kami.

Kami berbalik arah atas perintah Pak Bram untuk menuju kantor karena
sebentar lagi sore dari pada ke rumah Pak Bram nanti urusan sama
istrinya bisa berabe. Kantor sudah lengang karena sudah pada pulang
sejak pukul 13.00 tadi dan tinggal kami bertiga serta satpam penjaga
kantor.Begitu sampai di kantor Bram dan Niken rupanya tidak dapat
menahan gejolak birahinya dan dengan terburu-buru masuk ke ruangan
Bram namun pintu masih terbuka sedikit. Akhirnya aku tahu apa yang
dilakukan Bram dengan sekretaris-sekretarisnya dahulu, juga dengan
Niken dengan mata kepalaku sendiri.

Desahan nikmat Bram semakin keras dari ruanganku yang kebetulan
bersebelahan, demikian pula desah Niken. "Niken, aahhmmm.. mmmpphh...
hisepph... aaaghhh..." desah Bram membuat birahiku perlahan bangkit
dan menjalar ke selangkanganku untuk mengacungkan diri. "Braaamm...
gelliii," desah Niken kemudian. Namun yang aku dengar hanya desah dan
dengusan nafas Bram yang tenggelam dalam birahinya, dan kemana desah
manja Niken? tanyaku dalam hati. Beberapa saat kemudian, "Nikenhhh...
ahhgghhh.. kku.. kell..." kata Bram terbata-bata menahan laju
spermanya. "Aaaghhh..." teriak Bram keras menyemburkan spermanya
diiringi suara gaduh dari ruangannya, sepertinya benturan kursi
dengan meja. "Emmmpphhh..." Niken mendesah lirih. Sebentar kemudian
terdengar orang mengguyurkan shower, pasti si Niken lagi bersih-
bersih, tebakku. Lalu ruangan itu kembali hening, hanya obrolan-
obrolan pelan dari ruangan itu, kadang aku dengar suara tertawa kecil
dari Niken.

"Pras, sini lho jangan bengong di situ," suara Bram keras memanggilku
saat aku mulai menjelajah internet di PC-ku.
"Sebentar Boss," sahutku dan dengan sengaja aku buat lama agar mereka
sempat merapikan pakaian masing-masing.
Lebih kurang tiga menit berlalu aku baru berani mengetuk pintu Boss
yang terbuka sedikit namun aku masih ragu-ragu.
"Masuk Pras, kemarilah kita berpesta," kata Bram datar.
Alangkah terkejutnya aku ketika masuk ke ruangan itu melihat Niken
tergolek bugil di meja Bram, sementara Bram masih menghisap puting
Niken, dan jari tengahnya bekerja di vagina Niken yang terlihat basah
oleh sperma Bram. Sperma Bram nampaknya cukup banyak sampai meleleh
di meja di sela-sela bongkahan pantat Niken yang padat kenyal.

"Mmm.. maaf Pak," kataku tergagap, namun aku melihat Niken tidak
bereaksi dan masih merem melek oleh permainan jari Bram di
vaginannya. "Pras, ayo bantu aku puasin Niken, aku udah lumayan capek
Pras," kata Bram datar dan tidak aku perkirakan sebelumnya. Melihat
pemandangan sedap itu penisku tegang seketika dan berereksi maksimal
dan membayangkan bagaimana kalau vagina sempit itu aku jejali dengan
penisku sepanjang 16,5 cm dengan diameter 4 cm. "Jangan bengong,
tunggu apa lagi!" teriak Bram. Aku menghampiri mereka berdua dan
sedikit takut juga pada Bram meski sebelumnya aku pernah threesome
waktu kuliah dulu dengan teman-temanku. Akan tetapi yang aku hadapi
ini situasinya lain, karena dia adalah Boss-ku dan sekretarisnya.

Niken menatapku penuh harap dan dari mimiknya aku tahu dia sangat
mengharapkan permainan seksnya, tidak ada pada satu pihak dan
kesimpulanku Niken belum menggapai orgasmenya. Aku menghampiri Niken
dari sisi meja lainnya kemudian aku kecup mesra sekali bibirnya
sambil kubelai lembut rambutnya. Kami bercumbu lama sekali dan di
sela-selanya kadang Niken mendesah oleh permainan jari Bram, rasanya
tidak menarik lagi baginya. "Emmhhh.. Prasshh..." desah Niken yang
tampak semakin gelisah menggapai orgasmenya yang gagal bersama Bram.
Aku maklum, memang seusia Bram itu nafsu kuda tenaga ayam karena
usia. Tangan Niken mulai menggapai zipper lantas dengan cepat Niken
mengeluarkan isi celanaku yaitu batang pejal yang hangat. "Prasshh...
aaakhh..." Niken menggapai-gapai kepalaku untuk segera menghisap
putingnya, sementara tangan kirinya mengocok dengan lembut penis
kesayanganku.

"Pras.. ayooo!" rengek Niken, namun aku melirik ke arah Boss-ku yang
tampak seperti anak kecil di tetek ibunya. Tampak olehku penis Bram
lucu bentuknya, kecil sekali, pantas saja Niken masih terangsang.
Bram memberiku isyarat agar aku segera melakukan permintaan Niken,
lalu aku pelorotkan sedikit celanaku. Aku kemudian berjalan ke sisi
lain meja dan mengatur posisi untuk segera melakukan penetrasi ke
vagina Niken.

"Aoohh mmpphh... aaaghh..." Niken menggumam ketika setengah penisku
dengan mudah membongkar rongga rahimnya yang licin oleh sisa sperma
Bram. "Ahhggh ssshhh.. aaaghkkk..." Niken tampak meringis ketika aku
membenamkan seluruh batang penisku ke vaginanya dan terasa olehku
ujung penisku mendesak rahim atasnya. Aku diamkan sesaat lamanya
penisku tenggelam dalam rahimnya dan menikmati kehangatan yang
terpancar dari genital kami masing-masing. Kemudian aku kocok penisku
perlahan dan lembut agar kehangatan dan kasarnya lebih terasa
bergesek dengan bibir vaginannya. Niken tampaknya suka dengan apa
yang kulakukan, terlebih saat Bram mulai memainkan bukit indah di
dadanya dimana putingnya masih nature dan kenyal. "Aaahgghh...
ssshhh... sshhh... aagghhh..." Niken mulai menggelinjang lembut
menyambut apa yang ia harapkan. "Prasssh... aagghh.. kuu... agghh...
aaakkhh..." sampai juga Niken pada momen yang diharapkannya. Akan
tetapi Niken masih menguasai orgasmenya, sehingga ia tidak larut
dalam kenikmatan pertamanya.
Aku memberinya waktu untuk beristirahat, dan ketika aku hendak
mengambilkan air mineral, buru-buru Bram mencegahnya dan ia memberiku
isyarat agar tetap di dekat Niken, kali ini Bram yang melayani kami.
Setelah itu ia ke bathtub dan berendam air hangat di sana. Aku
mengambil tissue di meja Bram dan aku sapukan lembut di bibir vagina
Niken yang basah oleh cairannya sendiri dan sisa-sisa terakhir sperma
Bram. Aku jongkok di sisi meja, lalu aku buka lebar-lebar kedua kaki
Niken, nampaklah kini bongkahan daging kemerahan yang rambutnya
tercukur habis lagi bersih. Kutempelkan bibirku di bibir vaginanya
untuk melakukan oral seks, dan ketika aku buka bibir vaginanya dengan
telunjuk dan jari tengahku terciumlah bau harum yang khas dari Niken.
Aku menjilat dari pangkal anus Niken sampai sisi vagina bagian depan
begitu berulang-ulang dan aku sela dengan gelitik ujung lidahku di
mulut vaginanya.

"Ooogghhk.. aaagghhmm.. punnhh.. aaahh... Prassstth... aaaghh..."
Niken melonjak-lonjak, pinggulnya goyang kiri-kanan di atas meja
berlapis kaca.
Bokong Niken leluasa bergerak karena sperma Bram dan
mani Niken sendiri bercampur meleleh di permukaan kaca meja tersebut.
Setelah agak lama oral seks terhadap Niken aku lalu berdiri dan
melepas semua pakaianku yang sedari tadi belum sempat terlepas. Niken
membuka lebar-lebar kedua pahanya dan memegangi kedua tungkainya,
matanya terpejam menyambut sensasi yang segera ia rasakan. Kedua
bibirnya yang seksi itu ia buka memancing birahiku untuk segera
menyetubuhinya. Aku remas sendiri penisku dan semakin mengeras dan
panjang saja di hadapan Niken, kemudian perlahan aku tempelkan di
mulut vagina Niken. Tepat saat Niken menyibakkan rambutnya aku
hujamkan pelan memasuki rongga rahimnya.

"Prassshh... aaaooookkh mmmphh... mmpfff..." gumam Niken.
"Mmmpphh... puaskan aku yach sayang..." rengek Niken manja.
"Slerphh..." 16,5 cm penisku kembali menjejali rahim Niken.
Aku membiarkannya diam terbenam di rahim Niken sambil memainkan otot-
otot penisku untuk memberi rasa geli pada Niken.
"Prasshhh... ooaaakhh... aakhhh... mmpphhh.. nikmat sekali, pintar
kamu Pras..." puji Niken.
"Mau yang lebih nikmat say..?" tanyaku.
"Mpphhh..." Niken hanya memejamkan matanya menyambut apa yang akan
aku lakukan atas vaginanya.
Pelan namun pasti aku mulai mengocok lagi lubang rahimnya yang masih
perat dan sempit itu.
"Aaaghh... aaghhh... ssshhh mmfffh... terusshh... aaannggghh..."
ceracau Niken.
Aku sedikit menarik dadaku agar tubuhku tegap berdiri dengan begitu
kepala penisku akan dengan mudah menyentuh G-spot-nya.

"Aaakkhhh.. yacchhh.. yaahh... mmpphhh... aaanggghhh yaahhh," Niken
semakin tenggelam dalam irama birahinya. Ia meremas sendiri kedua
payudaranya dan kadang putingnya ia tarik sambil dipilin-dilepas lagi
dan diulangi lagi berulang sehingga ia sendiri semakin tenggelam
dalam ritme yang mengasyikkan ini. "Aaaghkku.. agh ahhk... aaahh...
aahh.. aamphh..." Niken melepas kedua tangannya dari dadanya dan
berpegangan erat pada kedua sisi meja. Kepalanya oleng seperti orang
kesurupan lalu dadanya ia busungkan, pinggulnya bergelinjang penuh
dengan gairah birahi yang mendalam. Kami semakin jauh tenggelam dalam
irama permainan ini dan tak menghiraukan lagi Bram yang dengan
santainya menyaksikan permainan panas kami. Namun ketika Niken mulai
tak dapat menguasai dirinya tampaknya Bram horny juga karena aku
melihat tangan kanannya terlihat mengocok penisnya sendiri dan yang
kiri memegang segelas Sampanye.

"Nikeenn.. aak... aahhh..." aku tak sanggup menahan laju spermaku dan
bersamaan itu pula. "Prassshhh.. aaakh... aaaghhh..." Niken menjerit
dan memegang erat kedua sisi meja, pinggulnya ia hentakkan kencang-
kencang dan dikombinasikan dengan goyangannya. Apa yang Niken lakukan
membuatku semakin tak tahan, dan sedetik kemudian aku memancarkan
maniku banyak sekali. "Aaagghh..." desahku keras. Rupanya denyutan
penisku saat maniku memancar menyebabkan Niken kegelian dan buru-buru
ia bangun lalu mendekapku erat-erat. Kami berdekapan mesra sampai
tetes maniku terakhir aku rasakan. Sekejap aku melihat wajah Bram
terlihat tegang dan kedua giginya terkatup rapat, sementara tangan
kanannya terlihat semakin cepat mengocok penisnya dan tiga detik
kemudian ia terlihat puas melempar senyum ke kami.

"Hem.. udah puas Nik?" suara Bram itu mengagetkan kami.
Niken menoleh ke arah Bram di bathtub lalu menganggukkan kepalanya,
lalu kami french kiss lama bak sepasang kekasih.
"Terima kasih Pras, entar malem pasti lebih hot," bisik Niken.
"Ha.." aku terkejut.
"Udah ach entar tau sendiri," bisik Niken.
"Hayoo... rencana busuk apa itu kok bisik-bisik?" tanya Bram
berkelakar.
Niken tersenyum kecut lalu menyusul Bram ke bathtub. Setelah
merapikan pakaianku, aku kembali ke ruanganku lalu mandi dan aku
teridur di kursi kerjaku. Singkat dan tak kuduga sebelumnya
percintaanku dengan Niken namun masih terasa gigitannya itulah
kesimpulanku saat bercinta dengan Niken di ruang Bram.

Tak terasa sudah jam lima sore saat aku terjaga namun kulihat ruangan
Bram tertutup rapat, khawatir janji dengan Sofi molor maka pintu aku
ketuk pelan dan kudengar suara Niken mempersilakan aku masuk.
"Masuk Pras!" suara Niken mempersilakan aku masuk.
"Mana Pak Bram?" tanyaku saat melihat Niken.
"Sedang keluar," kata Niken setengah mendesah.
"Kenapa..?" aku membalasnya dengan setengah berbisik di belakang
telinga Niken.
"Masih terasa mengganjal di sini Mas.." Niken menunjuk ke
selangkangannya yang ia buka melebar.
"Punya Mas besar dan panjang sich dan pokoknya mmmpphhh..." imbuh
Niken seraya mengusap-usap vaginanya sendiri dan membuat gerakan bak
disetubuhi.
"Akh udah ah, entar ketahuan Bram lho," kataku sambil membimbing
Niken berdiri.

Kemudian kami bersiap menyambut Sofi dan Bram yang akan menjemput
kami petang ini. Kami duduk di lantai atas kantor kami sambil minum
ginseng yang dibelikan oleh security kami. Tampak di luar masih
terlihat kesibukan pelabuhan yang tak pernah akan berhenti, kami pun
terlibat obrolan santai. Akhirnya aku tahu bahwa Niken menolak kalau
dituduh simpanan Bram dan yang ia lakukan hanyalah demi uang dan
karir. Ia mau berbuat begitu karena dikhianati oleh pacar yang amat
disayanginya yang tega menghamili gadis lain. Dari Niken juga aku
tahu bahwa Bram itu orangnya "Edi Tansil" alias Ejakulasi Dini Tanpa
Hasil. "Baru diisep dua kali aja sudah ngecritt.. alias maninya
muncrat," kata Niken pada suatu kesempatan. Kasihan benar kamu Niken,
bisikku dalam hati. Lalu aku menarik nafas dalam-dalam.

"Oh iya Niken, apa maksud kamu tadi itu?" selidikku.
"Yang mana?" tanya Niken lupa.
"Itu lho, katanya nanti malem akan lebih hot!" sahutku.
Niken termenung sesaat.
"Sebetulnya ini rahasia dari Bram, cuma karena tadi aku sangat puas
dengan permainan Mas Pras akhirnya aku kelepasan ngomong," jelas
Niken.
"Begini Mas Pras, sebetulnya Bram sudah tahu kalau Sofi akan
memberikan bonus dalam rangka aplikasi asuransi kemarin," imbuh Niken.
"Terus..." tanyaku penasaran.
Niken sepertinya keberatan, lantas terdiam lalu berdiri dan meghisap
dalam-dalam filter kesukaannya. Matanya menerawang jauh ke laut lepas
seolah ingin menumpahkan semua beban hidupnya di sana.

"Nik..! kamu baik-baik saja kan?" aku bertanya pada Niken dan
menghampirinya lalu kudekap Niken di samping kiriku.
"Nggak! nggak apa-apa kok Mas," tukas Niken membalikkan badannya
menghadapku.
"Tapi wajah kamu kok keruh begitu..?" aku mencoba agar dia mau curhat
padaku.
"Mas Pras! tapi ini sangat rahasia, jadi tolong simpan untuk Mas Pras
saja," pinta Niken.
Aku tidak berkata sepatah katapun karena aku rasa Niken sudah percaya
kepadaku.
"Begini Mas...!" Niken mulai curhatnya kepadaku panjang lebar yang
intinya sikap Bram yang mulai terlihat mencampakkan Niken seperti
baru saja terjadi antara aku, Niken dan Bram dimana Bram mengijinkan
Niken aku setubuhi.
"Habis manis sepah dibuang," kata Niken penuh kekesalan.
"Niken! dunia ini tidak hanya milik Bram atau milik kamu ataupun
milik aku saja, tetapi dunia ini luas," hiburku.
Secara jujur aku akui bahwa akhir-akhir ini aku juga merasa kesal
dengan Bram yang semakin otoriter saja dan ini bertentangan dengan
pribadiku.

"Sebenarnya aku sudah punya perusahaan sendiri yang aku percayakan
pada salah seorang sahabatku. Sekarang masih tahap trial running dan
membutuhkan accounting officer, kebetulan Niken kan background-nya
accounting punya dan kala Niken bersedia Niken boleh berkarir di
sana," kucoba memberi Niken alternatif yang baik.
"Tapi..." Niken tampaknya ragu namun segera aku yakinkan.
"Nik! apakah aku seperi Bram dan... emhh, entah apa yang terjadi tadi
tiba-tiba aku tak sanggup menolaknya?" kutatap matanya dalam-dalam
untuk meyakinkannya, lalu aku yakinkan lagi dengan sebuah kecupan
mesra di dahinya.
"Aku tahu dan maklum kepada Mas Pras sebagai lelaki muda dan..."
Niken berhenti bicara sejenak seperti berpikir sesuatu.
"Dan jantan..." tukas Niken dengan senyum manisnya yang merebak
membuat wajahnya kembali bersinar.

Niken menghisap dalam-dalam kretek filternya mild-nya, lalu
mencampakkan puntungnya ke vas bunga dekat jendela.
"Mas, acara nanti malam adalah rencana Bram agar dapat berkencan
dengan si Sofi dan Yeni bersama kita," jelas Niken.
"Bersama kita..." aku terheran.
"Yach fivesome lah... dan sudah jadi rahasia umun kan ada beberapa
jasa semacam itu yang memberikan bonus service yang hot," kata Niken
datar.
"Tapi Mas Pras nggak usah kuwatir, aku akan melampiaskan semua
kekesalanku atas Bram pada Mas Pras, so siap-siap saja yach," ancam
Niken dengan senyumnya yang seksi yang semakin membuat hatiku
berbunga.
"Dan Mas Pras akan jadi raja malam ini," ejek Niken.
"Gila kali..." kataku pelan dan tiba-tiba saja HP-ku berdering.
"Yes Boss..." jawabku pada Bram.
"Aku sampai di Gajah Mada nich, jadi siap-siap saja, sekali celup
masih bisa kok Pras," kelakar Bram.

Aku tidak merespon kalimat terakhir Bram tadi hingga Bram menutup
pembicaraan kami.
"Oh iya, kalian langsung saja ke Kopeng (Bram menyebut nama salah
satu wisma), kita ketemu di sana," ajak Bram.
"Ok, Niken ayo kita bersiap."
Aku menggandeng Niken menuruni tangga kantor kami menuju Kijang
kesukaanku. Dalam perjalanan ke Salatiga aku mempersilakan Niken
untuk istirahat agar badannya kembali bugar. 1 jam perjalanan aku dan
Niken tiba di wisma yang dimaksud oleh Bram, Niken masih tampak
terlelap, aku mencoba membangunkannya dengan cara mengecup lembut
bibirnya. "Mpphhh.. udah nyampai yach..." Niken mulai tersadar dari
tidurnya.

Wisma itu besar sekali dan terletak agak jauh dari jalan raya
Salatiga-Magelang, mempunyai 4 kamar sekelas president suite. Melihat
bangunannya ini termasuk bangunan baru namun ber-arsitek mirip
bangunan lama. Bram sudah sampai duluan bersama Sofi dan Yeni yang
nampak mesra di kiri dan kanan Bram di koridor depan. Melihat
kedatangan kami Sofi lalu berdiri dan menyambut kedatangan aku dan
Niken.
"Have a hot party," katanya sambil mengerlingkan nakal matanya.
"Ayo kita santap malam!" ajak Sofi ke ruag tengah.
Ruangan tengah berhias lampu kristal mahal dan interiornya tertata
rapi berhampar permadani merah menambah hangatnya suasana meski udara
di sana terasa menggigit sampai ke tulang. Kami lantas makan bersama
dan dilanjutkan berenang di warm water pool dan setelah itu acara
jalan-jalan sekitar wisma itu menghirup udara segar pegunungan
bercampur aroma sayuran khas pegunungan. "Nich room service-nya, bila
perlu apa-apa tekan saja extention 9 untuk room service atau
membutuhkan sesuatu," kata Sofi ketika kami melewati sebuah bangunan
saat kembali ke wisma.
Kami duduk-duduk di ruang depan, sementara Sofi sibuk dengan
mempersiapkan ruangan tengah. Niken sedari tadi bergelayut manja
padaku tampak acuh dengan Bram di depan kami yang merangkul mesra
Yeni. Tampak sesekali Bram mencium bibir Yeni bahkan terang-terangan
meremas selangkangan Yeni di depan Niken, Yeni sendiri rupanya juga
sudah "on" berat tak memperdulikan sekitarnya. "Ternyata brengsek
juga si Bram ini, tidak peduli perasaan Niken," makiku dalam hati.
Semakin lama sikap Bram semakin cuek saja, akhirnya aku menarik Niken
untuk ke teras samping yang menghadap ke kebun sayuran. Kami
berbicang ringan di sana tentang sejuknya dan betapa indahnya alam
ini kira-kira setengah jam kami habiskan waktu untuk ngobrol. Aku dan
Niken lalu masuk kembali ke ruangan semula dan aku amati wajah Yeni
semakin kelihatan horny sekali, demikian juga Bram, namun mereka
(Bram dan Yeni) tak dapat memulai sendiri pestanya harus bersama-
sama. Wajah Yeni tidak begitu cantik namun bodinya yahut banget,
dadanya membusung, tubuhnya putih mulus terawat, tungkainya lancir
berkombinasi dengan pantatnya yang bulat padat menandakan bahwa power
sex-nya pastilah meletup-letup dan aku yakin Bram hanya sekali goyang
sudah kelojotan.

Diam-diam aku lebih bergairah jika melihat Yeni dari pada Sofi,
apalagi melihat dahinya yang sedikit nonong tentu bongkahan
selangkangannya juga tebal dan luas. Perfectly, bathinku. Darah
lelakiku semakin berdesir kencang. Sofi sendiri orangnya montok
berisi tapi tidak dapat dikatakan gemuk, tepatnya adalah semok alias
seksi dan montok, kulitnya kuning dan rambutnya pendek sebahu.

Pukul 19.00 Sofi mempersilakan kami untuk memasuki arena dan perlahan
tirai penutup koridor sutera merah itu tertutup demikian pula untuk
tirai jendela lainnya dan tiba-tiba ruangan berubah menjadi
hangat. "Inilah bonus itu Mas Pras," bisik Niken di sela-sela langkah
kami ke ruang tengah. Benar-benar bonus yang hebat dan aku tidak
pernah habis pikir akan hal ini, lantai ruangan tengah yang tadi
beralaskan karpet merah kini berlapis kain satin lembut, entah apa
maksud dari interior ini, aku masih bertanya dalam hati.

Kami sudah di balik tirai itu dan berada di ruang tengah namun Sofi
menjelaskan aturan mainnya yaitu semua peserta harus melepas pakaian
yang ada di tubuh kami masing-masing dan bagi yang wanita silakan
dandan secantik-cantiknya di washroom yang tersedia, dan bagi laki-
laki dipersilakan mengambil suplemen penyegar tubuh agar tetap fit.
Aku melihat tampak ada beberapa jenis dan aneka warna vibrator yang
tersedia bagian pinggir sisi meja lain yang membuat pesta ini
kelihatan lebih lengkap. Sofi bak seorang guide professional memberi
petunjuk kepada yang lain dan aku akhirnya bisa menebak bahwa
sebentar lagi akan ada nude party. Aku terperangah ketika melihat
Niken baru saja keluar dari washroom, diikuti Yeni, kemudian Sofi,
wajah ketiganya anggun berhias bibir sensual yang merah menantang dan
masing-masing punya kelebihan, si cantik yaitu Niken, si hyperseks
yaitu Yeni, dan si semok Sofi. Bau harum lebih menyeruak ke ruangan,
dan aku melihat Bram jakunnya semakin cepat naik-turun pertanda
birahinya sudah di ubun-ubun.

Sofi dan Yeni menghampiri Bram, sementara Niken mendekat ke arahku,
aku melihat Bram bergelayut mesra di dada Yeni karena Bram orangnya
agak pendek sedangkan Yeni memakai sepatu hak tinggi. Aku dan Niken
tersenyum geli saat Bram menyusu Yeni sambil berjalan ke arah meja ke
ruangan itu karena kelihatan lucu. Musik mengalun lembut menambah
hangat suasana pesta ini dan aku semakin tenggelam dalam rengkuhan
bibir Niken. Di setiap sudut ruangan ada monitor 29 inchi menampilkan
film seks sehingga menambah panas suasana pesta ini. Udara pun tak
lagi terasa dingin justru semakin terasa amat panas oleh cepatnya
aliran darah kami masing masing. Aku dan Niken mengambil segelas
sampanye lalu saling suap sambil berdansa mesra, saling dekap saling
cumbu dan saling pagut. Tubuh kami seimbang karena Niken menggunakan
sepatu berhak tinggi sehingga pinggul kami pun tepat bersentuhan.
Kedua telor penisku terasa mengusap lembut bibir luar vagina Niken
membuat kami kadang merinding kegelian bercampur nikmat.

Bram yang sedari tadi tampak sudah tak tahan ingin segera menyetubuhi
Yeni meminta Yeni mengambilkan buah anggur hijau di tengah meja.
Karena letak buah anggur itu di tengah meja maka praktis Yeni harus
menungging saat mengambilnya. Namun bukanlah Bram kalau tidak berbuat
begitu, karena begitu Yeni terlihat mengangkat tumitnya maka
merekahlah vagina Yeni lalu buru-buru Bram jongkok dan mencumbui
vagina Yeni dari arah belakang. "Aaaghhh..." Yeni tampak kaget namun
menikmatinya dan acara "mengambil anggur" itupun berubah menjadi
acara "jilat kacang". Yeni memang pandai memasang umpan atas Bram,
dia menikmati jilatan demi jilatan Bram dengan desahannya. Bram
memang banyak makan garam, karena dengan permainan lidah Bram, Yeni
semakin mendesah hebat dan diikuti lenguhan-lenguhan nikmat. Bram
menjilat dari lubang anus yang sedikit memerah ke depan menuju bibir
sampai sudut bibir vagina bagian depan kemudian berhenti memainkan
ujung lidahnya di klitoris Yeni.

"Aaaoohh sshhh.. oohhss hhh.. oohh.. ssshhh.. aagg... oohhghh," Yeni
rupanya mendekati orgasmenya. Sofi kemudian mendekati Yeni dan
jongkok di antara Yeni dan meja, dan dengan sigap sudah terlihat
memainkan buah dada Yeni bagian kiri dan yang kanan ia hisap dalam-
dalam. Tangan Bram mulai menggapai meraba-raba punggung bagian atas
kemudian ke bawah berulang-ulang. Yeni terperangah nikmat apalagi
Bram kini mulai menusukkan dua jari tangannya ke vaginanya. Dengan
cepat Yeni tak mampu menahan sensasi itu, lalu Yeni pun melenguh
panjang, wajahnya mendongak meregang orgasmenya. "Aaoughh mmpphhh..
aaahkk.. aahhk.. aampphh.. sshitthhogghhh.. sshhh..." ceracau Yeni,
matanya mendelik kemudian terpejam, pinggulnya ia putar-putar
mengikuti irama lidah Bram. Demikian pula pantatnya dihetakkan lembut
seirama tusukan jari Bram yang semakin cepat temponya dan tak
teratur. "Aaooghh.. aaashh sshhh... mmmpphh... aaahhggh," Yeni
melenguh menikmati detik-detik terakhir orgasmenya.

Yeni kemudian menyibakkan rambutnya dan membimbing Sofi untuk duduk
di meja, lantas dengan sigap Sofi segera membuka lebar-lebar sudut
kakinya. Yeni mulai memainkan ujung lidahnya belahan vagina
Sofi. "Oogghh.. Yenn... ssshhh... aahh mmpphh... hangat Yennhh..."
gumam Sofi. Sekembali Bram dari minum ia lalu menghampiri Sofi dan
terlihat mencumbui Sofi dengan lembut. "Oogghh.. Mas... Brammh...
aakhkh... mmpphff..." mulut Sofi tersumpal oleh bibir Bram.Sofi
melenguh, kadang mendesah manja, membuat aku dan Niken semakin
terhanyut oleh birahi. "Nikhh.. aaku masukin yach..." bisikku di
telinga Niken lantas memainkan belakang telinganya."Hem.. aaoghhh..
gelli.. Mass..." desah Niken. Aku sedikit membungkuk lalu tanpa
diperintah Niken membantu membimbing penisku memasuki
vaginanya. "Aahhghh.. hangat.. mpphh..." hawa hangat mulai menjalar
ke tubuh Niken dari selangkangannya mengalir ke seluruh bagian tubuh.
Rasa pejal dan hangat mulai merambah ke wajah Niken yang kini mulai
kelihatan memerah, di lain bagian aku rasakan bukit vaginanya semakin
menyembul karena tersumbal oleh penisku. Aku mulai mengocoknya
perlahan seirama musik lembut, sesekali Niken menjauhkan tubuhnya
dari aku untuk lebih menancapkan gigitan vaginanya yang semakin
hangat kurasa.

Sofi sudah mulai mendekati detik orgasmenya dan bersamaan itu
pula, "Ngghh... aaampphh... aaakkhh.. ogghhh... Mas.. Prasshh...
aakk... ooh.. aaaghhh..." Niken menggelinjang hebat dalam
rengkuhanku, kedua kakinya menegang hebat menahan tubuhnya yang
bergetar. Aku kemudian menarik sedikit pinggulnya ke bawah sehingga
kedua pahanya kini lebih terbuka lebar dengan demikian aku punya
kesempatan untuk menanamkan dalam-dalam secara keseluruhan penisku
yang panjang. "Aaghkk... ohhh mpmpp.. sshhh.. aaghhh.. aaghhh...
sshhh.." Niken menggapai orgasmenya, sangat sensasional tubuhnya
memeluk hangat tubuhku. Aku merasakan cairan hangat menyiram penisku
yang masih tetap berdenyut, lalu kami kembali pada irama dansa,
sementara penisku masih menancap di rahim Niken. Aku melihat di dekat
meja telah berganti posisi, dan Sofi memegang vibrator nyala
memainkannya di vagina Niken terduduk di meja dengan satu kaki ia
angkat dan satu kakinya bertumpu di lantai. Dari belakang Sofi, Bram
mengocokkan pensinya di vagina Sofi namun kelihatan ironis karena
vagina Sofi yang gemuk dan tebal itu beradu dengan penis kecil nyaris
tidak kelihatan. Aku sempat melirik Bram saat memasukkan penisnya ke
vagina Sofi yang nampak tergopoh-gopoh dan begiitu masuk seluruhnya
Bram mendesah. "Oohhgghh... hangat Soff..." desah Bram.

Sofi mulai menggoyang pinggulnya dengan teratur, memutar, sesekali
menghentak ke arah pangkal penis Bram. Bram kulihat kelojotan
mendapat serangan Sofi, begitu pula Yeni yang mulai mendesah
kepedasan oleh sensasi vibrator yang kini ia mainkan sendiri. Sofi
tenggelam dalam alunan birahinya lantas menggoyang cepat dan tak
teratur membuat Bram semakin bergetar dan "Aooghhh.. mmpphh... aakk..
keell..." teriak Bram menyambut semburan spermanya. "Ttt...
tungguu... aahkkkuu.. aaaooghhh.. aaooghg.. aammpphh asshhh aahh..
shhh..." Bersamaan itu pula sofi tegang dan sedetik kemudian tubuhnya
bergetar. Bersama itu pula penisku semakin berdenyut-denyut karena
gairahku dan hal ini menambah gelitik di vagina Niken, lalu Niken pun
tenggelam dalam orgasme yang berikut. Bram dan Sofi kemudian
berpelukan dan berpagutan mesra berjalan menuju sofa di salah satu
sudut ruangan. Lain halnya dengan Yeni yang kelihatan putus sudah
jenuh dengan permainan vibratornya, kemudian mendekati aku dan Niken.

Yeni mendekapku mesra dari belakang vaginanya yang memang masih
menyembul karena birahinya ia gesekkan sendiri ke pantatku.
Kenikmatan yang aku rasakan kali ini betul-betul nikmat, aku berdansa
dengan dua bidadari dan keduanya mendekapku dengan mesra. Penisku pun
kurasa semakin berdenyut tak teratur menandakan aku segera
memancarkan sperma. Namun karena Niken sedikit capai setelah dua kali
orgasme ia membimbingku menuju dekat meja. "Plopphh.." suara penisku
saat lepas dari gigitan vagina Niken. Niken melenguh lalu duduk di
sisi meja untuk mengambil sampanye lalu memberi isyarat agar aku
meneruskan permainanku. Aku rebahkan Yeni di shatin putih, kedua
pahanya aku buka lebar-lebar dan semakin merekahlah vagina Yeni. Tak
aku sia-siakan kesempatan ini untuk mengecup, mencumbu dan menjilat
vagina Yeni yang masih bersih (beruntung Bram menyetubuhi Sofi
dulu). "Aahghhh.. aapap mmhhh.. appmmhh... aaakkhh.. sshh," Yeni
mendesah, tangannya meremas dan memilin putingnya. Niken tanggap akan
hal ini lalu mendekati Yeni dan meletakkan kepala Yeni di pahanya,
kemudian Niken memainkan puting Yeni dengan mulutnya. Rabaan dan
remasan tangan Niken membuat Yeni semakin bergelinjang hebat dan
mempercepat orgasme Yeni yang sedari tadi tersendat. "Aaagghhh...
oooghhh.. oopppmmhhh... sshhh... shiitt hhh... aaahhkkk..." Yeni
mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang.

Berikutnya Yeni semakin bergelinjang dalam lenguhan-lenguhan
panjangnya, tubuhnya hangat tersumbal oleh penisku sementara di
bagian lain Niken menambah sensasi di putingnya. "Aaaghhkk.. kkuu..
mmppphhh... maauuh... aaghhh..." Orgasme berikutnya menyusul, apalagi
setelah penisku kudorong lebih dalam lagi membuat Yeni histeris.
Tubuh Yeni masih bergelinjang, pinggulnya ia putar goyang dengan
irama tak teratur semakin cepat dan semakin cepat, lalu aku rasakan
spermaku sudah berkumpul di ujung penis menyebabkan penisku semakin
mengeras. Semakin pejal dirasakan oleh Yeni dan Yeni kembali
menggapai orgasmenya yang serasa tiada akhir."Yennhh.. aakuu..."
desahku ketika hendak menggapai ejakulasiku. Yeni bangkit dan melepas
gigitan vaginanya, buru-buru ia meraih penisku dan sekejap sudah
tertelan dalam mulut seksi Yeni. Kocokan tangan berkombinasi dengan
sedotan kadang permainan lidah Yeni membuatku bergetar hebat dan aku
kini yang berdiri pada kedua lututku terasa ingin berdiri dan melepas
semua sperma yang ada di kantong spermaku.

"Uughhh.. shhh... Yennh... oookhhh... hisapphhh... ooghh..."
ceracauku saat menjelang ejakulasiku.
"Sssrrr... rotth.. crothh... crothhh..." entah berapa semprotan
maniku menyembur di mulut Yeni.
"Agghhh.... aampphhh.. oogghhh... hh... mmppphh..." aku masih
menikmati sisa-sisa orgasme.
"Ooghhh.. udahh... aaahhh..." pintaku pada Yeni ketika menjilat habis
sisa-sisa sperma yang meleleh dari lubang kencingku.

Lega rasanya semua birahiku tersalurkan setelah sekian lama
menyumbat. Malam semakin larut lalu kami beristirahat setelah
menghabiskan minuman yang ada. Bram lalu menuju ke kamar dan meminta
Niken melayaninya di sana, lalu aku menyusulnya, sementara Sofi dan
Yeni ke washroom untuk bersih-bersih. Niken menggapai orgasmenya saat
aku dan Bram menyetubuhinya, karena penis Bram kecil maka aku
sarankan ia melakukan lewat anus Niken sementara penisku yang panjang
aku hujamkan dalam-dalam ke rahim Niken. Niken bergelinjang hebat
oleh karena permainanku dan Bram. Bram kemudian tertidur karena
kecapaian ditemani oleh Sofi. Aku sendiri mengajak Yeni dan Niken ke
kamar lainnya dan menghabiskan malam panjang sampai spermaku terasa
betul-betul terasa kering sudah dan akhirnya aku tertidur dalam
pelukan dua bidadari.

Kami terbangun hampir bersamaan ketika matahari sudah tinggi lalu
menuju kolam renang dan berendam di sana sambil sarapan pagi. Sore
hari kami baru kembali ke Semarang dengan membawa bonus yang tak
terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar