gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

MIRA AND BRAM






Saat itu usiaku masih belia sekali untuk ukuran perkotaan, 14 tahun.
Pertemuanku dengan seorang laki-laki di daerahku membuatku jatuh
cinta, cinta pertamaku, sebaliknya dia pun demikian. Dia sering
menungguku saat aku pulang dari sekolah. Cinta pun bersambut, kami
sering bertemu. Ada rasa rindu bila sehari tak bertemu. Hubungan kami
semakin erat. Mulai mencoba-coba berciuman. Aku ingat selalu saat
pertama kali kami berciuman. Rasanya tidak dapat dilupakan hingga
kini. Karena terlalu mabuk asmara hingga aku lupa akan mana yang
patut dan mana yang tidak, dan itu menyebabkan aku hamil.

Hingga suatu saat aku menerima kabar bahwa dia mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor, dan tak dapat diselamatkan. Sangat sedih rasanya
hatiku saat itu, sedih yang tak terlukiskan. Aku sudah tidak gadis
lagi, apalagi saat itu aku sudah berbadan dua. Bahkan kata saudaraku,
aku sempat pingsan berkali-kali, gelap rasanya dunia saat itu, dua
hal besar yang membuatku berpikir saat itu bahwa aku kehilangan
seorang yang kucintai dan kehamilanku. Apakah aku harus menanggung
semua perbuatan tersebut seorang diri? Saat menghadiri pemakamannya
ingin rasanya aku terjun di dalam lubang kubur, ingin menyusulnya.

Setelah itu aku mengalami kesedihan yang berlarut-larut, sakit
rasanya ditinggal pergi seorang yang kita cintai terlebih ditinggal
mati dan secara tiba-tiba. Bila kita diputus pacar mungkin dapat
terobati dengan masih bisa kita melihatnya walaupun sudah dimiliki
oleh orang lain, tetapi bila telah beda alam, bagaimana mau
melihatnya? Kadang ingin rasanya bertemu dalam mimpi untuk mengobati
rindu, sekali saja, tetapi semakin aku inginkan malah semakin sulit
untuk tidur.

Lama aku mengalami kesedihan, hingga akhirnya aku ditegur oleh
orangtuaku. Untuk menutupi rasa kesedihanku aku dinikahkan oleh
orangtuaku. Saat aku menemui calon suamiku, aku tidak ada rasa apapun
terhadapnya. Aku menyadari kalau ini bukan kemauannya juga, dia hanya
sekedar membantuku agar melupakan kesedihanku.

Akhirnya aku melakukan perjanjian dengannya sebelum ke jenjang
pernikahan, yang berisi bahwa kamu bisa menikmati seluruh tubuhku
tapi jangan harap kamu mendapatkan cintaku dan aku ingin pernikahan
ini tidak berlangsung lama, seandainya aku hamil, aku ingin dia
segera menceraikanku begitu anakku lahir, dan jangan mencariku, bila
anakku menanyakan bapaknya akan aku jawab bahwa dia telah meninggal.
Jadi jangan cari aku dan jangan cari anaknya, dia tidak mengetahui
bahwa aku sedang hamil benih cinta dari pacar pertamaku.

Perjanjian dia terima, maklum saat itu aku lagi mekar-mekarnya,
banyak juga yang menginginkanku. Sementara dia tanpa bersaing hanya
dengan penunjukkan langsung, mendapatkan diriku, oleh sebab itu dia
segera menerima perjanjian tersebut. Mungkin dalam benaknya buat apa
cinta yang penting dia mendapatkan tubuhku serta memenangkan
perebutan diriku.

Dengan upacara pernikahan yang sangat sederhana sekali jadilah kami
sepasang suami istri. Seperti layaknya sepasang pengantin kami pun
mengalami yang namanya malam pertama tetapi tak seindah yang
kubayangkan, hanya semu karena memang tanpa didasari rasa cinta yang
menyatu. Selanjutnya kehidupan kami pun tak jauh beda dengan rumah
tangga yang lainnya. Hingga aku beritahukan kepada suamiku bahwa aku
hamil. Dia menanggapi dengan dingin, mungkin dia tahu bahwa benih di
perutku bukan dari dia.

Setelah kandunganku sudah mencapai harinya, persalinan telah selesai.
Aku mendapatkan seorang bayi laki-laki, di usiaku yang ke 16. Setelah
masa nifasku selesai, aku menagih janji pada suamiku. Dia tanpa rasa
sedih sedikitpun segera memproses perceraianku. Orangtuaku menanyakan
sebabnya, karena kami sudah ada kesepakatan dari awal sebelum
pernikahan maka kami melakukan sandiwara agar tujuan perceraian
tercapai, akhirnya mereka menerima. Jadilah aku seorang janda dengan
seorang bayi laki-laki di usia yang masih muda, hampir 17 tahun.

Mengapa aku memilih seperti ini? Karena buat apa kita hidup bersama
dengan orang yang tidak kita cintai. Sementara bayiku merupakan
bagian dari hidupku, karena dari benih orang yang sangat kucintai.
Aku tetap masih mengenang pacarku yang telah mendahuluiku, darinya
lah aku mengenal cinta, yah cinta pertamaku, cinta sejatiku, dan aku
masih merasa tetap sebagai kekasihnya walaupun telah berbeda alam.

Setelah aku merasa sudah agak pulih, aku mulai mencoba kerja di
pabrik di daerahku, saat itu usiaku menginjak usia 17 tahun lebih.
Selama menjadi janda dan pengangguran, untuk sementara aku dibantu
oleh kakakku. Kerja di pabrik ternyata lumayan juga, capeknya. Belum
ada setahun kerja di pabrik, aku ditawari temanku untuk kerja di
Jakarta, tanpa pikir panjang segera aku terima, bayiku aku titipkan
pada kakakku.

Pekerjaan di Jakarta yang aku terima sebagai pramuniaga, cukup lama
aku bekerja di sini hingga usiaku hampir 19 tahun. Gaji yang kuterima
lebih besar dari kerja di pabrik di desaku, tetapi pengeluaranku juga
lumayan besar di Jakarta, hingga uang yang aku kirimkan ke desa untuk
anakku tidak begitu beda hanya lebih beberapa puluh ribu rupiah saja.
Beberapa bulan kemudian temanku yang mengajakku ke Jakarta pindah
kerja, tinggallah aku di Jakarta seorang diri, tanpa teman dan
saudara.

Suatu hari aku mendapatkan berita bahwa anakku sakit hingga aku harus
pulang ke desa. Setelah anakku sembuh aku kembali ke kota, ternyata
posisi pekerjaanku telah diisi orang lain dan aku sudah tidak
dibutuhkan lagi, sedih sekali rasanya. Aku mencari teman sedesaku
yang dulu mengajak ke Jakarta untuk menanyakan apakah ada pekerjaan
untukku. Setelah bertemu dia. Dia mengajak bekerja di tempatnya yaitu
sebuah tempat pijat. Dia menerangkan pekerjaan yang dia lakukan, juga
mempraktekkan langsung ke diriku di tempat kost-annya.

Setelah aku pertimbangkan, hanya seperti itu, yah aku terima. Tanpa
menggunakan surat dan Ijazah, aku diterima dan langsung kerja.

Hari pertama, aku kerja, kikuk juga, tadi sih praktek di kamar
belakang bisa, sekarang sudah masuk kamar, bingung juga, beruntung
aku mendapatkan tamu pertama yang pengertian. Dia memang bertujuan
hanya pijat, nggak tahu apakah dia menyenangkan diriku, dia bilang
pijatanku enak dan setelah selesai aku menerima uang tips. Enak juga
kerja tidak begitu capek tetapi dapat uangnya lumayan, tidak seperti
jadi pramuniaga, berdiri terus menerus selama delapan jam yang hanya
diberi waktu istirahat satu jam.

Tamu ke dua, mulai meraba-raba, aku tidak sanggup menerimanya hingga
kuberikan ke temanku yang lain, senang sekali temanku menerimanya.
Aku hanya mau tamu yang hanya membutuhkan pijat saja. Hari berganti
hari, akhirnya aku tahu seperti apa tempat kerjaku. Kalau mau dapat
uang banyak yah harus berani.

Kata temanku di sini tak ada cinta, yang ada hanya uang. Jangan jatuh
cinta dengan tamu. Tetapi puaskanlah tamu, buat agar segera selesai,
bayar dan selesai. Merinding aku mendengarkannya. Memang sih tamunya
dia banyak sekali. Jangan lihat wajahnya, mau cakep mau jelek yang
penting bayar, katanya lagi. Di sini orang cakep tidak laku katanya,
yang punya uang yang laku. Dia menunjukkan uang tips yang dia dapat
hari ini, dia telah mendapatkan tamu sebanyak lima orang, dua ratus
ribu rupiah satu orang, dipotong biaya harian (jajan + main kartu /
iseng nunggu tamu + rokok + ngasih roomboy) paling tidak sembilan
ratus ribu bersih dibawa pulang dalam sehari sehingga dalam sebulan
pendapatan bersihnya rata-rata mencapai dua belas juta rupiah bersih
tanpa dipotong pajak penghasilan 21, itu telah dikurangi beberapa
hari tidak kerja karena datang bulan.

Kalau aku perhatikan memang sih di sini tak ada cinta, tetapi tetap
aja ada rasa cemburu bila tamunya beralih ke orang lain, bukan
cemburu karena cinta tetapi karena pendapatannya beralih ke orang
lain. Banyak juga yang menjatuhkan orang lain, baik yang secara
terang-terangan maupun yang terselubung.

Ada yang bilang ke tamu kalau si ini, si itu, habis sakit phs lah.
Ada yang melakukan operasi plastik untuk menutupi kekurangannya, ada
yang memasang susuk di tubuhnya, bahkan ke klitnya. Biar laris
katanya.

Suatu saat tamu pertamaku dulu ingin bersamaku lagi, karena rindu
dengan pijatanku. Oleh karena pernah bertemu dengannya aku sudah
tidak kagok lagi, selain itu aku suka dengannya karena sopan, tidak
meraba-raba diriku. Aku sih niatnya memang bekerja yakni memijat,
karena seragamku memang menggunakan rok mini hingga pahaku
bersinggungan dengan pantatnya; posisi dia telungkup dan aku memijat
dengan menduduki pantatnya. Nah saat dia telentang nampak penisnya
yang sudah membesar, aku tidak perduli, kututupi dengan handuk kecil
yang tersedia, aku tetap melakukan pijatan di kaki dan tangannya
serta sedikit di bagian perut.

Hingga akhirnya dia memohon dengan sangat, untuk menolongnya
mengeluarkan desakan nafsu yang sudah memuncak dengan cara
memasturbasi kemaluannya. Pertama aku jawab bahwa aku tidak dapat
melakukan hal itu, kemudian aku diajari olehnya hingga dia ejakulasi
dan aku mendapatkan uang tips yang lumayan besar.

Akhirnya aku sudah mendapatkan pola kerja, bila tamu ingin main maka
aku berikan kepada temanku, bila hanya sekedar pijat aku kerjakan,
yah maksimal aku pijat kemaluannya hingga ejakulasi. Lumayan tips
yang kudapat dalam satu minggu sama dengan satu bulan kerja sebagai
pramuniaga.

Nampaknya bapak yang pertama kupijat itu sudah menjadi langganan
tetapku. Pernah dia meminta ijinku, bila aku tak keberatan, ingin
rasanya dia memegang tubuhku, pertama sih kutolak, tetapi melihat
tingkah lakunya yang sopan dan selalu memberikan uang tips yang
lumayan, maka kuijinkan dia meraba tubuhku, dengan syarat aku masih
berpakain lengkap; ada juga sih rasa takut kehilangan pelanggan
sebaik dia, mengingat persaingan yang sangat besar, anehnya dia tidak
mau dengan pemijat lain kecuali dengan diriku.

Pada pertemuan yang kesekian kalinya, dia sudah dapat meraba
payudaraku juga kemaluanku, terus terang aku tidak dapat menolak
permohonannya yang selalu dikatakan di saat kami bertemu, rayuannya
yang membuatku terkadang lupa diri, selain itu uang tips yang
kudapatkan juga semakin besar, dan yang tak dapat kuhindari adalah
bahwa aku juga memiliki kebutuhan itu, aku tidak munafik, karena aku
telah menjanda selama hampir tiga tahun. Asli, itulah pertama kalinya
aku merasakan basahnya kemaluanku setelah sekian lama tidak
merasakannya, belum lagi resiko pekerjaan yang sehari-hari kuhadapi
adalah melihat bahkan memegang kemaluan yang membesar yang menuntut
untuk dikeluarkan "isinya".

Hingga si bapak mengetahui kisahku, karena setiap selesai pijat, dia
selalu memuaskan diriku dengan jemarinya yang lincah hingga dia
sendiri ejakulasi juga, dan dilanjutkan dengan membicarakan masalahku
terkadang juga masalah si bapak. Si bapak terkejut melihat perjalanan
hidupku seperti itu, yang akhirnya dia memelukku. Ohh rasanya, sudah
lama aku tidak dipeluk kaum pria, sepertinya ada perasaan yang pernah
hilang, yaitu perasaan dilindungi, rasa aman.

Tak berapa lama bibir kami telah saling bertaut, aku suka cara dia
menciumku. Dia dapat membangkitkan gejolak birahiku yang lama padam.
Mungkin aku sudah terbawa derasnya arus nafsuku tanpa terasa tidak
tahu bagaimana caranya si bapak hingga aku menjadi telanjang bulat.
Dengan kesabarannya dia mencium bibirku hingga aku hampir tak bisa
bernafas, dan mulai turun ke arah leherku, rasa geli campur nikmat
berbaur menjadi satu, aku mencari-cari sekiranya ada pegangan yang
dapat kuraih untuk menjadi pegangan karena rasa takut jatuh yang amat
sangat, iya jatuh ke dalam jurang kenikmatan, paling tidak untuk
membuktikan pada diriku bahwa aku tidak sedang bermimpi, ini adalah
kenikmatan nyata, bukan virtual.

Sprei tempat tidur sudah jatuh ke lantai akibat rontaan kakiku dan
kakinya yang bergerak, seperti sedang mendaki bukit, bukit
kenikmatan, akibatnya hanya tinggal kasur pegas yang dibungkus bahan
seperti kulit yang menjadi licin oleh keringat kami berdua. Aku tetap
berusaha mencari pegangan itu, dan kudapatkan kepala si bapak, kuusap
rambutnya yang terkadang kujambak karena saking nikmatnya hisapan
mulutnya yang melumat kedua payudaraku.

Ciuman bapak semakin turun dan mencapai daerah kemaluanku, aku malu
bila kemaluanku dilihat secara dekat, bukan dikarenakan bentuknya
yang jelek atau adanya beberapa bekas luka yang hampir hilang di
pangkal paha dekat lubang anusku, tetapi aku mengalami basah yang
lumayan banyak semenjak kami berciuman, saat itu aku memang lagi
nafsu-nafsunya, jadi aku malu bila dia mengetahui bahwa aku benar-
benar terangsang. Kututup kemaluanku dengan kedua belah telapak
tanganku.
Dia tidak berusaha membuka tanganku, tetapi tetap menjilati di daerah
selangkanganku, oups rasanya, belum pernah aku merasakannya dengan
mantan suamiku yang selalu tanpa pemanasan, terlebih lagi dengan
pacar pertamaku, semua yang dilakukan si bapak tidak pernah memaksa,
bertahap perlahan membiarkanku mabuk dalam kenikmatan.

Dia menjilat turun ke arah kakiku, daging di balik lututku tak lepas
dari jilatannya, kemudian berbalik ke atas kembali, ouhss, rasanya
seperti jatuh, jatuh, dan jatuh. Tak kuat aku akhirnya, kulepaskan
kedua tanganku yang berada di kemaluanku untuk mencari pegangan, dan
yang kudapatkan kepala si bapak lagi, terbukalah kemaluanku di
hadapannya.

Nampaknya tanpa menyia-nyiakan kesempatan, si bapak segera mencium
vaginaku, kaget rasanya waktu itu, jangankan kemaluan, pahaku saja
belum pernah dicium lelaki. Oooh, benar-benar luar biasa, tak lama si
bapak menghisap klitorisku. Oups, semakin cepatlah arus jatuhnya
tubuhku ke dalam jurang kenikmatan yang sangat dalam, tanpa terasa
kepalaku terdongak ke atas, sebagian punggungku terangkat ke atas
sembari siku tanganku menahan di atas kasur pegas serta melepaskan
jambakan rambutnya.

Sudah tidak ada rasa malu lagi saat itu, kutekuk kedua kakiku dan
kubuka lebar, kubiarkan dia menjelajahi kemaluanku dengan ujung
lidahnya, sudah tidak terhitung berapa kali aku menjepit dan melepas
kepala si bapak dengan kedua pahaku demi menahan gelombang kenikmatan
yang datang silih berganti. Desahan yang dari tadi kutahan dengan
mengatupkan kedua rahangku pun jebol, dan tanpa sengaja menjadi
lenguhan yang tak terkontrol.

Hingga bergetar seluruh tubuhku, kutekan wajah si bapak ke
kemaluanku, hisapan mulut si bapak semakin kuat. Akhirnya aku pun
mencapai orgasmeku yang pertama dalam hidupku, lemas dan lunglai,
capeknya minta ampun. Si bapak menghentikan aktifitasnya guna
memberikan kesempatan padaku untuk bernafas yang dari tadi nafasku
tidak teratur. Kupegang kemaluanku basah sekali, campuran antara
ludah si bapak dengan lendir kenikmatan, malu benar rasanya waktu
itu. Si bapak melihat kedua bukitku yang mengembang-kempis akibat
nafasku yang belum teratur dan tak lama dia telentang di sisiku.

"Puas.." katanya.
Tidak kujawab pertanyaannya, aku hanya senyum, kurasa itu pertanyaan
yang tak perlu dijawab, dia pasti sudah mengetahuinya dari jarak
dekat saat melahap kemaluanku tadi.
Dia bilang, "Kalau kamu puas aku senang koq. Adalah merupakan
kebahagian tersendiri apabila seorang lelaki dapat memuaskan wanita,"
sambil menyisir rambutku yang menutupi sebagian wajahku ke samping
dengan tangannya.

Aku senang sekali dengan caranya dia melakukan, tidak merasa seperti
seorang pemenang yang mencemoohkan lawannya yang kalah, tidak
membuatku malu walaupun sebenarnya aku sudah sangat malu karena
aktivitas tak terkontrol yang kulakukan tadi hingga basahnya
kemaluanku.

Tanpa rasa malu lagi, sudah terlanjur basah, ibarat nasi sudah
menjadi bubur, maka akan kubuat menjadi bubur yang nikmat, kataku
dalam hati. Langsung kunaiki tubuhnya dan memasukkan kemaluannya yang
masih keras dari tadi ke dalam kemaluanku yang sangat basah, dan aku
melakukan gerakan bak seorang joki. Kadang di sela-sela genjotanku,
kami saling beradu ciuman, semakin meningkatkan birahiku, libidoku
cepat naik bila berciuman.

Beberapa saat kemudian kurasakan kemaluannya semakin besar, besar,
dan besar, hingga dia terbangun dari tidurnya dan memelukku dengan
sangat kuat sambil menciumku dengan hisapan yang sangat kuat dan
tetap melakukan goyangan seperti kapal di tengah laut. Genjotannya
membuat klitorisku tergesek oleh bulu kemluannya. Ooouh, dan aku
merasakan denyutan-denyutan halus yang teratur dari kemaluannya yang
semakin membesar yang tak lama menyemburan cairan panas yang memancar
di dalam kemaluanku. Walaupun telah memancar, dia tetap menggoyang
dan anehnya kemaluannya tidak segera mengecil seperti milik mantan
suamiku. Ooohss, akhirnya aku mendapatkan orgasmeku yang kedua dalam
hidupku.

Itulah pengalaman pertama bersetubuh dengan tamu. Kami lakukan setiap
bertemu, kalau dia tidak datang aku yang mengundangnya agar datang ke
tempat kerjaku guna memuaskan kebutuhanku. Hingga akhirnya dia
menghilang tanpa bekas. Karena kebiasaan mendapat uang tips dari
bapak tadi, nah begitu dia menghilang, berkuranglah pendapatanku.
Akhirnya aku memilih-milih tamu yang manakah yang layak kujadikan
sebagai pengganti si bapak.

Aku mendapatkan penggantinya. Seperti halnya si bapak yang dulu, dia
pun hilang juga tak berapa lama. Lama kelamaan aku mulai tahu apa sih
yang dibutuhkan lelaki hingga akhirnya aku tidak lagi memilih-milih
tamu karena kebutuhan ekonomiku semakin meningkat apalagi anakku
sudah semakin besar. Berdasarkan pengalaman dengan kedua tamuku yang
pertama tadi, aku mulai menerapkan bahwa aku harus melayani mereka
dengan seutuhnya, inilah resepku hingga kini. Walau aku sudah
setengah tua, tetapi tamuku tidak kalah banyak dengan pendatang baru
yang muda-muda dan cantik.

Yang dibutuhkan oleh lelaki yang ke sini adalah perhatian, kemanjaan,
dan tentunya seks. Tidak semua tamu kuberikan pelayanan seutuhnya,
ada yang hanya seks saja, tetapi ada juga yang tanpa seks, hanya
kemanjaan, minta dielus-elus kepalanya, didengarkan keluhannya,
bahkan ada yang minta pendapat, tidak ubahnya seperti pacar, istri
atau teman.

Satu hal yang kuhindari adalah meminta lebih, aku hanya meminta
sesuai harga yang ada di tempatku, bila mereka memberi lebih aku
terima, kalau kurang yah aku panggil satpam. Ada juga yang merasa
puas kudiberi hadiah mulai celana dalam atau bra; hingga di rumah
sekarang terdapat bermacam cd dan bra aneka bentuk dan warna; cincin,
gelang, bahkan handphone.

Banyak teman kerjaku yang sering merengek-rengek kepada tamunya,
minta lebih untuk bayar kost-kost-an atau untuk beli pulsa telepon,
bahkan minta untuk beli susu buat bayinya. Temanku yang minta susu
ini aneh, dia hamil oleh tamunya sendiri, dan itu dia sengaja, dengan
alasan karena tamunya cakep, dia ingin anaknya cakep seperti tamunya,
akhirnya hamil juga sih, dan dia tetap bekerja walaupun hamil, banyak
teman yang meledeknya, kalau anaknya nanti lahir perempuan disuruh
beri nama "Mira" karena "milik rame-rame", kalau laki-laki disuruh
beri nama "Bram" karena "bramai-ramai".

Pernah suatu hari, ada seorang yang sudah berumur datang ke tempat
kerjaku membawa seorang notaris, kaget juga aku waktu itu, kami
sekamar bertiga. Tidak tahunya, si bapak ingin melamarku dan
memberikan sebuah rumah, untuk itu dia masuk bersama notaris. Aku
menolak pemberiannya, karena dia mempunyai istri dan anak, aku tidak
mau merampas milik orang lain. Aku memang kotor, tetapi aku tidak
merampas suami orang, kalaupun mereka datang ke sini juga bukan
kemauanku tetapi mereka datang atas kemauan sendiri.

Saat yang sulit adalah datangnya bulan puasa. Hari pertama aku di
rumah kakakku, oh iya kakakku pindah ke Jakarta, aku beri modal untuk
usaha juga kutitipkan anakku. Hari pertama hingga ke tiga masih dapat
bertahan, berikutnya aku sudah tidak megang uang. Lain dengan teman-
temanku, sebelum puasa, mereka mengejar setoran, istilahnya membuat
lumbung, hingga dapat bertahan 45 hari sampai tempat kerja buka
seperti biasa, karena di bulan puasa, jam operasi sangat pendek,
jumlah tamu sedikit, sementara pekerjanya lumayan banyak.
Ya sudah, aku keluar rumah, dan mencoba memilih short message system
yang ada di handphoneku. Kuhubungi mereka bila tertarik, selanjutnya
kami melakukan di hotel. Nah setiap hari aku lakukan seperti itu,
pagi hingga sore di hotel, menjelang malam ke tempat kerja, terkadang
kalau sudah dapat uang banyak, akhirnya bolos tidak masuk kerja.

Terus terang tidak semua penghasilanku habis, tetapi kusisihkan. Aku
sudah membeli sawah di kampung, juga beberapa hewan ternak, membuat
rumah untuk masa tuaku nanti, tabungan buat sekolah anakku kelak.
Beberapa teman ada juga yang melakukan hal yang sama, tetapi ada juga
yang habis di meja judi atau habis untuk mengkonsumsi narkoba.

"Begitu lah, Mas, perjalanan hidupku dalam sepuluh tahun terakhirku,
tidak ada yang bagus khan?" kata si mbak.
Tak terasa sudah dua jam aku berada di dalam kamar. Aku tidak begitu
nyaman bila berlama-lama mengingat banyaknya tamu yang mengantri
menunggu gilirannya, makanya aku masuk ke kamar lebih dulu tadi
sambil menunggu giliran. Masih banyak sih yang ingin kutanyakan, tapi
melihat yang antri aku jadi jengah juga, nampaknya dia pun tahu
keadaanku.

Kubayar tips buat dia, walau aku tidak menyentuhnya.
"Buat apa Mas?" katanya sambil mengembalikan uangku.
"Khan aku sudah menggunakan waktumu," jawabku.
"Iya tapi Mas kan belum ngapa-ngapain!" katanya.
"Atau mau sekarang saya layani," jawabnya sambil menurunkan
roknya."Nggak-nggak usah.." kataku sambil menaikkan lagi roknya.
"Kenapa?" katanya.
"Nggg, aku sedikit cemburu tadi," kataku sambil mengambil sepatuku di
dekat tirai, dan memakainya. Diciumnya pipiku.

*******

Sebelum aku bersamanya, dia sedang tugas. Karena capek aku ijin sama
mbak resepsionis untuk masuk duluan, aku pesan nanti kalau mbaknya
sudah selesai tugas mohon langsung ke kamarku. Aku mulai menidurkan
tubuhku, eh di kamar sebelah suaranya seru banget, mphs, sshuah,
plak, plak, plak, cup, cup, eh, eh. Gimana mau tidur bila ada suara
seperti itu. Lama kelamaan kok aku sepertinya kenal dengan desahan
dan suara kecupan seperti itu, kalau plak-plaknya sih pasti suara
paha yang diadu. Tak lama selesai pertempuan mereka, segera aku
keluar mau kencing.

Tampak seorang lelaki dengan hanya menggunakan sepotong handuk kecil
keluar dari kamar, kuikuti dari belakang karena kami ke tempat yang
sama. Begitu melewati kamar tadi, nampak tirainya tidak ditutup,
seorang wanita tanpa malu sedang berusaha menutup kimononya, tampak
payudara dan kemaluannya yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat ada
sebagian bulu kemaluannya yang basah, juga ada lelehan sperma yang
jatuh ke pangkal pahanya.

"Eh Mas, sama siapa Mas?" tanyanya.
"Nggak tahu tuh, udah pesen sama mbak depan kok belum dianterin,"
kataku berlalu masuk kembali ke kamarku.

Tidak berapa lama, dia masuk ke kamarku dan,
"Ih, jelek deh luh, bilang dong kalau lagi nunggu saya," katanya.
"Emang kenapa kalau bilang?" tanyaku.
"Khan bisa kupercepat," jawabnya.
Selanjutnya kami melakukan pembicaraan ringan dan dilanjutkan dengan
kisahnya seperti yang kutulis di atas.

*******

"Ya sudah, kalau gitu, nggak usah cemburu, aku khan suaminya banyak,"
katanya.
Aku pun pamit dengan mencium pipinya juga. Saat di ruang resepsionis,
banyak sekali yang antri, masih ada tiga orang yang menunggu dia,
paling tidak yang terakhir akan dapat giliran empat jam tiga puluh
menit kemudian, dan tak akan meninggalkan antrian kecuali kalau
gilirannya akan dipakai orang.

Begitulah cinta, cinta anak sepanjang galah, cinta ibu sepanjang
jaman, sehina apapun seorang ibu tidak akan menelantarkan anaknya,
dia tetap berusaha dengan cara apapun agar anaknya tidak "seburuk"
ibunya. Tidak ada dalam kamus "bekas anak", yang ada bekas suami,
bekas istri, bekas mertua, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dia
akan berusaha semaksimal mungkin membahagiakan anaknya.

Aku cemburu, sedemikian kuatkah "power of love" jangan ah, jangan
sampai deh cemburu sama wp, bisa runyam, habis suaminya banyak sih.
Segera kujalankan kendaraanku dan tak lama terdengar Power of Love-
nya Celine Dion.

Akhirnya, hati-hati jangan bermain api, sakit kalau terbakar nanti.
Hati-hati dalam bercinta, akan sakit sekali bila patah hati.Itu salah satu dampak dari "Power of Love".

nimatnya..Pak Jono Guru Olahraga

Pak Jono guru olah raga yang humoris. Setelah kejadian yang pertama
itu aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk
ketemu pak Jono karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali
banyak teman-teman. Pada suatu ketika aku duduk berjauhan dari tempat
olah raga, tapi aku melihat pak Jono memperhatikan aku dari kejauhan,
dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Jono
mendangi aku, aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di
sebelahku dan bertanya: Bagaimana Bu .. masih terasa sakit dan
nyelunya, maafin aku ya Bu.. Aku menjawab sambil tersenyum malu,
enggak kok udah …Memang sehabis berhubungan badan dengan pak Jono itu
terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari.

Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suami, aku pura-
pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku: bagus kok
filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu
antara orang hitam dan wanita Jepang. Ketika melihat kemaluan orang
hitam aku terbayang barang pak Jono. Aku berbisik pada suamiku: Pa ..
besar dan panjang sekali anunya..sampai perempuannya menggeliat-
geliat, menggigit bibir, dan ngerinti-rintih, sakit kali ya pa ..
Tidak justeru itu ia merasakan puncak kenikmatan. Suamiku berbisik
padaku: kalau punya papa .. seperti asyik ya ma ..Ah mana mungkin
papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.
Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: mungkin punya pak Jono
seperti itu ya ma..Aku menjawab dengan perasaan terangsang: enggak
tahu ya pa..
Kok papa bilang begitu? Ya soalnya dia pernah cerita
pada saya. Apa ceritanya pa ..? Dia kalau kalau berhubungan badan
bada dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya sampai sambat-
sambat, padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau
isterinya kecil seperti kamu? Papa .. kok isterinya pak Jono
dibandingin ke mama.. sambil kuremsan barangnya dengan gemes.
\
Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu ma ..Papa .. aku
jadi merangsang papa. Kemudian filmnya dihentika kami main dengan
sangat hot sekali, tapi tidak sehot waktu main dengan pak Jono. Besok
harinya aku semakin ingin dipijet lagi oleh pak jono. Aku terbayang
terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di
film itu. Malam minggu kurang tiga hari. Pikiranku membayangkan apa
yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijet oleh
pak Jono. Aku masih terbayang ketika barang pak Jono yang besar,
panjang dan keras itu mulai memasuki pintu kemaluanku.
Aku rasanya
mau menjerit karena bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan
hangat. Aku masih terbayang waktu ia mengecup bibirku dengan gemes
sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi
bunyi ceplak .. ceplok .. srook…Belum hilang dari bayanganku barang
yang kepala lebih dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika
dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot …ceplok.. Apalagi waktu
barangnya dimasukkan lobang anusku yang awalnya terasa sakit lalu
dengan pandainya permainan pak Jono rasa sakit itu rasa nikmat yang
sulit kubayangkan.

Kini datang malam minggu, malam yang kunanti-nantikan. Suamiku,
sebagaimana biasanya, mempersilahkan pak Jono. Sebelum memulai
pijetan suamiku ngobrol dulu, dan aku membuatkan kopi untuk mereka
berdua. Suamiku mulai diurut. Di tengah-tengah ia diurut ada telpon
dari Bosnya, aku panggil ia. Setelah bebicara di telpon dengan
bosnya, ia berkata bahwa diajak ke luar kota untuk urusan bisnisnya,
lalu ia memberiku uang agar diberikan ke pak Jono setelah aku diurut.
Pikiranku membayangkan bahwa aku sebentar lagi akan melakukan sesuatu
yang kenikmatannya sulit aku bayangkan.

Setelah suamiku selesai diurut, ia mandi, dan aku mempesiapkan
pakaian untuk suamiku, dan aku mengantarkan sampai di pintu
keberangkatan suamiku. Kemudian aku menutup pintu. Dan aku bilang
sama pak Jono, sebentar ya Pak, teruskan dulu minum kopinya, aku mau
ganti baju. Aku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa aku memakan
Cd dan BH, karena aku membayangkan yang sebentar lagi aku akan
melakukan hubungan yang luar. Sambil ganti pakaian aku menggunakan
parfum yang istimewa, aku bertanya dalam hati: gaya apa saja malam
ini yang akan dilakukan oleh pak Jono terhadap saya?

Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu
bersama pak Jono. Pak tersenyum akupun membalas senyuman dengan
memberi isyarat yang ia pahami maksudnya. Kemudian pak Jono
mengajakku ke kamar tempat urut biasanya, sepertinya pak Jono sudah
tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Dan pak Jono tidak seperti
biasanya mengurutku karena nafsu yang sangat menggelora di dalam
hatinya. Ia mengingkap sarungku sampai ke panggulku, ia mengelu-elus
pahaku dan meremas-remas pinggulku. Ia ciumin pahaku dan pinggulku,
aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi,
aku merintih sambil berkata: Pak .. malam ini aku ingin benar-benar
puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam
di dalam film BF. Pak Jono dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas
ia bertanya kepadaku: Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya? Laki-
lakinya seperti pak Jono, barangnya sangat besar dan panjang, ia
dengan ganasnya mengocok perempuan Jepang sampai berkali-kali, ia
merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan memperoleh kepuasan
yang luar biasa.
Pak Jono.. Aku juga malam ini ingin seperti
perempuan Jepang itu.

Kemudian Pak Jono membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak
Jono dengan mudah membuka sarung, dan memang aku sebelumnya tidak
memakai Cd. Ia menyikangku, lalu ia menciumi kemaluanku sambil
meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa
lagi menahan nafsuku, ranyanya ingin meledak. Pak Jono membuka baju
kaosnya dan celana dan Cdnya. Barang pak Jono luas biasa tegak dan
keras, besar dan panjang. Kemudian membuka kaosku. Kini kami berdua
telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas
urat-urat kemaluan pak Jono yang siap menerjang lobang kemaluanku.
Pak merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup
bibirku sambil menggi-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan ke
antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil
barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Jono sudah tidak sabar lagi,
akupun juga. Pak Jono menindihiku, aduk ..pak ..berat sekali badan
bapak. Pak Jono menyikang pahaku seperti V . Ia meludahi lobangku dan
barangnya agar licin dimasukkannya.

Begitu banyak pak Jono meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu
lobang anusku. Pak Jono mengarahkan barangnya yang sangat besar,
panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi muntok. Ia
menekannya tapi pertama dan kedua kali tidak berhasil masuk. Aku
berteriak: aduh ..pak.. pelan-pelan pak. Pak Jono berbisik dengan
suara terengah-engah: katanya ingin puas dan keganasan. Nanti pak ..
kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu. Ketika ia menekan
kembali, akhir berhasil menerobos lobang kenikmatanku croook …
trooot …. Bleees .. Kemudian ia menindihiku. Kini tubuh tinggi, besar
dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Ia mulai
menggenjotku. Mula-mula ia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan, makin
lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Ketika ia dengan ganasnya
menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut, sambil memelukku
dengan gemes dan ganas, aku berteriak kecil aduh …pak . Ia terus
menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku terketut
karena menahan genjotannya. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar
biasa, kemudian aku menggelinjang sambir merintih dan menjerit sroot
… aku memcapai puncak kenikmatan. Dan pak Jono kuat sekali, ia belum
juga orgasme. Aku bilang udah dulu… dengan suaraku terengah-engah. Ia
berbisik padaku: Ibu tengkurep, aku ingin ke lobang belakang, dan aku
akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu. Aku mulai tengkurep,
dan pak Jono mulai nindihiku. Ia meludahi lobang anusku sambil
menusukkan jarinya, aduh rasanya …kemudian ia menusukkan rudalnya ke
lobang anusku sampai empat kali tekan baru bisa masuk. Ia menggenjot
dengan ganasnya karena sebentar lagi ia akan memuncratkan spermanya
ke lobang anusku. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya,
lalu muncratlah air hangat ke dalam lobang anusku. Aduh .. nikmat
lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar