gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

ISTRI SEKDES



Kejadian ini kualami ketika aku kuliah kerja nyata di salah satu desa
terpencil di Jawa Tengah. Aku menginap di rumah Sekretaris Desa
tersebut, sudah berumur, sekitar 60 tahun, namun isterinya masih
muda, sekitar 25 tahun, sebut saja Mbak Is.

Pada waktu itu aku kehilangan cucian celana pendek, ketika Mbak Is
selesai mandi dengan memakai handuk yang terbelit menutupi sebagian
tubuhnya, sambil membawa keranjang cucian yang sudah kering, masuk ke
kamarnya yang hanya ditutup dengan korden. Aku mengikutinya, ikut
masuk ke kamar untuk menanyakan apakah dia melihat CD-ku. Begitu
kukuakkan korden kamarnya, aku melihat Mbak Is sudah melepas
handuknya, tanpa sehelai benangpun.
Kulitnya kuning, mulus, langsing
dan kencang. Payudaranya berukuran sedang bulat. Aku kaget namun Mbak
Is melihatku dengan tenang. Sambil menutup sebuah payudaranya dengan
telapak tangan kiri, sedangkan telapak tangan yang lain menutup
kemaluannya. Sedangkan payudara yang satunya masih menggantung dengan
bebasnya. Aku sempat memangsa pemandangan yang jarang terjadi ini.

"Ada apa Dik Agus?" tanyanya dengan suara lembut.
"Anu Mbak, nggak. Lihat celana pendek saya nggak, Mbak.."
"Baru dicuci. Ditumpukan itu barangkali, coba saja dicari sendiri Dik
Agus," jawabnya sambil menunjukkan onggokan cucian. Sementara aku
mengaduk-aduk cucian, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tentu
saja payudara dan kemaluannya, walaupun dari samping, cukup jelas
terlihat olehku. Mulanya aku agak tidak enak, tetapi karena Mbak Is
bersikap cuek, maka aku pun nekad menatap secara langsung pamandangan
itu dengan berani.

"Tubuh Mbak Is, masih singset ya," pujiku mesra.
"Ah, Dik Agus bisa aja," katanya dengan tenang, tetapi kemudian ia
tersentak, "Eh, kok liat-liat Mbak, kan saru," bisik Mbak Is
membuyarkan lamunanku.
"Habis, rejeki kan tidak bisa dibiarkan," kataku nyengir.
"Uh, dasar.." kemudian ia cepat-cepat mamakai pakaian.

Jam 8 malam, karena tidak ada hiburan TV, dan suasana sudah sangat
sepi, aku pergi tidur. Pak Sekdes kebetulan sedang menginap di rumah
isteri tuanya. Lampu minyak tempel kuredupkan, dan bersiap untuk
memejamkan mata. Tiba-tiba ada orang masuk ke kamarku. Setelah
kuamati bayangan itu ternyata Mbak Is.

"Dik Agus belum tidur ya," sapanya mesra.
"Belum mbak," sahutku.
"Mbak Is kedingingan nih, nggak bisa tidur," balasnya dan duduk di
tepi tempat tidurku.
"Tidur di sini saja Mbak," ajakku penuh birahi.
"Nggak apa-apa nih," balasnya dengan senyum menggoda.
"Nggak," bisikku.
"Tapi jangan macam-macam ya," katanya sambil tertawa genit.

Kugeser tubuhku ke kanan memberikan ruang bagi Mbak Is berbaring di
sampingku. Mulutku terkunci lagi, karena gejolak yang sangat hebat
berkecamuk di dalam dada ini ketika ia merebahkan tubuhnya di
sampingku. Bau parfumnya membuatku semakin bergejolak.

"Dik Agus sudah pernah melihat perempuan telanjang nggak," akhirnya
Mbak Is membuka percakapan.
"Belum, kalau anak-anak sering, eh maksud saya baru sekali, lihat
Mbak tadi.."
"Apa Mbak masih singset sih?, khan Dik Agus bilang begitu tadi,"
tanyanya manja.
"Iya betul Mbak, betul, seperti di gambar porno saja," jawabku.
"Dik Agus punya foto begituan."
"Punya, sebentar ya saya ambilkan.."

Kuambil majalah berwarna kategori triple X, kubesarkan lampu minyak
di dinding.
"Dik Agus dapat dari mana majalah ini," sambil menerima majalah yang
kuberikan.
"Serem.." komentarnya, tapi matanya terus menatap gambar orang sedang
senggama. Pada gambar lain tampak adegan 69, dimana saling menjilati
kemaluan lawannya.
"Mbak pernah ngisep barangnya Bapak, nggak," tanyaku dengan berani.
"Ah, Dik Agus ada-ada saja, jijik ah," jawabnya pura-pura malu.
"Enak Mbak, seperti ngisep kemaluan, khan enak," kataku lagi
meyakinkan
."Memangnya Dik Agus pernah?" sambil menatap wajahku dalam-dalam,
menjadikan aku gelagapan.
"Belum, cerita teman-teman saya yang sudah kawin. Mbak mau disun
kemaluannya," pancingku nakal.
"Ah Dik Agus ini ada-ada saja, malu ah," Sambil tangannya
menyingkirkan tangan saya yang sudah melingkar di perutnya. Tapi
tanganku kembali merangkul tubuhnya, kali ini agak ke atas dekat
dengan buah dadanya.
"Emang Bapak nggak pernah ngesun barangnya Mbak?" tanyaku.
"Ah, Bapak kan sudah tua, nggak mau yang macem-macem," obrolan yang
semakin menjurus ini menjadikan kemaluanku makin mengeras, sehingga
celanaku terasa semakin sempit.

Aku terus mencari akal agar malam itu tidak terbuang sia-sia. Belum
sempat aku menemukan caranya, tiba-tiba ia menarik tanganku ke atas
sehingga menyentuh buah dadanya yang montok. Aku segera bereaksi dan
mulailah mengelus-elus buah dadanya. Kulihat wajahnya sudah berubah,
nafasnya memburu, kusingkap gaun tidurnya ke atas, dan ia
membiarkannya bahkan melepasnya sendiri. Dan kemudian melepas BH-nya,
sehingga buah dada montoknya yang tadi siang kulihat, kini dapat
kusentuh, kuelus-elus dan kupencet-pencet kekenyalan buah dadanya.
Mbak Is kembali berbaring, bibirnya menyambut dengan hangat ketika
kucium Mbak Is. Sambil berciuman tanganku bergerilya, sampai di
sekitar kamaluannya. Kuelus pahanya dan akhirnya kemaluannya dari
luar celana dalamnya. Mbak Is semakin liar mempermainkan bibirnya dan
lidahnya, melumat habis bibirku. Kuselipkan jariku lewat samping
celana dalamnya meraih liang senggamanya, ternyata sudah basah kuyup.
Bersamaan dengan itu, ia raih pula kemaluanku. Kubantu membuka
celanaku dan semua yang menempel di bajuku.

Dengan kencang ia terus memegang kemaluanku, seakan sudah menjadikan
haknya dan tidak ingin melepaskannya. Sementara aku terus mencium
semua permukaan kulitnya. Sampai pada bukit kembarnya, kuisap,
kusedot dan kujilati puncaknya hingga membuatnya semakin memburu
nafasnya. Begitu kuteruskan jelajahanku ke bawah lepaslah pegangan di
kemaluanku, sampai dipusar dan terus ke bawah sampailah di
selangkangannya. Kulebarkan pahanya, tetapi dia menahannya."Jangan
ah, malu," sambil merapatkan pahanya dan menutupi kemaluannya dengan
tangannya.Aku terus menciumi pahanya, menjilati dan mengecupnya. Lama-
lama makin ke dalam pahanya. Mbak Is mulai mengendorkan kakinya,
kubuka pelan-pelan pahanya. Pelan-pelan pula ia mau membukanya.
Sampai akhirnya rela juga mengangkangkan pahanya dengan lebar,
sehingga membuatku mempunyai ruang yang jelas untuk menyaksikan
pamandangan yang sangat membangkitkan nafsuku itu. Segera kusergap
bagian yang sangat dirahasiakan wanita itu. Begitu lidahku
kupermainkan di bibir kemaluannya sebelah atas. Ia segera menjerit
histeris sambil menjambaki rambutku. Pinggulnya dia angkat tinggi-
tinggi, gerakannya semakin liar sambil mulutnya meneriakkan suara yag
tidak jelas. Kemaluannya semakin basah saja, bercampur dengan ludahku
untuk memberikan kehangatan pada liang senggamanya. Beberap menit
kemudian ia sampai pada puncak yang tertinggi, disertai dengan
lengkingan yang tertahan karena wajahnya ditutupi bantal. Tubuhnya
menegang dan pinggulnya diangkatnya tinggi-tinggi. Beberapa detik
kemudian terkulailah dia.

Selanjutnya kuambil posisi, kuarahkan kejantananku pada liang
kemaluan, pada tubuh yang lunglai itu. Mbak Is diam saja, hanya
sekali-sekali menciumiku. Aku masukkan batang kemaluanku pada liang
senggamanya yang basah kuyup sehingga licin luar biasa. Mbak Is diam
saja ketika kugenjot dengan cepat sehingga buah dadanya tergoncang
kesana kemari. Mbak Is mulai merasakan kenikmatan lagi, makin lama
dahinya makin dikernyitkan pertanda birahinya mulai naik. Tetapi
lahar yang sudah lama kubendung keburu keluar, segera kutarik. Mbak
Is, mulanya menahan bokongku, agar kemaluanku tetap terselit di
lipatan kemaluannya. Tetapi karena tenaganya sudah habis, lepas juga
kemaluannya dan kukocok dengan cepat sehingga muncratlah di atas
perutnya yang indah.

Mbak Is dengan takjub menyaksikan peristiwa muncratnya spermaku. Lalu
tersenyum manis.
"Kok nggak dikelaurin di dalam," tanyanya.
"Nanti kamu hamil," jawabku mesra.
"Paling Bapak juga nggak tahu kalau itu anakmu," jawabnya dengan
enteng.

Sejak saat itu aku jadi jarang pulang, ketika hari Sabtu dan Minggu
kupergunakan mencuri-curi waktu agar bisa bermain dengannya. Apalagi
kalau sedang sepi. Misalnya tidak ada cukup waktu untuk melakukan
senggama, maka ia aku suruh saja mengocok hingga keluar.

Sejak itu sepertinya Mbak Is semakin ceria saja. Sampai selesai waktu
KKN-ku, aku tidak kurang melakukan senggama secara sempurna sebanyak
delapan kali. Tanpa ada seorangpun yang tahu dan curiga. Dan ternyata
ini membawa berkah lain, yang paling menonjol adalah cara Mbak Is
dalam melayani suaminya yang sepertinya berlebihan

Desahan mangerku..

Kejadian ini berlangsung beberapa tahun yang lalu, waktu itu saya
dipindahkan oleh manajemen ke Bandung untuk memimpin kantor cabang
Bank di Bandung.

Suatu hari, sore sekitar pukul 18.00 WIB menjelang malam sebelum
pulang, saya ngobrol dengan operational manager saya di ruangan saya.
Di kantor tinggal kami berdua, office boy dan para marketing sudah
ijin pulang. Saya berdiri dengan badan merapat di badannya yang duduk
di kursi sambil saya memandang ke arah jalan di luar.

Saking dekatnya tak terasa kemaluan saya menempel ke lengan kanannya.
Saya sejenak tertegun akan apa yang terjadi, tetapi dia kelihatannya
suka dan cuek saja sambil sedikit senyum dikulum. Sedikit saya
gambarkan operational manager saya yang seksi ini, saya tidak akan
menyebutkan siapa namanya, saya tidak ingin dia menjadi malu karena
sampai saat ini kami masih tetap berhubungan baik. Wajahnya cukup
cantik, manis dengan senyum yang menggoda, dia memiliki tubuh yang
mungil dengan rambut sebahu, kulitnya putih sekali karena dia orang
Chinese, buah dadanya tidak begitu besar tapi sangat padat, bibirnya
sangat sensual.

Tiba-tiba tangannya memegang jari-jari tangan kanan saya lalu
mengusapnya perlahan, lalu saya memandang wajah cantiknya, dia
tersenyum. Saya ingin sekali memeluk tubuh mungilnya. Dengan perlahan
saya menurunkan muka saya ke mukanya, saya sentuh bibir seksinya,
saya cium dengan lembut, dengan penuh perasaan, lalu dia balas dengan
melumat bibir saya dengan kuluman lidahnya yang menggairahkan sambil
menarik dasi saya untuk lebih merapat ke badannya. Tangan sayapun
mulai turun mengusap-usap buah dadanya, tangannya pun tidak mau
kalah, batang kemaluan saya diusap-usap dan diurut-urut dengan lembut
dari luar pantalon saya. Sebelum saya lebih bernafsu, saya kunci
pintu, saya ingin take safe.

Saya langsung memeluk dan menciumi seluruh muka dan lehernya begitu
saya kunci pintu kantor saya. Dia mendesah dan mengerang nikmat tidak
karuan. Ini yang saya sukai darinya, dia begitu expresive dan amat
menikmati ciuman dan cumbuan saya. Dengan agresif dia membuka celana
saya, lalu dia duduk sambil memasukkan penis saya ke dalam mulutnya
dan menghisapnya perlahan-lahan lalu menariknya kembali sambil kedua
bibirnya mengatupkan rapat di seputar batang kemaluan saya. Oooh,
inilah yang saya paling sukai dari dia, pintar sekali mengulum
kepunyaan saya. Saya tahu bahwa dia sangat mencintai saya, karenanya
dia selalu memberikan yang terbaik untuk saya.

Saya benar-benar sudah tidak tahan. Segera saya tarik badannya dan
saya dudukkan di atas meja saya, kedua kakinya menjuntai ke kursi.
Dia benar-benar pasrah waktu saya angkat rok mininya lalu saya tarik
celana dalamnya, lalu saya lumat habis selangkangannya, "Aahh", dia
menjerit perlahan sambil menjambak rambut saya.

Lebih kurang 10 menit saya melakukan foreplay lalu saya masukkan
kemaluan saya ke dalam lubang cintanya. Pelan-pelan saya mulai
menggoyang pantat saya maju mundur, diapun menggoyang-goyangkan
pinggulnya naik turun mengikuti irama pantat saya, kaki kanannya saya
angkat ke pundak saya sambil jari tangan kiri saya meremas-remas
kedua buah dadanya.

Lima menit kemudian dia mempercepat gerakannya sambil mendesah-
desah, "Oohh..., Maasss..., Maass..., nikmat Maass", desahnya.
Tiba-tiba kaki kanannya diturunkan, kemudian kedua kakinya
dilingkarkan ke belakang pantat saya, lalu dia setengah bangun,
tangan kanannya memegang leher saya, sedangkan tangan kirinya
menopang badannya. Bibirnya menciumi dada saya lalu lidahnya menjilat-
jilat puting dada saya.
"aaghh Pak..., ooohh..,
Pak..., eennaakk paakk..., uuughh", begitulah rintihan dan lengguhan
nikmatnya seirama dengan maju mundurnya pantat saya. Batang kemaluan
saya terasa lebih besar setelah sekitar 20 menit menerobos dan
membongkar habis kemaluannya yang merah dan menggairahkan. Saya
merasakan bahwa lubang kemaluannya semakin basah namun pijatan-
pijatan di dalam lubang kemaluannya semakin terasa getarannya.

Lima menit kemudian dia bangun memeluk tubuh saya erat sekali sambil
menciumi dagu saya, pantatnya bergetar hebat dengan kedua kakinya
yang semakin erat melingkar di belakang pantat saya.
"Ougghh..., hh..., Pak..., oohh..., Paak..., saya mau keluaar...,
oooh..., oouuuggh..., maauu keluuaarrr..., sebentar lagi paak",
desahnya sambil terus mengerang-erang kenikmatan.

Saya semakin bergairah dan menambah kecepatan maju mundurnya pantat
saya. Tiba-tiba saya merasakan badannya menegang dan menggelepar-
gelepar beberapa detik, dia sedang merasakan ejakulasi, saya kembali
mempercepat gerakan pantat saya sambil saya peluk dia erat dan saya
mendesah-desah dan membisikkan "Ahh..., kamu..., aagghh..., aaghh...,
agghh..., kamu punya nikmat sekali sayang", demikianlah kebiasaan
kami bila bercinta, kami selalu saling apresiasi bila salah satu dari
kami mencapai puncak kenikmatan. Badannya kembali mengejang kuat
sambil bergetar hebat menikmati irama goyangan pantat saya serta
dahsyatnya batang kemaluan saya.
"aagghh..., Paak..., saya keluaarrr Paak", teriaknya. Bersamaan
dengan telah mencapai puncak orgasme manager saya itu, maka saya
tekan habis-habisan batang kemaluan saya hingga saya rasakan
menyentuh dinding vaginanya. Nikmat sekali memang rasanya, saya tetap
terus memaju mundurkan pantat saya, maklum saya termasuk pria yang
butuh waktu lama bila bercinta. Apalagi kemaluan saya yang perkasa
ini.

Bagi anda para pembaca wanita, anda bisa membayangkan kemaluan saya
seperti apa, kemaluan saya tidak begitu panjang tapi sangat keras
sekali, sekitar 14 cm dengan diameter sekitar 3,8 cm, berwarna coklat
sedikit pink dengan kepala kemaluan bundar menawan dan mengkilat.
Banyak sekali wanita yang mengagumi kemaluan saya. Mereka umumnya
selalu merasa exited dan ingin selalu mem-blowjob-nya.

Sampai suatu ketika saya merasa bahwa saya akan mencapai puncak
kenikmatan. Saya bisikkan bahwa saya mau keluarin di mulutnya. Dia
tersenyum dan mengedipkan matanya pertanda setuju. Saya merasa sangat
terangsang dan dihargai, lalu saya percepat gerakan batang kemaluan
saya keluar masuk liang vaginanya yang kini terasa lebih sempit dan
sedikit kering. Dia membisikkan kata-kata kenikmatan, "Ouuugghh...,
ough..., ough..., Paak..., "Pakk..., uuuhh nikmat sekali punya
bapaak..., saya mau kelluar lagiii Paak", teriaknya. Tiba-tiba
badannya mengejang dan bergetar hebat beberapa saat, rupanya dia
keluar untuk kedua kali. Saya mempercepat gerakan, 2 menit kemudian
ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya keluarkan batang kemaluan
saya dari liang vaginanya, lalu dia langsung jongkok bersimpuh dan
saya mulai meremas-remas rambut dan sedikit menjambaknya sebelum saya
ejakulasi.

Lalu..., "Cret..., cret..., crettt..., crett", saya muntahkan cairan
sperma saya ke dalam mulut seksinya. Sebagian yang masuk ke dalam
mulutnya langsung ditelan, sebagian lagi mengenai mata, hidung dan
dagu serta turun mengenai buah dadanya. "Ugh nikmat sekali". Kami
lalu berpelukan sambil membisikkan kata-kata sayang, setelah kami
berpakaian dan sama-sama merasa rapi, saya antarkan dia pulang ke
rumahnya di kawasan Jl. Setia Budi sambil saling berjanji untuk
melakukannya esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar