gubahan saya

cerita seru

Jumat, 29 Juni 2012

LASMINI CEWEK GAIB



Kulepaskan mulutku dari putingnya dan jariku dari vaginanya. Ia
tersentak kaget seakan tak ingin sedetik pun melepaskan kenikmatan
ini. Maka dengan cepat aku berpindah posisi sehingga kepalaku tepat
berada di kedua pahanya yang telah lebar mengangkang dengan pantatnya
yang seakan menantangku. Kujilat seluruh vaginanya dari bawah ke
atas, lalu dengan lembut kumainkan bibir vaginanya dengan ujung
lidahku, lalu kembali kujilat dari bawah ke atas. "Ohhh.. terussss...
Maaasss.." desahnya nikmat.

Kuangkat pantatnya dan kuremas dengan kedua tanganku, sambil lidahku
menjilati lubang pantatnya, lalu bergerak menyapu vaginanya, lalu
dengan lembut dan nakal, kujilati klitorisnya yang telah
mengacung. "Aaaggaahh.. Maasss.. terusss... Maasss.." Erangan tak
henti ini membuatku semakin bernafsu dan semakin liar menjilati
klitoris dan vaginanya. Menjawab permohonannya, kumasukkan lidahku ke
dalam vaginanya dan kugerakkan menari dengan liar di dalam vaginanya
sambil mulutku menghisap bibir vaginanya dan klitorisnya. Mbak
Lasmini pun menjawab keganasan lidahku dengan semakin cepat dan
bernafsu memaju-mundurkan pantatnya membuat vaginanya menghantam
wajahku. Sungguh liar dan nakal cewek cantik ini.

"Ohhh.. ohh.. ohhh.. Mas... oohhh.."
Semakin liar Mbak Lasmini mengerang dan menghantamkan vaginanya pada
mulutku, semakin bernafsu aku memainkan vaginanya dengan lidahku,
sementara gairahku yang terus terpancing membuat penisku kembali
menegang keras.

"Ah.. ah.. ah.. Massss.. aaakkhhh!"
Mendadak tubuhnya menggelinjang hebat dan jeritan keras menyertai
sentakan terakhir pantatnya maju menancapkan vaginanya pada mulutku
yang menghisap lendir orgasme yang meleleh dari vagina Mbak Lasmini,
sementara pahanya kaku menjepit kepalaku dengan erat dan kedua
tangannya yang menahan posisi tubuhnya mencengkeram sprei dengan
erat. Manis dan nikmat kurasakan lendir orgasmenya.

"Nnnggghhh.. nikmat..ohhh.." dia mengerang sambil terus
mempertahankan jepitan kakinya pada kepalaku dan tekanan vaginanya
pada mulutku yang terus menghisap bibir vagina dan klitorisnya.
"Ohhh..Massss..." mendadak tubuhnya melemas dan jatuh di kasur,
melepas kepalaku dari jepitannya. Aku memanjat tubuhnya dan mengecup
bibirnya dengan lembut yang disambut dengan pagutan liar lidah dan
bibir bernafsu. Kami berciuman dan saling melilit lidah beberapa saat
hingga akhirnya ia melepas bibirku dengan napas terengah-engah dan
kami berpelukan erat."Hhhh, Mas Sonyyy.. nikmat, Mas.."

Kami berpelukan beberapa saat, sambil aku dengan lembut dan perlahan-
lahan mulai menggesekkan penisku yang telah kembali menegang. Ia lalu
melepaskan pelukannya dan turun dari ranjang. Aku melihat tubuhnya
yang indah dengan rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang putih dan
sexy. Tak lama dia kembali membawa sebotol air dingin dan sebuah
gelas. Ia mengisi gelas dan memberikannya padaku. "Ayo Mas Son,
airnya diminum, dengan air ini Mas akan menjadi kekasihku selamanya.
Di manapun Mas berada, saya akan di samping Mas. Mas cukup panggil
namaku maka saya akan datang.. ingat itu ya Mas..." katanya agak
sedikit aneh tapi tidak kuhiraukan. Kuambil gelas dari tangannya lalu
meminum air dingin itu. Kutarik tubuh Mbak Lasmini hingga berbaring,
lalu kutempel bibirnya dengan bibirku. Ia membuka mulutnya dan
kugigit lidahnya yang menjulur ke mulutku. Ia terkejut, namun ia
tersenyum, "Mas Sony nakal ah..." Wajahku masih di atas wajahnya, dan
dengan nakal kuteteskan air liurku ke bibirnya. Ia kembali tersentak,
namun dengan nakal menerima air liurku dan mempermainkannya dengan
lidahnya sebelum menghisap seluruhnya ke dalam mulutnya.

"Nakal nih! Bikin saya tambah terangsang aja!" katanya sambil
mencubit hidungku. Kami sama-sama tersenyum, lalu kembali saling
berciuman beberapa saat hingga ia membuka kakinya hingga terkangkang
sambil meraba-raba penisku yang sudah tegang itu di depan
selangkangannya.
"Mas, ayo dong.. Masukin lagi.. nggak tahan nich..."
"Oke... sayang..."
Sambil berkata begitu, kutekan penisku yang dituntun oleh tangannya
ke bibir vaginanya yang ternyata telah kembali basah oleh lendirnya.
"Sslllppp..." dengan mudah seluruh penisku masuk tertelan oleh liang
vaginanya. Kugerakkan pantatku maju-mundur perlahan sambil menikmati
gesekan dinding vaginanya yang basah berlendir itu.
"Hhh.. mmmhhh... Mini sayang.. hhmmm.."
"Ohhh, Mas Sony.. mmmhh.."

Sambil terus menggerakkan pantat maju-mundur seirama sehingga
kenikmatan persetubuhan terasa dengan lembut oleh kami berdua, kami
pun berciuman dengan lembut dan tidak liar seperti tadi. Kecupan dan
hisapan pada bibirnya benar-benar kunikmati dengan lembut seirama
dengan sodokan lembut penisku pada vaginanya.
"Hhhh. hhh. hhh.."
"Mmmhhh.. Mbak, I Love You, ohhh.."
"Ohhh, Mas.. ohhh, Miniii... juugggaa.. ohhh... teeerruusss..
Maaasss.."
"Oh Mbak.. ohhhh.. hngk.. hngk.. hngk.."
"Oh Sayanghhh.. sayanghhh.. terus sayangghhh.. ohhh..."

Semakin lama, semakin liar kami saling menyerang satu sama lain.
Pantat kami sama-sama maju-mundur semakin cepat dan keras. Kuremas
buah dadanya dan kujilati sekali-sekali sementara dia menjambak
rambutku. Kedua kakinya melingkari pahaku seakan ingin membantu
gerakan pantatku agar sodokan penisku menancap semakin keras dan
dalam pada vaginanya.
"Ohhh.. Massss.. teruussss... ohhh.."
"Ohhh... "

Gerakan pantat kami sudah semakin liar dan cepat, dan tubuhnya pun
terbanting-banting lepas kendali di atas kasur dengan mata terpejam
rapat. Mendadak ia menggigit bibir sesaat lalu melepasnya dengan
sebuah pekikan kecil.
"Akhhh! Maaasss... Miniii... nggghhaaak tahhh.. aaahh.. aahhh!"
Kembali jeritan panjangnya menyertai sentakan pantatnya yang liar dan
keras menancapkan penisku sedalam-dalamnya pada vaginanya, sementara
tubuhnya dengan liar tersentak bangkit dari posisi tidur menjadi
setengah duduk dan tangannya menarik pantatku sekuat tenaga hingga
penisku benar-benar menancap sedalam-dalamnya di dalam vaginanya yang
berkontraksi dengan liar beberapa detik sebelum akhirnya meledakkan
orgasme hebat yang melepas tumpahan demi tumpahan lendir
orgasme. "Aaahh..." Tubuh Mbak Lasmini mengejang hebat dan kepalanya
terlempar ke belakang dengan liar sementara tangannya yang kiri
meremas pantatku dengan keras hingga kukunya menancap di pantatku.
Tanpa tersadar dia menggigit dadaku hingga keluar darah sedikit.

"Masss... Sonnn.. ohhh.."
Pemandangan liar menggairahkan di depan mataku ini memancing ledakan
kenikmatan dalam tubuhku yang menyerbu ke batang penisku yang seakan
tersumbat itu. "Ohh.. akhhh.." dan pertahananku pun jebol
juga. "Crrraatt.. Crriittt.. Crrrooottt..." semprotan demi semprotan
air mani kental dan panas kembali muncrat dari penisku, memenuhi
vaginanya hingga begitu penuh dan meleleh keluar membasahi paha kami
berdua. Aku memeluk erat tubuhnya yang telah basah kuyup oleh
keringat kami berdua dan kuhisap dadanya dengan tak terkendali
sehingga kembali tercetak cupang membiru di atas
putingnya. "Crrraaattt!" Dengan muncratan terakhirku, aku pun melemas
dan kami ambruk bersama-sama di atas kasur. Aku terasa sangat lemas,
sehingga aku pun menjatuhkan diri di samping Mbak Lasmini yang juga
telah tergolek lemas.

Kami diam tergeletak beberapa saat dengan napas tersengal-sengal.
Lalu aku memandang Mbak Lasmini yang menggairahkan itu dan membelai-
belai rambutnya.
Dia pun menoleh memandangku dan kami sama-sama
tersenyum bahagia. Lalu, kami pun berbaring berpelukan.

Sekilas kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:30 WIB. aku
hanya punya waktu sedikit lagi untuk tidur. Kupeluk erat-erat tubuh
Mbak Lasmini dan kulihat dia tidur pulas di sampingku. Tak terasa,
aku pun tertidur.

Namun baru sekelumit, pintu diketok dari luar. Aku segera bangkit dan
turun dari ranjang dan membuka pintu. Aku sudah tahu, pastilah si
Andrey atau Erik yang mengetuk pintu, sebab hari sudah pagi dan kami
harus bergegas pulang. Ternyata memang si Andrey yang mengetuk pintu.
"Sudah jam setengah lima Son, cepetan siap-siap.." katanya.
"Sorry, aku masih ada tamu..." kataku tersenyum.
"Biar kubangunkan dulu..." kataku lagi.
"Tamu?" tanya Andrey sambil melongok ke dalam ke kamar.
"Mana?"

Aku pun menoleh dan menunjukkan dengan jariku ke ranjang. Tetapi
alangkah kagetku ketika melihat ranjang sudah kosong. Tak ada tubuh
Mbak Lasmini yang telanjang, tak ada BH dan CD serta pakaiannya yang
berserakan di lantai, tak ada sandalnya, tak ada siapa-siapa.
Bagaimana mungkin Mbak Lasmini begitu cepat pergi? Kulihat jam
dinding menunjukkan waktu pukul 04:40 WIB. Bagaimana mungkin dalam
waktu cuma 10 menit Mbak Lasmini pergi dengan membawa semua
pakaiannya yang berserakan? Ah, mungkin dia malu dan sembunyi di
kamar mandi.

Maka, aku pun segera melihat ke kamar mandi, sementara si Andrey
melangkah masuk sambil melihat ke segala sudut kamar tidur. Ternyata
kamar mandi juga kosong. Aku benar-benar kaget dan ketakutan. Lantas
kemana perginya Mbak Lasmini?

"Mana tamunya Son?" tanya Andrey.
"Kamu ini ada-ada saja lha wong tadi kamu datang dan masuk ke kamar
sendirian gitu lho!"
"Aku tadi sama cewek cantik namanya Lasmini, Ndrey..." kataku
setengah takut.
"Aku tadi melihat masuk kamar sendiri Son. Aku nggak lihat ada cewek
bersamamu." katanya.
"Tidak Ndrey... aku bawa teman cewek tadi. Lihat ini di sebelah atas
dadaku ini ada bekas gigitannya masih ada...!" aku ngotot.
"Lantas dimana dia sekarang koq nggak ada?" desak Andrey.
"Kalau tidak percaya... ayo kita tanya sama resepsionis," ajakku
sambil mengenakan sarung. Kami pun lalu ke loby dan kebetulan
resepsionis yang tugas semalam belum pulang. Aku segera
menghampirinya dan bertanya, apakah tadi pagi aku pulang sendirian
atau membawa teman cewek? Dengan santai kedua resepsionis itu
menjawab bahwa aku pulang sendirian. Ah Masa?
"Iya Pak, anda tadi pulang sendirian.. Masak kami bohong?" jawab
keduanya.
"Jadi saya tidak membawa wanita tadi?" desakku kurang percaya.
"Tidak Pak, anda sendirian tadi..."

Saat itu Erik yang sudah selesai mengatur tas di bagasi mobil Masuk.
Dia bertanya ada apa dan aku mencoba menjelaskan. Erik tertawa, "Kamu
ini ada-ada saja Son," katanya. "Wong aku lihat kamu Masuk kamar
sendirian koq..."

Semula disangkanya aku mengada-ada dan kedua temanku itu
menanggapinya dengan seloroh pula. Namun setelah aku
bersumpah "pocong" dan bicara serius, keduanya ikut ketakutan.
Menurut mereka aku telah bercinta dengan hantu penunggu pemandian
Watugede yang berubah wujud jadi cewek cantik.
"Makanya jangan suka keluyuran di tempat-tempat begitu," kata Erik.
"Kalau mau nyepi ya sungguh-sungguh bersih, jangan ngawur, ada cewek
cantik di jalan diembat saja." katanya lagi.
"Kapok!!"

Aku tak berani kembali sendiri ke kamarku. Ketika aku berkemas,
kusuruh Andrey dan Erik duduk di ranjang. Aku benar-benar takut dan
tak habis mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi pada diriku.
Melihat ranjang yang masih lusuh itu aku jadi ngeri. Apalagi ketika
kulihat bekas spermaku membasahai sprei dan guling... hiii.. ternyata
aku telah bercinta dengan hantu! Tapi enak lho pembaca..
upsss.

Persis jam enam kami meninggalkan hotel untuk ke Surabaya. Mobil
berjalan santai di tangan Andrey yang memang bertugas sebagai sopir
kami. Tapi pas melewati "Patung Ken Dedes", aku kaget minta ampun di
depan duduk bersila Mbak Lasmini dengan pakaian kerajaan kuno dia
tersenyum padaku.
"Jangannn... ohhh.. tidakkkk.." teriakku.
"Ada apa Son, koq teriak-teriak..?" tanya Erik.
"Itu... dia ada di depan patung itu..." kataku sambil menunjuk ke
arah patung.
"Ah.. kamu ada-ada saja. Wong nggak ada siapa-siapa disitu," kata
Erik.
"Sudahlah... nggak usah bicara itu lagi. Sebaiknya loe tidur aja
Son... ya," kata Andrey.
Kurang dari setengah jam kami sudah mendekati tapal batas Singosari.
Erik dan Andrey menepikan kendaraan di sebelah kanan untuk membeli
apel Batu di pasar buah Mandoroko. Karena masih diselimuti rasa takut
dan resah, aku tidak ikut turun. Aku titip saja 5 kilo rambutan Aceh
dan 5 kilo apel manalagi.

Duduk diam memandang kesibukan para pedagang buah dan orang-orang
kaya yang membelinya, hatiku sedikit tenteram. Kucoba menghilangkan
bayangan Mbak Lasmini dari mataku. Cewek itu sungguh luar biasa dalam
ngeseks tadi malam. Mungkin karena dia bukan manusia maka dia bisa
melakukannya dengan sangat baik. Tetapi, apakah nanti tidak ada
efeknya pada diriku karena telah bersetubuh dengan hantu cantik?

Ketika aku sedang merenung itulah tiba-tiba mataku melihat sesosok
tubuh ramping di seberang jalan, di depan pompa bensin. aku benar-
benar terkejut sampai terlonjak dari tempat dudukku. Mbak Lasmini
berdiri di sana sambil memandang ke arahku. Bibirnya tersenyum dan
wajahnya ceria sekali. aku ketakutan sampai berkeringat. dan mataku
melotot ke arah seberang jalan.

"Hah... kenapa lagi kamu Son?" teriak Erik sambil memegang keningku.
"Keringatmu dingin dan banyak sekali!"
"Ada apa lagi sih Son?" tanya Andrey.
Aku tak bisa menjawab karena takut. Aku berusaha menyebut nama Mbak
Lasmini, tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutku yang cuma bisa
komat-kamit. Namun aku berhasil mengangkat tangan dan menunjuk ke
seberang jalan. Kedua temanku segera mengikuti arah yang kutunjuk.
"Ada Son? Pompa bensin?" tanya Andrey heran.
"Bensinnya sudah diisi koq!"
"Las... Lasm... mini!"

Akhirnya nama itu meluncur juga dari mulutku meski terucap amat
perlahan.
"Mana?" Erik ikut melihat ke seberang jalan.
"Itu!" jariku tetap menunjuk ke seberang jalan sebab Lasmini memang
masih berdiri tegak di sana dengan masih menggunakan pakaian kerajaan
kuno. Dia memang cantik sekali bagai dewi dari kahyangan. Mungkin
bila dia ikut pemilihan "Miss Universe" dia akan keluar sebagai
juara. Lalu, dia kini melambai-lambaikan tangan ke arahku. Namun
kedua rekanku tetap saja menyatakan tidak melihat siapa-siapa. Meski
aku ketakutan setengah mati, kedua rekanku santai-santai saja. Andrey
segera menstater mobil meluncur kembali di jalan raya dengan cepatnya.

Mataku tak lepas memandangi Lasmini yang masih berdiri disana sambil
melambaikan tangan. aku sampai membalikkan tubuh dan memandangnya
terus sampai hilang di kejauhan. Aku tidak pura-pura, tidak mengada-
ada. Yang kulihat itu benar-benar Lasmini, cewek cantik yang dini
hari tadi bercinta denganku! Semua tak percaya, tetapi itulah yang
kualami dan Tuhan pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi! Oh...
nasibku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar