gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

REUNI SMA MEMBAWA NIKMAT



Suatu hari kami mengadakan reuni dengan teman-teman SMA satu kelas
kami dulu. Reuni disepakati tidak dalam bentuk seperti biasanya,
yaitu di sekolah ataupun di gedung. Tapi reuni ini dilakukan di
daerah pantai Pangandaran. Jumlah kami keseluruhan satu kelas
mencapai 40 orang. Kami mencarter bis dari tempat mangkal kami di
suatu sekolah di Bandung menuju ke Pangandaran, meskipun ada juga
yang membawa kendaraan pribadi. Lama perjalanan sekitar 4-5 Jam.
Sesampainya di pangandaran, kami menyewa rumah-rumah penduduk yang
memang sangat banyak disewakan di Pangandaran.

Singkat cerita Kami telah sampai di Pangandaran, dan menyewa sekitar
10 rumah dan tiap rumah diisi 4 orang. Karena jumlah wanita ada 14
orang, maka ada 2 orang wanita yang serumah dengan pria. Kebetulan
semua sudah menempati kamarnya masing-masing, karena aku, Herry,
Linda, dan Sandra yang naik mobil Katanaku yang datang terlambat
menempati rumah yang sama. Rumah yang kami tempati ukurannya sekitar
9 X 6 meter dengan 2 kamar tidur. Ada sebuah ruang tamu, kamar mandi,
dan dapur. Rumahnya cukup bagus untuk ukuran di daerah ini. Berlantai
keramik putih, dan terlihat bersih terawat dan ada sebuah TV di ruang
tamu.

Herry dan aku adalah teman akrab sejak SMA, tetapi sekarang Herry
kerja di Bandung, dan aku di Jakarta. Sedangkan Linda dan Sandra juga
kerja di Jakarta. Linda merupakan salah satu bunga sekolah di SMA
kami dulu. Meskipun satu kelas, aku tidak begitu akrab dengan Linda
waktu SMA dulu. Singkat kata, Jam 17.00 kami semua kumpul di pantai
Pangandaran untuk mengenang kembali masa-masa SMA dulu. Ada yang
bermain sepak bola, volley, dan ada juga yang duduk membicarakan dan
menggosipkan teman SMA-nya dulu. Sedangkan Linda aku lihat malahan
duduk menyendiri di pasir. Sepertinya ada sesuatu yang dipikirkan.

Sebenarnya aku sejak kelas 2 SMA naksir berat pada Linda, tapi
berhubung tiada keberanian, dan juga terlalu banyak saingannya,
akhirnya cuma jadi story bagiku. Tinggi Linda sekitar 165 cm, dengan
tubuh seksi dan proporsional, kalau aku gambarkan mirip dengan
penyanyi CA, dengan rambut sebahu dan bibir yang sensual. Tentunya
membuat kumbang-kumbang tak jauh-jauh dari bunganya. Dengar-dengar
sih dia sudah menikah dengan seorang pengusaha di Jakarta 2 tahun
yang lalu.
"Eh... kenapa melamun sendirian... entar kesambet setan loh!" kataku
sambil duduk di pasir di samping Linda. Dia pun hanya tersenyum
simpul.
"Eh... Denny, iya nih... lagi pusing", katanya.
"Emang pusing kenapa?" kataku. Eh dia tidak menjawab, malah memandang
jauh ke lautan. Kemudian menyeka air matanya yang tak sengaja meleleh
di pipi. Kami pun terdiam.

Tak lama kemudian terlihat teman-teman berfoto bersama di pantai.
"Hei Denn... Linda... jangan pacaran ajaa... ke sini", kata Herry.
"Yo... Lin... ke sana", kataku sambil memberikan sapu tanganku
kepadanya. Kami pun foto bersama untuk kenang-kenangan di latar
belakangi oleh warna merah kekuningan dari langit di garis cakrawala.

Setelah acara selesai kami pun kembali ke kamar masing-masing.
Terlihat Linda masih menyisakan isak tangisnya, dan langsung menuju
ke kamar. Pukul 8 malam kami pun makan malam dengan lauk yang telah
disiapkan oleh seksi konsumsi. Kemudian Linda kembali lagi ke kamar
dan begitu juga Sandra dan Herry. Jam 10 malam aku terbangun karena
suara ngorok teman sekamarku, Herry, yang begitu ribut. Aku pergi ke
ruang tamu dan melihat televisi. Wah nggak ada cerita yang bagus tapi
karena nggak ada hiburan yang lain, dengan terpaksa kutonton juga
acara televisi tersebut.

Jam 10.30 malam tiba-tiba Linda terbangun dan duduk di sebelahku
dengan mata masih sembab.
"Belum tidur Lin?" tanyaku.
"Iya nih belum ngantuk... lagi pusing", jawabnya.
"Pusing kenapa emang?" tanyaku.
Linda terlihat ragu-ragu dan diam. Tak lama kemudian dia pun
berbicara.
"Yuk Den... aku mau ngomong, tapi jangan di sini", katanya. Wah malam
sudah gelap begini mau berbicara di mana kalau nggak di sini, pikirku.
"Ok deh... yuk keluar..." kataku.

Aku pun pergi keluar dengan Linda dengan Katanaku tanpa tujuan yang
pasti. Katanaku pergi tanpa arah tujuan dan akhirnya kuhentikan di
bawah pohon kelapa di pasir dekat pantai. Linda masih terdiam seribu
bahasa, tapi akhirnya dia berkata.
"Gini Denn... aku lagi bingung banget", katanya.
Dia terdiam lagi. Soalnya bicara sambil terisak-isak.
"Aku sebentar lagi mau cerai sama suamiku", katanya sambil
membenamkan wajahnya ke bahu kiriku. Kubiarkan dia menyalurkan
emosinya. Akhirnya dia melanjutkan lagi.
"Yang kupikirkan cuma anakku yang berumur 1 tahun dan masih lucu-
lucunya."
Aku sudah tidak teratur lagi didekap oleh Linda, tapi aku kuat-
kuatkan imanku. Tapi kemaluanku tidak mau kompromi nih.

Linda sekarang tidak lagi menangis di dadaku, malah mencium-cium
dadaku. Aku sih kuat-kuatkan biar tidak terbawa. Maklum saja Linda
sudah diangguri selama 4 bulan. Malahan sekarang dia menuju ke
wajahku dan bibirnya menyentuh bibirku. Aku masih mencoba bertahan.
Akhirnya aku tidak tahan juga, kusambut bibir Linda dengan pagutan
yang lebih dahsyat. Akhirnya lidah kami membelit satu sama lain di
salam mulut seperti dua ekor ular sedang bergumul. Kami pun pindah ke
belakang yang agak lega. Tahukan Katana? ruangannya sempit sekali.
Untung sudah aku modifikasi kursinya sehingga yang depan bisa ditekuk.

Kemudian tangan Linda ke arah belakang leherku dan tanganku mulai
membuka kaosnya. Kebetulan dia tidak memakai BH jadi lebih mudah.
Tanganku kuusapkan ke atas bukit kembarnya dengan elusan-elusan yang
penuh penghayatan. Aku raba-raba putingnya dan sedikit-sedikit
kupelintir-pelintir. Tanganku yang satu memegangi punggungnya dan
kami masih berciuman kemudian dia kurebahkan ke kursi dan aku jongkok
di bawahnya. Sempit sekali memang, tapi kalau sudah nafsu jadi luas
rasanya. Kemudian aku jilati pusarnya hanya... "Aahh... ooo... hhh...
ohh", yang terdengar dari mulut Linda.

Kuturunkan celana trainingnya dan ternyata dia tidak memakai CD. Wah
memang sudah niat nih sepertinya. Kemudian dia taruh kedua kakinya ke
atas pundakku dan aku mulai mempermainkan liang kewanitaannya. Kuraba-
raba permukaan kewanitaannya dengan tanganku dan tekanan-tekanan yang
khusus. Desahannya semakin menjadi-jadi, "Ahhsss... Den... ohh...."
Kemudian kugosok-gosok belahan Labianya dan dia pun semakin mengerang
kenikmatan. Kemudian kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang
kemaluannya dan menyentuh seonggok daging yang disebut klitoris dan
aku sentil-sentil dengan ujung jari. "Dennyy... ahhh... ohhh...
terruuss.." terasa lembab ruangan di dalam lubang kemaluannya dan
terasa basah. Aku tambah frekuensi memainkan klitorisnya dan dia pun
sudah tidak tahan.

"Ooohhh... Dennnyy... ahhh..." sambil dia agak mengejang. Sepertinya
dia sudah klimaks. Gila, cepat benar dia klimaks. Tapi aku biarkan.
Langsung aaja kubuka jeans-ku. Susah sekali ternyata membuka celana
di dalam mobil. Kubuka cuma sampai lutut dan aku keluarkan batang
kemaluanku yang sudah tegak 45 derajat. Aku langsung duduk di
sebelahnya dan kemudian Linda kusuruh duduk di atas batang
kemaluanku. Agaknya dia sudah benar-benar kehausan. Dia mau saja
ketika kusuruh duduk di atas batang kemaluanku.

Akhirnya batang kemaluanku pun habis ditelan liang kenikmatan Linda.
Saat dimasukkan sepertinya dia masih dalam keadaan orgasme, sehingga
terasa liang kenikmatannya menjepit dan mengurut-urut batang
kemaluanku. Aku sih merasa semakin enak saja. Setelah itu dia mulai
mengambil inisiatif naik turun. "Ohh... ahh... shhh... yess...
ouhhh..." jeritnya sambil memegang-megang kepala, takut kalau
kepalanya menyentuh kap mobil. Mobil pun ikut bergoyang-goyang. Wah
gawat nih kalau ketahuan orang, pikirku.

Setelah 10 menit acara naik kuda maka Linda pun mendesah, "Dennn...
sshh... akuu... kkell... iimmm... aaksshhh... ohhhsss..." terasa
semburan air menerpa kepala batang kemaluanku. Kubiarkan batang
kemaluanku masih tertancap di dalamnya. Terasa lagi remasan-remasan
klimaks liang kemaluan Linda. Akhirnya Linda pun mencabut batang
kemaluanku dari liang kemaluannya. "Wah Denn kamu hebatt... belum apa-
apa", katanya memujiku. Sepertinya dia sangat kelelahan. Dia pun
berpakaian kembali. Aku tentu saja sewot diperlakukan seperti itu.
Ada sesuatu yang harus diselesaikan nih, pikirku.

"Lin turun yuk!" kataku dan dia pun menurut.
Sesampainya di kap depan mobil. Kusergap Linda. Kedua tangannya
kutaruh di atas kap mesin dalam posisi menunging. Kuturunkan celana
training-nya selutut dan kukeluarkan alatku yang masih berdiri dari
celana lewat retsleting. Aku memang sengaja tidak memakai lagi CD-ku
soalnya sudah niat mau memperlakukan Linda di kap mesin mobil.

"Ahh... Denn... apa-apaan nih", protes Linda.
Aku diam saja. Langsung kutusuk liang kemaluan linda dengan alatku.
"Ooohh... Dennyyy... shh... ahhh... ohhh..." jerit Linda.
"Biar impas", bisikku ke telinganya.
Setelah sekitar 5 menit Linda pun menjerit, "Dennyy... aku...
laggii... ohhhss... akkhh..." Wah dia klimaks lagi. Langsung saja
aliran spermaku yang sudah di kepala batang kemaluan juga tidak mau
kompromi. Dengan semakin menambah frekuensi genjotan akhirnya
menyemprotlah semua air mani ke dalam liang kemaluan Linda. "Oohh...
aku... jugaaa... ssshh..."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar