gubahan saya

cerita seru

Kamis, 28 Maret 2013

Ngeseks dgn ABG bule

Jam sudah menunjukkan pukul 2.00 siang. Hari ini berlalu dengan sangat membosankan. Meeting tentang implementasi software masih saja berlangsung sedari pagi tadi. Si konsultan yang sok pinter itu masih melakukan presentasi tentang feature-feature softwarenya. Sudah penat pikiranku mendengarnya, sehingga kadang kala aku berpikir.. Kalau saja ini semua cuma film, aku tinggal menekan tombol "fast forward" saja biar cepat selesai. Aku terpaksa ikut meeting ini karena semua board of management datang, termasuk the big boss.., my dad.
Begitu seriusnya meeting tersebut, hingga makan siangpun dilakukan di ruang meeting dengan membeli nasi kotak. Shit! Because having lunch is my favorite time in the office.. He.. He..
Jam 3.15 selesai jugalah segala macam cobaan ini. Aku bergegas kembali keruanganku bersama Lia, sekretarisku. Di lobby tampak resepsionis baru, Dian, tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda hormat. Kubalas senyumnya sambil memperhatikan Noni yang duduk di sebelah Dian. Resepsionis yang satu lagi ini tampak jengah dan pura-pura tidak melihatku. Memang akhir-akhir ini dia tampak ketakutan bila bertemu, mungkin karena sering aku pakai dia untuk memuaskan nafsu birahiku.
Resepsionis baru Dian, adalah bekas pegawai salon langgananku. Aku rekrut dia karena memang kantorku butuh resepsionis cadangan kalau-kalau Noni tidak masuk. Tetapi alasan utama adalah karena bentuk fisik terutama buah dadanya yang amat mengusik nafsu kelelakianku.
Lia kembali ke mejanya, sedangkan aku masuk ke ruanganku. Sesampai di dalam, kuhempaskan tubuhku di kursi sambil menghela nafas panjang. Kubuka laptopku untuk browsing internet guna menghilangkan penat. Aku buka situs "barely legal teens" yang menampilkan ABG bule yang cantik-cantik. Melihat gambar-gambar itu, tiba-tiba aku teringat pengalamanku beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kuliah di Amerika.
*****
Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Anaheim, California. Apartemenku ini terletak tak jauh dari Disneyland, sehingga banyak turis yang berkunjung ke daerah itu. Aku mengambil pasca sarjana di sebuah universitas yang tak jauh dari apartemenku. Singkat kata, lokasi apartemenku ini strategis sekali, kemana-mana dekat.
Kadang kala di akhir pekan, bila tidak ada acara lain, aku berkunjung ke rumah sepupuku di Long Beach. Sepupuku ini, Linda, berusia jauh lebih tua dariku, dan mempunyai anak laki-laki remaja. Namanya Franky, berumur 17 tahun, dan waktu itu duduk di bangku SMA/high school.
Pada suatu hari, aku mendapat undangan bbq dari Linda, sepupuku itu. Kukebut Honda Civic-ku menembus belantara highway menuju Long Beach. Tak lama, akupun sampai di rumahnya yang mempunyai pekarangan cukup luas.
"Hi.. Bert, ayo masuk" Linda menyapaku.
"Sombong nih udah lama nggak ke sini"
"Sedang sibuk nih, banyak tugas" alasanku.
Memang beberapa minggu ini aku menghabiskan akhir minggu bersama-sama dengan teman-temanku.
"Hi.. Oom Robert" Franky menyapaku.
"Gimana notebook-nya sudah nggak pernah ngadat lagi khan?"
"Nggak Frank.. Kamu memang jago" pujiku.
Franky ini memang terkenal pintar, dan hobby komputer. Notebook-ku yang rusak bisa dia perbaiki, sedangkan saat aku bawa ke toko tempat aku membeli, aku disarankan untuk membeli yang baru saja. Wajahnya pun ganteng, hanya saja dia agak sedikit feminin. Berkacamata, selalu berpakaian rapi, dengan rambut kelimis disisir ke samping, membuatnya tampak smart, santun, dan.. Anak Mami.
"Ini Oom, kenalin my special friend" katanya.
Agak kaget juga aku melihat gadis ABG yang muncul dari dalam. Dia gadis bule seusia Franky, dengan tubuh yang tinggi semampai dan rambut pirang sebahu.
"Hi.. I am Kirsten" katanya menyapaku.
"Hello.. I am Robert. Nice to meet you" kataku sambil menatap matanya yang berwarna biru.
"Hebat juga kamu Frank" kataku menggoda. Diapun tertawa senang.
Kami pun lalu ke halaman belakang, dimana bbq diadakan. Beberapa tamu telah datang. Freddy, suami Linda tampak sedang mempersiapkan peralatannya. Akupun kemudian berbincang basa-basi dengannya.
Sepanjang acara, kadang aku lirik Kirsten, ABG bule itu. T-shirt warna hijau ketatnya memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang terbungkus BH. Karena ukuran buah dadanya yang besar, saat dia berjalan, buah dadanya itupun bergoyang- goyang menggemaskan. Ditambah dengan celana pendek jeans yang memperlihatkan pahanya yang mulus menambah indahnya pemandangan saat itu. Celana jeans yang pendek itu kadang memperlihatkan sebagian bongkahan pantatnya. Memang saat itu sedang musim panas, sehingga mungkin wajar saja berpakaian minim seperti itu.
"Bert, kita mau minta tolong nih. Aku dan Freddy mau ke pesta penikahan temanku di New York. Tolong ya kamu jagain rumah sama si Franky. Tolong awasin dia supaya nggak macem-macem" Linda meminta bantuanku ketika kami telah menyantap makan malam kami.
"Yach OK deh.. Asal ada oleh-olehnya saja" jawabku.
"Beres deh.." sahut Linda sambil tertawa.
"Memang perlu juga nih pergantian suasana untuk beberapa hari", pikirku.
*****
"Frank.. Oom pergi dulu ke kampus. Ada tugas kelompok nih. Pulangnya agak malam, OK. Take care, and behave"
"Iya Oom.. Jangan kuatir." jawabnya sambil memakan cerealnya.
Sesampai di kampus, aku pun mulai menyelesaikan tugas bersama kelompokku. Ternyata cepat selesai juga tugas tersebut. Setelah makan siang di cafetaria, akupun kembali ke rumah sepupuku.
Tiba di depan rumah sepupuku itu, tampak sebuah mobil lain sedang parkir di halaman rumah. Akupun tak ambil pusing dan masuk ke ruang tamu lewat pintu belakang. Saat duduk si sofa, tiba- tiba kudengar suara- suara mencurigakan dari dalam kamar Franky. Akupun mengendap- endap menuju jendela kamarnya yang terkuak sedikit. Di dalam kulihat Kirsten sedang menciumi Franky dengan bernafsu.
"Come on open your mouth a little bit" katanya sambil kemudian terus menciumi Franky yang tampak kewalahan.
"Here touch my breasts" Kirsten menarik tangan Franky untuk kemudian diletakkannya di dadanya yang terbungkus tank top warna pink.
Aku terbeliak melihat pemandangan ini, dan tiba-tiba saja akalku berjalan. Aku bergegas ke ruanganku untuk mengambil videocam yang kugunakan kemarin untuk merekam pesta bbq. Saat aku kembali mengintip ke kamar Franky, tampak Kirsten mengangkat tank topnya sehingga menampakkan buah dadanya yang mulus dan ranum di depan wajah Franky.
"You may kiss them.. Come on.. Suck my breasts" katanya. Franky masih tampak terdiam bengong sehingga Kirstenpun tampak tak sabar dan menarik kepalanya menuju buah dadanya.
"Ahh.. Shit.. Yeah.. Suck it.. That's right.. Ahh" erangnya ketika Franky mulai menghisapi buah dadanya yang putih mulus berputing merah muda itu.
Kemaluanku memberontak di dalam celanaku, tapi tetap aku berkonsentrasi merekam semua adegan ini.
"Now it's my turn. I want to suck your cock. I want to taste Indonesian cock" Kirsten berkata seperti itu sambil berlutut di depan Franky. Dibukanya celana Franky sehingga tinggal celana dalamnya saja yang masih tertinggal.
Kirsten mulai menjilati kemaluan Franky dari luar celana dalamnya, sambil matanya menatap menggoda ke arah Franky.
"You like that? Hmm.. You like that? " erangnya menggoda.
"Ohh.." tiba-tiba Franky mengejang dan tampak cairan ejakulasinya membasahi celana dalamnya.
"Shit.. Franky.. You came already?" tampak Kirsten kecewa.
"You've never done this before huh?"
Frankypun tertunduk lesu, sementara Kirsten dengan sedikit kesal membenahi pakaiannya dan kembali bangkit berdiri. Saat itu aku mengambil keputusan untuk menerjang masuk ke dalam. Pintu ternyata tidak terkunci, dan mereka tampak kaget melihat aku masuk membawa video camera.
"What the hell are you doing?!!" tanyaku.
"Oh anu Oom.. Nggak kok.. Anu.." Franky tampak terbata-bata tidak bisa menjawab.
"It is not what it looks like. Nothing happened, sir.." Kirstenpun tampak agak sedikit ketakutan.
"Hey.. I got all the proof here" sahutku.
"I am going to tell your Mom and your parents too, Kirsten"
"Please don't.. Sir" tampak Kirsten mulai panik dan mencoba merayuku agar menyimpan rahasia ini. Sementara Franky tampak pucat pasi sambil mengenakan kembali pakaiannya.
"Stay here.. I want to talk with both of you" kataku sambil keluar membawa videocam meninggalkan mereka berdua. Kusimpan baik-baik barang bukti ini.
Sekembalinya ke ruangan itu, Franky dan Kirsten tampak gelisah duduk di tepi ranjang. Persis seperti maling yang tertangkap di tayangan Buser SCTV He. He..
"You won't tell anybody, will you sir? " tanya Kirsten berharap.
"Well.. It depends. If you let me fuck you.. I won't" jawabku.
Aku memang horny sekali melihat Kirsten saat itu. Dengan rok mini dan tank top-nya, tampak kesegaran tubuh ranum ABG bule ini.
"Lho kok.." tanya Franky kaget.
"Iya Frank. Oom pengen ngerasain pacarmu ini. Ngerti!! Sekalian kamu bisa belajar gimana lelaki sejati make love. Biar nggak malu-maluin" jawabku.
"You want to taste real indonesian cock, don't you? You little slut" kataku sambil meremas- remas rambut pirang Kirsten.
Akupun lalu duduk di samping gadis remaja bule ini di ranjang. Kuremas-remas pundaknya yang mulus.
"Pindah sana.. Duduk di kursi!!" perintahku pada Franky.
Kutarik wajah cantik Kirsten, dan kukulum bibirnya. Sementara tanganku meremas- remas buah dadanya dari balik tank topnya. Pertama kali dia tak memberikan reaksi, akan tetapi setelah beberapa lama, dia mulai mengerang nikmat.
"Hmm.. Hmm" erangnya ketika tanganku merogoh ke balik tanktopnya dan memilin puting buah dadanya yang telah mengeras.
Kuangkat ke atas tank topnya sehingga buah dadanya yang tak tertutup BH mencuat menantang di depan wajahku.
"You want me to suck your breast?" tanyaku.
"Hmm.. Yeah.. Please sir.." jawabnya mendesah.
"Ahh.. Sstt.. Oh yeah.." erangnya lagi ketika buah dadanya aku hisap sambil tanganku memainkan puting buah dadanya yang lain.
"Ini namanya nipple, Frank. Cewek biasanya suka kalau bagian ini dijilat dan dihisap. Ngerti?" kataku sambil menunjukkan cara menjilat dan menghisap puting buah dada kekasih cantiknya ini. Sementara Kirsten makin mengerang tak karuan menerima kenikmatan yang diberikan mulutku di dadanya.
"Ok now it is your turn to suck my cock. You want it, right?" tanyaku sambil berdiri menghadapnya yang duduk di atas ranjang.
"Come on open your present, you naughty girl!!" perintahku lebih lanjut.
Tangan halus Kirstenpun mulai membuka retsleting celanaku. Karena tak sabar, akupun membantunya membuka celana itu berikut celana dalamnya. Tampak kemaluanku sudah berdiri tegak dengan gagahnya di depan wajah cantik Kirsten.
"Is it big enough for you, Kirsten?" tanyaku sambil meremas-remas rambut pirangnya.
"Yes, sir.. Very big.." jawabnya sambil tangannya mengelus- elus kemaluanku. Matanya yang biru indah tampak sedang mengagumi kemaluanku yang besar.
"What are you waiting for? Come on suck my big Indonesian cock. Let your boyfriend watch!!" perintahku sambil sedikit mendorong kepalanya ke arah kemaluanku.
Kirstenpun mulai mengulum kemaluanku. Sesekali dijilatinya batang kemaluanku sambil matanya menatapku menggoda.
"You like it, huh?" tanyaku sambil meremas remas rambutnya gemas.
"Yes.. Very much, sir" katanya sambil tersenyum manis.
Tangannya yang halus mengocok-ngocok kemaluanku. Dijilatinya kepala kemaluanku, dan kemudian dikulumnya lagi senjata pamungkasku. Mulutnya yang berbibir tipis khas orang bule tampak penuh disesaki kemaluanku. Kusibakkan rambutnya yang jatuh menutupi, sehingga pipinya yang menonjol menghisapi kemaluanku tampak jelas tertampang di hadapan Franky.
"Lihat Frank.. Cewekmu suka banget kontol Oom. Makanya kalau punya kontol yang besar.." kataku menggoda Franky.
Di atas kursi, Franky terdiam bengong melihat pacar bulenya yang cantik sedang dengan lahap menghisapi kemaluanku. Tampak Franky mulai terangsang karena dia mulai memegang-megang kemaluannya sendiri.
"OK.. It's time to fuck you" kataku sambil melepas baju yang kukenakan sehingga aku sekarang sudah telanjang bulat.
Aku duduk di kursi di hadapan Franky dan kuminta Kirsten untuk menghampiriku. Kusuruh dia duduk dipangkuan membelakangiku. Kuciumi pundak Kirsten yang masih mengenakan tank topnya, dan kuraba pahanya yang putih menggairahkan itu. Sesampai di celana dalamnya, kusibakkan celana itu ke samping sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu, merekah mengundang. Kupermainkan jariku di vaginanya, dan kuusap- usap klitorisnya. Tubuh Kirsten agak sedikit melonjak sambil dia mengerang-erang kenikmatan.
"Yeaah.. That's it.. That's it" desahnya sambil menggelinjang.
"Ini namanya klitoris, Frank. Ini daerah paling sensitif. Catat itu!" kataku. Franky tampak masih mengusap-usap kemaluannya sendiri melihat kekasih bulenya kukerjai.
"You want me to fuck you now?" tanyaku pada Kirsten yang terus menerus mengerang dan mendesah.
"Please.. Please.." jawabnya.
"But your boyfriend is looking" kataku lagi.
"I don't care. Please fuck me, sir.." Kirsten menjawab sambil meraba-raba buah dadanya sendiri. Tanganku masih mengusap-usap kemaluan gadis remaja cantik ini sementara mulutku menciumi pundaknya yang bersih mulus.
Franky tiba-tiba berdiri dari kursi dan menuju Kirsten. Tangannya mengusapi rambut Kirsten sementara tangannya yang lain mulai membuka retsleting celana yang dikenakannya.
"Hey!! Mau ngapain kamu? Nggak usah ikut- ikut. Balik duduk sana. Kamu lihat saja dulu!!" perintahku. Dengan menurut Frankypun kembali duduk menatap pacarnya yang sedang akan disetubuhi Oomnya.
Kirsten mengarahkan kemaluanku ke vaginanya. Ketika dia merendahkan tubuhnya, sedikit demi sedikit kemaluanku pun memasuki tubuhnya.
"Hmm.. Oh my god.. Ohh.." erangnya ketika vaginanya disesaki kemaluanku.
"You like that?" tanyaku.
Kirsten tak menjawab, akan tetapi dia mulai menaik turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Badannya agak aku condongkan ke belakang hingga aku dapat menciumi bibirnya, tatkala kemaluanku memompa vagina ABG bule cantik ini. Tanganku menarik tanktopnya ke atas sehingga buah dadanya yang berayun- ayun menggemaskan dapat aku remas sepuas hati.
"Perhatikan baik-baik Franky. Begini caranya memuaskan pacarmu!!" kataku di sela-sela erangan Kirsten.
Setelah beberapa lama, aku turunkan tubuh Kirsten dari pangkuanku, dan kutarik dia menuju ranjang. Kurebahkan tubuhku di ranjang dan Kirsten kemudian menaiki tubuhku.
"I want to ride your big dick. Is it Ok, sir?" tanyanya.
"Yes.. Do it. Let your boyfriend watch and learn!" kataku.
Kembali vagina sempit Kirsten menjepit nikmat kemaluanku. Tubuh padatnya tampak naik turun menikmati kelelakianku, terkadang digesek-gesekkannya pantatnya maju mundur menambah sensasi nikmat yang aku rasakan.
"Oh my god.. So big.. Yes.. Yess.. Oh yess.." erang Kirsten sambil terus memompa kemaluanku.
Kulihat Franky sekarang sedang mengocok kemaluannya sendiri. Mungkin sudah tidak tahan dia melihat pacarnya aku setubuhi.
"Ohh.. I am cumming.. Yeahh.." jerit Kirsten sambil menjatuhkan tubuhnya dipelukanku.
Tampak butiran keringat membasahi keningnya. Kuusap rambutnya dan kuciumi wajahnya yang cantik itu.
"OK I want to cum in your pretty face. Suck it again" perintahku.
Kirstenpun kemudian menciumi wajahku, leherku kemudian menghisap puting dadaku. Kemudian dengan gaya menggoda, dia menjilati perutku dan terus menuju ke bawah. Tak lama kembali mulutnya menghisapi kemaluanku dengan bernafsu.
"Look at your boyfriend while you are sucking my cock!!" perintahku.
Kirsten pun menoleh ke kiri ke arah Franky sementara kemaluanku masih menyesaki mulutnya. Tangannya menyibakkan rambutnya sendiri, sehingga pacarnya dapat melihatnya dengan jelas ketika dia mengulum kemaluanku.
"Ehmm.. Ehmm.." erangnya sambil tangannya mengocok bagian bawah batang kemaluanku yang tidak muat masuk ke dalam mulutnya.
Aku memandang Franky sambil mengelus-elus rambut pirang pacarnya yang cantik ini. Tampak makin cepat Franky mengocok kemaluannya sendiri sambil menatap Kirsten yang sedang menghisapi kemaluanku.
"Ahh" Tak lama Frankypun menjerit ketika dia mengalami orgasme. Sementara Kirsten, pacarnya, masih menikmati kemaluanku dengan lahap.
"Oh shit.. I am cumming.." jeritku.
Kirsten membuka mulutnya ketika cairan ejakulasiku tersembur keluar mengenai wajah dan mulutnya.
*****
Mengenang kejadian itu, terasa nafsu birahiku timbul. Terlebih setelah melihat gambar di notebookku dimana seorang laki-laki sedang dihisap kemaluannya oleh seorang wanita, sementara dia melahap buah dada wanita yang lain dengan rakusnya.
"Masih ada waktu untuk melakukan seperti itu", pikirku setelah melihat jam tanganku. Memang sore itu aku ada janji untuk latihan driving dengan seorang teman.
"Lia.. Tadi bapak sudah pulang belum?" tanyaku lewat telepon pada sekretarisku.
"Sudah Pak.. Sehabis meeting tadi langsung pulang" jawabnya.
"Kalau gitu kamu kemari sebentar. Ajak Dian juga", perintahku lebih lanjut. Memang enak punya karyawati cantik.
Read More..

Nikmatnya produk korea

Namaku Andri, sekarang aku lagi kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malaysia. Aku akan menceritakan pengalaman tak terlupakanku waktu SMU dulu.
Kejadiannya sekitar 2 tahun lalu, ketika aku masih bersekolah di sebuah sekolah internasional di kuala lumpur Malaysia. Seperti layaknya sebuah sekolah internasional, banyak sekali murid- muridnya yang berasal dari luar negeri. Akan tetapi, mayoritas berasal dari Korea atau yang lebih dikenal sebagai 'negeri ginseng.
Kisahku bermula ketika ada seorang gadis Korea yang baru saja masuk ke sekolahku. Namanya Kim Chi, dia baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Tapi biarpun masih kelas 1 SMP, dia sudah memiliki tubuh seperti seorang gadis berusia 17 tahun lebih. Dengan sepasang buah dada yang condong ke depan dan bokong yang begitu montok.Saat itu juga timbullah niat busukku untuk mencumbui tubuhnya yang padat dan berisi itu.
Tapi untuk dapat menikmati tubuhnya itu, aku harus dekat dengan dia. Maka saat itu juga, kuputuskan untuk berkenalan.
"Halo, namaku Andri.. " ucapku sembari menawarkan tanganku. Dia pun menjabat tanganku dan memperkenalkan dirinya. Setelah cukup lama berbincang, akhirnya kita saling menukar nomor handphone. Dan sejak saat itu, aku pun sering SMS-an dan juga teleponan sama dia. Kita pun jadi dekat dan mulai berpacaran.
Minggu-minggu pertama pacaran merupakan minggu-minggu yang membosankan. Ini disebabkan si Kim Chi masih malu-malu kucing. Tiap kali aku ingin menciumnya, dia selalu menghindar. Dan dikalanya tanganku meraba paha ataupun buah dadanya, dia selalu menarik tanganku. Setelah kuselidiki, ternyata Kim Chi berasal dari sebuah sekolah khusus perempuan. Di mana tidak ada yang namanya pria atau lelaki sama sekali. Aku pun heran dan bertanya- tanya pada diriku sendiri, orangtua macam apa yang mau menyekolahkan anak perempuannya ke sekolah yang hanya berisikan perempuan saja.
Menurut teman- temannya, selama 6 tahun dia tidak pernah mengenal yang namanya laki-laki. Ya ampun, pasti dia belum pernah merasakan yang namanya dicium ataupun dipegang-pegang. Sejak mendengar cerita tersebut, aku pun memberanikan diri. Aku berkata padanya,
"Kalau dicium itu enak rasanya, apalagi kalau buah dada dan paha kamu diraba-raba.. "
Pada mulanya ia menolak dan enggan bibirnya kucumbui dan tubuhnya kupegang- pegang. Tetapi akhirnya, setelah kubujuk beberapa kali, Kim Chi pun mau dan ingin mencoba nikmatnya dicumbu dan diraba- raba. Maka mulai saat itu juga, setiap kali aku dan dia jalan, pasti ada adegan cium-ciuman dan pegang-pegangan. Aku dan Kim Chi sangat sering jalan berduaan di KLCC, sebuah shopping mall di Kuala Lumpur. Dan tempat yang paling aku gemari dari situ adalah di bioskopnya dan juga di tamannya. KLCC memiliki sebuah taman yang cukup besar, jadi seandainya tidak bisa melakukan 'hal-hal' tersebut di bioskop, maka taman merupakan tempat kedua paling cocok buat berduaan.
Pertama kalinya aku mendengar Kim Chi mendesah karena nikmat adalah ketika kami di taman KLCC. Saat itu kebetulan lagi sepi dan tidak banyak orang yang datang untuk belanja. Jadi kuputuskan untuk mengajak Kim Chi ke taman dan duduk berduaan di bawah pohon, tujuannya supaya tidak kelihatan orang lain. Setelah cukup lama berbincang, aku pun sudah tidak sabar lagi, maka langsung saja kuciumi lehernya dan menjilati telinganya. Kedua tanganku juga tidak tinggal diam, tangan kiriku meremas buah dadanya dan tangan kananku menelusuri roknya sambil mengelus-elus vaginanya. Ia pun mendesah dengan hebatnya,
"Aaah.. Aaah.. "
Mendengar desahannya itu, aku jadi tambah bernafsu dan langsung saja kuselipkan jari- jariku ke dalam BH-nya dan bermain dengan putingnya.
"Ya ampun.. Lembut sekali putingnya.. Begitu menggemaskan.. " bisikku dalam hati.
Jari-jariku pun kuselipkan ke dalam CD- nya, dan kurasakan betapa halusnya vagina si Kim Chi. Aku merasakan bulu-bulu halus yang baru tumbuh, tidak hanya itu, kurasakan pula cairan yang keluar membasahi vaginanya.
"Aaah.. Aaah.. Andri.. " desahannya semakin menjadi-jadi sembari memelukku dengan erat. Ia begitu lemas dan tidak berdaya, memeluk dan mencium-cium kecil saja yang dapat ia lakukan pada saat itu.
"Gimana rasanya Chi? Enak kan?" tanyaku padanya. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya saja dan tersenyum malu. Kim Chi kelihatan begitu lelah sekali, wajar saja, ini merupakan pengalaman pertamanya. Pertama kalinya vagina dan buah dadanya dimainkan seorang laki-laki. Maka kuputuskan untuk mengantarnya pulang ke rumahnya saja.
"Chi, kamu aku antar pulang ya, kamu kelihatan capek sekali.. "
Kembali ia diam saja tak mengatakan sepatah kata pun, hanya menganggukkan kepalanya saja. Aku jadi merasa bersalah karena telah berbuat demikian pada dirinya, apalagi kita ini baru saja saling mengenal. Tetapi pemikiranku salah, aku salah besar. Ternyata setelah kejadian itu, si Kim Chi jadi lebih bernafsu. Dia berubah menjadi seorang cewek yang nafsuan, yang sangat liar. Setiap kali ada waktu kosong di sekolah, ketika semua murid lagi pada di dalam kelas, atau di kala semua orang lagi makan siang di kantin, pastinya si Kim Chi selalu mengajakku melakukan "hal-hal" tersebut secara diam- diam.
Kamar mandi guru, kelas kosong, ataupun di kamar mandi cewek. Tempat-tempat ini merupakan tempat- tempat yang paling digemari Kim Chi buat melakukan 'hal-hal' tersebut denganku. Pokoknya setelah kejadian di taman KLCC waktu itu, Kim Chi jadi lebih liar dan ganas. Malah ia jadi begitu aktif memainkan penisku. Yang tadinya tidak tahu sama sekali cara memainkan penisku, jadi sangat aggresif memainkannya. Ia sangat menggemari kegiatan meremas- remas penisku. Kim Chi menjadi seorang cewek yang sangat nakal.
Aku pun mulai mengajari dia cara memainkan vaginanya sendiri ataupun bermain dengan putingnya alias masturbasi. Bukan hanya itu, aku juga mengajarinya cara berphone sex. Sepertinya Kim Chi begitu menikmati phone sex soalnya setiap kalinya aku telpon, dia pasti selalu menanyakanku untuk melakukan phone sex. Karena keseringan melakukan phone sex dan juga 'hal-hal' tersebut, maka aku beranggapan kalau sudah waktunya gadis Korea ini merasakan sex yang sungguh- sungguhan. Apalagi sekarang ini, dia sudah menjadi sangat liar dan aggresif, pasti berhubungan sex dengan dia merupakan hal yang tidak cukup sulit.
Aku pun terus berpikir, kapan waktu yang paling bagus buat menghilangkan keperawanan si Kim Chi, dan di mana tempat yang paling sesuai buat melakukan itu semua. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya aku menemukan jawabannya. Aku baru ingat kalau aku pernah tanya sama si Kim Chi, kalau dia sudah pernah atau belum dikasih hadiah ulang tahun sama cowok. Kim Chi pun berkata kalau ia belum pernah dikasih hadiah ulang tahun sama cowok, dan ia ingin sekali mendapatkan hadiah ulang tahun dari cowok. Maka kuputuskan untuk melakukannya pada hari ulang tahunnya, di aparteman temanku yang kebetulan lagi kosong dan kuncinya dititipkan padaku.
Tibalah hari ulang tahun Kim Chi yang ke 13, aku pun mengajaknya makan dan jalan-jalan, seperti biasa di KLCC. Setelah cukup lama keliling KLCC, aku pun bertanya kepada Kim Chi,
"Chi.. Kamu mau nggak ikut aku ke suatu tempat spesial? Di sana aku sudah nyiapin sebuah hadiah yang sangat bagus buat kamu.. Kamu bilang kamu ingin banget dapet hadiah ulang tahun dari cowok.. Biarin aku jadi cowok pertama yang kasih kamu hadiah ulang tahun.. "
Kim Chi kelihatan sangat gembira dan setuju dengan tawaranku. Maka pergilah kami ke aparteman temanku itu. Sesampainya di sana, aku langsung saja membawa Kim Chi ke kamar yang sudah kusiapkan. Setelah masuk ke kamar, aku pun mengunci pintu dan langsung saja menanggalkan semua pakaianku. Aku hanya memakai CD-ku saja.
"Eh Andri.. Kamu ngapain buka-buka pakaian kamu? Memangnya kamu mau ngapain? Terus, hadiah yang kamu janjikan ke aku mana?"
"Hadiahnya ya ini Chi.. Kita bisa buat yang gitu- gitu sampai puas.. Plus, biasanya kan kita cuma pegang-pegangan tapi nggak sampai lihat dalamnya kan? Kamu masa nggak mau liat penisku bentuknya gimana.. Masa nggak mau liat apa yang ada di balik CD putih ini.. "
Dan seperti biasa, ia hanya tersenyum malu sambil menganggukkan kepalanya. Tapi yang membuatku sangat bernafsu ialah ketika ia menjulurkan lidahnya sambil menggigit-gigit bibirnya. Aku langsung menerkamnya dan menariknya ke tempat tidur. Kubuka kancing bajunya satu demi satu dan juga roknya sehingga ia hanya memakai BH dan CD saja. Betapa indahnya pemandangan pada saat itu, apalagi BH dan CD yang dipakai Kim Chi jenis BH dan CD yang transparan atau tembus pandang. Aku bisa melihat puting dan juga vaginanya secara samar-samar. Aku langsung menuju ke buah dadanya yang sangat menggiurkan dan menanggalkan BH yang dipakainya.
"Wah.. Indah sekali buah dadanya.. Begitu putih dan mulus.. Padat berisi sekitar 34-B. " Dengan puting yang sangat imut dan masih berwarna merah jambu. Langsung saja kuciumi dan kujilati buah dadanya yang sangat lezat itu. Aku juga menyempatkan untuk menggigit putingnya yang ternyata begitu kenyal dan nikmat. Ia mendesah dengan hebatnya,
"Aaah.. Ooohh.. ", sambil menarik-narik rambutku.
Setelah puas mengulum buah dadanya, aku pun turun ke perutnya. Kembali kuciumi dan kujilati perutnya itu. Ia menggelinjang karena kegelian dan semakin menarik rambutku. Aku turun dan turun hingga ke vaginanya. Kuarahkan lidahku ke clitorisnya dan memainkannya seenakku. Kim Chi pun kembali mendesah sembari menarik rambutku, namun kali ini desahannya begitu keras,
"Oooh.. Aaah.. Andri.. Oh yeah.. Aaah.. Jangan berhenti.. "
Desahannya tersebut membuatku semakin bernafsu, membuatku mempercepat permainan lidahku pada clitorisnya. Ia pun mendesah lagi dan nampaknya akan segera menyemprot. Dan betul dugaanku, cairan asin menyemprot ke mukaku yang sedang menjilati vaginanya. Kim Chi pun kelihatan lemas sekali setelah kulakukan foreplay pada dirinya.
Namun demikian, aku tidak ingin sampai di situ saja. Aku menyuruhnya untuk mengulum penisku. Ia pun menurut dan langsung menggenggam penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Oh yeah.. Oohh.. Chi.. Oooh.. Nikmat sekali.."
Ia begitu pintar memainkan penisku. Diputar-putar, dijilat-jilat, terus dicelupin ke mulutnya. Bukan hanya itu, ia juga bermain dengan kedua bijiku.
"Pintar sekali ini cewek..", ujarku dalam hati. Ia menyedot dan juga menjilati kedua bijiku dengan variasi yang berbeda.
"Oooh.. Oooh.. Oh yeah.."
Aku pun akhirnya keluar dan menyemprotkan semua spermaku ke dalam mulutnya. Karena baru pertama kali melakukan ini, Kim Chi menelan habis semua spermaku. Ia merasa jijik dan ingin muntah setelah menelan semuanya. Aku hanya bisa tertawa melihat ekspresi wajahnya yang begitu polos dan lugu.
Setelah cukup lama berbaring di atas ranjang, Kim Chi pun menyuruhku mengantarnya pulang, apalagi hari sudah hampir malam dan orangtua Kim Chi pasti mencarinya. Akan tetapi, aku belum mengijinkannya untuk pulang.
"Chi, kamu mau ke mana? Jangan buru- buru.. Aku masih ada satu lagi hadiah ulang tahun buat kamu.."
Ia pun heran dan bertanya-tanya. Aku hanya menyuruhnya menutup matanya saja.
"Inilah kesempatanku untuk merasakan vaginanya dan menghilangkan keperawanannya.. ", bisikku dalam hati.
Dan tanpa basa-basi, aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam liang vaginanya. Kim Chi pun kaget dan membuka matanya, ia mau melepaskan diri dan menghindar. Tapi aku menahannya dan membisikkan arah telinganya,
"Chi.. Kamu jangan takut.. Apa pun yang akan terjadi, aku tetap sayang sama kamu dan akan bertanggung jawab.."
Kim Chi pun hanya dapat menangis kesakitan ketika kumasukkan seluruh batang penisku ke dalam vaginanya. Dan di situ juga, kusaksikan darah mengalir dari liang vaginanya. Aku telah menghilangkan keperawanannya.
Kurasakan dinding- dinding vaginanya yang begitu hangat menjepit penisku. "Oooh.. Aaahh.." Nikmat sekali rasanya. Kim Chi hanya dapat menangis dan menangis, karena keperawanannya telah hilang. Aku pun kembali mengecup keningnya dan berkata,
"Chi.. Aku nggak akan meninggalkan kamu.. Aku akan bertanggung jawab.. Kamu jangan nangis ya.." Ia mengangguk dan menurut saja.
Keesokan harinya aku mengantar Kim Chi ke rumahnya. Setelah itu aku berkata padanya kalau aku enggak akan ninggalin dia. Tapi aku berbohong, aku belum siap untuk semua ini. Aku belum siap menjalin hubungan seperti ini.
Aku pun berbohong kepada Kim Chi dan mengatakan kalau aku akan balik ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi. Ia mencoba menelponku dan juga mengSMSku. Tapi aku sudah terlanjur membuang kartu telponku dan menukarnya dengan yang baru. Aku pun pindah ke kota lain, kota yang jauh dari Kuala Lumpur, kota yang jauh dari Kim Chi.
Aku begitu menyesal dengan apa yang telah terjadi. Tidak kusangka nafsu seorang pelajar kelas 3 SMU yang berlebihan, bisa menghancurkan masa depan seorang gadis yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP. 2 tahun telah berlalu, dan aku pun tidak mengetahui kabar terbaru dari Kim Chi. Aku harap dia baik-baik saja.
Kisahku memang kampungan dan terlampau kuno. Tapi aku baru sadar, nafsu yang terlalu berlebihan tidaklah baik. Melakukan hubungan sex dengan gadis Korea memanglah nikmat, dan kuakui itu memang cita-citaku dari dulu. Tapi akibat nafsuku yang berlebihan itu, semuanya menjadi begitu fatal.
Read More..

Tari, perawan innocen


Kring.. Kring.. HP-ku berbunyi. Saat itu aku berada di kantorku sedang membaca surat- surat dan dokumen yang barusan dibawa Lia, sekretarisku, untuk aku setujui. Kulihat di layar tampak sebuah nomor telepon yang sudah kukenal.
"Hello.. Dita.. Apa kabar" sapaku.
"Hi.. Pak Robert.. Kok udah lama nih nggak kontak Dita"
"Iya habis sibuk sih" jawabku sambil terus menandatangani surat- surat di mejaku.
"Ini Pak Robert.. Ada barang bagus nih.." terdengar suara Dita di seberang sana.
Dita ini memang kadang- kadang aku hubungi untuk menyediakan wanita untuk aku suguhkan pada tamu atau klienku. Memang terkadang untuk menggolkan proposal, perlu adanya servis semacam itu. Terkadang lebih ampuh daripada memberikan uang di bawah meja.
"Bagusnya gimana Dit?" tanyaku penasaran.
"Masih anak anak Pak.. Baru 15 tahun. Kelas 3 SMP. Masih perawan"
Mendengar hal itu langsung senjataku berontak di sarangnya. Memang sering aku kencan dengan wanita cantik, ABG atupun istri orang. Tetapi jarang- jarang aku mendapatkan yang masih perawan seperti ini.
"Cantik nggak?" tanyaku
"Cantik dong Pak.. Tampangnya innocent banget. Bapak pasti suka deh.." rayu Mami Dita ini.
Setelah itu aku tanya lebih lanjut latar belakang gadis itu. Namanya Tari, anak keluarga ekonomi lemah yang perlu biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya lagi sehabis SMP nanti, sehingga setelah dibujuk Dita, dia mau melakukan hal ini.
"Minta berapa Dit? " tanyaku
"Murah kok Pak.. cuma lima juta"
Wah.. Pikirku. Murah sekali.. Aku pernah dengar ada orang yang beli keperawanan sampai puluhan juta. Singkat kata, akupun setuju dengan tawaran Dita. Aku berjanji untuk menelponnya lagi setelah aku sampai di lokasi nanti.
"Lia.. Ke sini sebentar" kutelpon sekretarisku yang sexy itu. Tak lama Lia pun masuk ke ruanganku. Sambil tersenyum manis dia pun duduk di kursi di hadapanku.
"Ada apa Pak Robert?" tanyanya sambil menyilangkan kakinya memamerkan pahanya yang putih.
Belahan buah dadanya tampak ranum terlihat dari balik blousenya yang agak tipis. Ingin rasanya aku nikmati dia saat itu juga, tetapi aku lebih ingin menikmati perawan yang ditawarkan Dita. Toh masih ada hari esok untuk Lia, pikirku.
"Saya perlu uang lima juta untuk entertain klien. Tolong minta ke bagian keuangan ya" kataku.
"Baik Pak" jawabnya.
"Ada lagi yang bisa saya bantu Pak Robert..?" Lia berkata genit sambil menatapku menggoda.
"Nggak.. Mungkin lain kali Lia.. Saya sibuk banget nih" kataku pura-pura.
Aku tak ingin staminaku habis sebelum bertempur dengan Tari, anak SMP itu. Liapun beranjak pergi dengan raut muka kecewa, dan tak lama dia kembali membawa uang yang aku minta beserta slip tanda terima untuk aku tandatangani.
"Nanti kalau perlu lagi, panggil Lia ya Pak" katanya masih mengharap.
"Baik Lia.. Saya pergi dulu sekarang. Jangan telepon saya kecuali ada emergency ya" jawabku sambil mengemasi laptopku.
Tak lama akupun sudah meluncur dengan Mercy kesayanganku menuju hotel di kawasan Semanggi. Akupun cek in di hotel yang berdekatan dengan plaza yang baru dibangun di daerah itu. Setelah mendapatkan kunci akupun bergegas menuju kamar suite di hotel itu.
Setiba di kamar, kutelpon Dita untuk memberitahukan lokasiku. Dia berjanji untuk datang sekitar satu jam lagi. Sambil menunggu kunyalakan TV dan menonton siaran CNN di ruang tamu kamarku. Sedang asyik- asyiknya melihat berita perang di Irak tiba-tiba HP-ku berbunyi.
"Sialan Lia. Aku khan sudah bilang jangan telepon." pikirku sambil mengangkat telepon tanpa melihat caller ID- nya.
"Halo. Pak Robert.. Ini Santi" kata suara di seberang sana. Santi ini adalah istri dari Pak Arief, manajer keuangan di kantorku.
"Oh Santi.. Aku pikir sekretarisku. Ada apa San?"
"Nggak Pak Robert.. Cuma kangen aja. Pengin ketemu lagi nih Pak.. Aku pengin ulangi kejadian yang di pesta dulu itu. Bisa ketemuan nggak Pak hari ini?"
"Wah.. Kalau hari ini nggak bisa San.. Aku sedang di tempat klien nih" jawabku mengelak.
"Khan minggu depan suamimu sudah pergi.. Jadi kita bisa puas deh nanti seharian" lanjutku.
"Habis Santi udah kangen banget Pak.." rengeknya.
"Sabar ya sayang.. Tinggal beberapa hari lagi kok" hiburku.
"OK deh.. Sorry kalau mengganggu ya Pak" katanya menyudahi pembicaraan.
Wah, ternyata dia sudah tak sabar kepengin aku kencani, pikirku. Mungkin baru pertama dia bertemu dengan laki-laki jantan sepertiku di pesta perkawinan dulu. Kemudian aku telepon Lia untuk menanyakan kepastian kepergian Pak Arief ke Singapore, yang dijawab bahwa semuanya sudah confirm dan Pak Arief akan berangkat tiga hari lagi.
Setelah satu jam setengah aku menunggu, terdengar bunyi bel kamarku. Kubuka pintu kamarku dan tampak Dita bersama seorang gadis belia, Tari.
"Maaf Pak Robert. Tadi Tari baru pulang dari latihan pramuka di sekolahnya" alasan Dita. Mungkin tampak di wajahku kalau aku kesal menunggu mereka.
"OK nggak apa.. Ayo masuk" kataku sambil memperhatikan Tari.
Hari itu dia mengenakan tanktop yang memperlihatkan bahunya yang putih mulus. Juga rok mini jeans yang dikenakan menambah cantik penampilannya. Tubuhnya termasuk bongsor untuk anak seusia dirinya. Dari balik tanktopnya tersembul buah dadanya yang baru tumbuh. Yang membuat aku kagum adalah wajahnya yang cantik dan terkesan innocent.
"Tari.. Ini Oom Robert" kata Dita memperkenalkanku padanya.
Kuulurkan tanganku dan disambutnya sambil berkata lirih, "Tari.."
Kemudian kami bertiga duduk di sofa, dengan Tari duduk disamping sedangkan Dita berhadapan denganku. Kurengkuh pundak Tari dengan tangan kiriku, sambil kuelus-elus sayang.
"Gimana Pak.. OK khan" Dita bertanya
"OK.. Kamu jemput lagi aja nanti" jawabku sambil mengelus dan meremas lengan Tari yang mulus itu gemas. Setelah itu Dita pamitan, tentu saja setelah menerima pembayarannya.
"Kamu lapar nggak Tari? Kita pesan makanan dulu yuk" saranku.
Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang memang sudah waktunya makan malam, dan aku tak mau staminaku tidak prima hanya karena perutku yang lapar. Apalagi ternyata gadis yang dibawa Dita ini cantik sekali.
"Pesan apa?" tanyaku sambil memberikan room service menu padanya.
"Nasi goreng aja Oom"
"Minumnya?"
"Minta susu boleh Oom?" jawabnya.
Langsung aja aku pesan beefsteak dan bir untukku, dan nasi goreng serta susu untuk Tari. Sambil menunggu pesanan datang, kamipun menonton TV.
"Channelnya Tari ganti ya Oom" katanya sambil mengambil remote.
"Oh ya.. Oom juga bosen lihat perang terus" jawabku sambil mengagumi keindahan Tari.
Setelah dia duduk, kuelus-elus rambutnya yang berpita dan panjangnya sebahu itu. Tari kemudian mengubah channel TV ke channel Disney. Rupanya dia suka menonton film kartun. Maklum masih anak- anak, pikirku.
"Kamu sudah punya pacar?" tanyaku setelah kami terdiam beberapa saat.
"Belum Oom.."
"Kenapa?" tanyaku lagi
"Tari khan masih kecil.." katanya sambil terus menatap adegan kartun di TV.
Aku pun makin bernafsu mendengar jawabannya. Yah.. Akulah nantinya yang akan menikmatimu untuk pertama kalinya he.. He.. Kuciumi pipinya sambil kuelus-elus pahanya. Tari nampak tak terbiasa dan bergerak agak menghindar. Pahanya yang putih mulus makin tersibak menampakkan pemandangan yang indah. Tanganku kemudian meraba dadanya yang baru tumbuh itu. Kemudian kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Tampak sekali bahwa dia belum berpengalaman dalam hal seperti ini. Tanganku sudah ingin melucuti tanktopnya ketika tiba- tiba bel kamarku berbunyi.
"Room Service" terdengar suara di depan kamarku.
Akupun berdiri meninggalkan Tari untuk membuka pintu. Tampak ada perasaan lega di raut wajah Tari ketika aku beranjak pergi.
"Ada pesanan lagi Pak?" tanya petugas room service setelah meletakkan makanan di meja.
"Nggak" jawabku
"Mungkin buat anaknya?" tanyanya lagi
"Mungkin nanti menyusul" kataku sambil menandatangani bill yang diserahkannya.
Aku geli juga mendengar si petugas menyangka Tari adalah anakku. Memang pantas sih dilihat dari perbedaan umur kami.
Kamipun lalu menyantap makanan kami. Tari menikmati nasi goreng dan segelas susunya sambil terus menonton kartun kesayangannya.
"Mau buah Tari?" kataku sambil mengambil buah- buahan dari minibar.
"Nggak Oom.. Udah kenyang. Dibungkus aja boleh ya Oom.. Untuk adik di rumah" katanya.
Hm.. Benar-benar manis ini anak, pikirku. Dalam hati aku kasihan juga pada dia, tapi aku tak dapat menahan nafsu birahiku untuk menikmati tubuhnya yang muda itu.
Aku makan satu buah apel dan kuberikan sisanya padanya. Diterimanya buah- buahan itu dan kemudian dimasukkan dalam tasnya. Akupun kembali duduk disampingnya dan kemudian kuambil remote dan kumatikan TVnya.
"Ayo sayang kita mulai ya.." kataku sambil menciumi pundaknya yang terbuka.
Aku kemudian beralih menciumi bibirnya sambil tanganku meremas- remas dadanya. Tak ada response darinya. Ketika tangannya yang mungil aku letakkan di atas kemaluanku, dia diam saja.
"Kok diam saja sih!!" Bentakku.
"Oom.. Tari nggak pernah Oom.. Belum ngerti" jawabnya lirih ketakutan.
"Ya sudah sini kamu.." kataku sambil beranjak ke meja dimana laptopku berada. Tari mengikutiku dari belakang. Langsung kusetel film BF yang aku simpan di dalam harddiskku.
"Ayo sini duduk Oom pangku" kataku.
Taripun duduk di atas pangkuanku sambil melihat adegan persetubuhan dimana seorang wanita bule cantik sedang dengan rakusnya mengulum kemaluan orang berkulit hitam.
Mata Tari tampak takjub melihat adegan yang pasti baru pertama kalinya dia lihat itu. Sementara aku menciumi dan menjilati pundak dan lehernya yang jenjang dari belakang. Tangankupun telah masuk ke dalam tanktopnya dan meremas-remas buah dadanya yang masih tertutup BH itu. Kutarik ke atas cup BHnya sehingga tangankupun leluasa menjelajahi dan meremas buah dadanya yang mulai tumbuh itu. Kupilin perlahan puting dadanya yang mulai mengeras.
"Oom.. Jangan Oom.. Tari malu" katanya sambil menatap adegan di laptopku dimana si wanita bule sedang mengerang-erang nikmat disetubuhi dari belakang.
"Nggak usah malu sayang" jawabku sambil agak memutar tubuhnya sehingga aku leluasa menikmati dadanya.
Kulumat buah dada yang baru tumbuh itu dan kujilat lalu kuisap putingnya yang kecil berwarna merah muda itu. Sementara tanganku yang satu telah merambah paha sampai mengenai celana dalamnya.
"Pelan-pelan Oom.. Sakit" desahnya ketika tanganku mengusap- usap kemaluannya setelah celana dalamnya aku sibak. Mulutku masih sibuk mencari kepuasan dari buah dada anak belia ini.
"Kamu cantik sekali Tari.. Ohh yeah.." kataku meracau sambil mengulum dan menjilati buah dadanya.
Tanganku mengelus-elus pundaknya yang jernih, sedangkan yang satunya sedang merambah kemaluan anak perawan ini. Kemaluanku tampak memberontak di dalam celanaku, bahkan sudah mengeluarkan cairannya karena sudah sangat terangsang.
Kuturunkan Tari dari pangkuanku, dan akupun berdiri didepannya. Kuciumi bibirnya dengan ganas sambil tanganku meremas-remas rambutnya.
"Emmhh.. Emmhh.." hanya itu yang terdengar dari mulut Tari.
Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga mulutnya. Sementara kuraih tangan Tari dan kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat membengkak. Tetapi lagi-lagi dia hanya diam saja. Memang dasar anak-anak, belum tahu cara memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi.
"Ayo.. Berlutut!!" kataku sambil menarik rambutnya.
Tampak air mata Tari berlinang di sudut matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri dengan gagah di depannya.
"Ayo isap!!" perintahku pada Tari yang tampak ketakutan melihat kemaluanku yang sebesar lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada kemaluanku itu.
"Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar sekali.. Nggak muat Oom" katanya mengiba-iba. Terasa tangannya bergetar memegang kemaluanku.
"Ayo!!" bentakku sambil menarik rambutnya sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya yang imut dan innocent itu.
Tampak Tari sambil menahan tangisnya membuka mulutnya dan akupun sambil berkacak pinggang menyorongkan kemaluanku padanya.
"Aahh.. Yes.. Make Daddy happy.." desahku ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya yang mungil. Akupun mengelus-elus rambutnya yang berpita itu dengan penuh kasih sayang ketika Tari mulai menghisapi kemaluanku.
"Ayo jilati batangnya.. Sayang" kataku sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Taripun mulai menjilati batang kemaluanku dengan perlahan.
"Ayo isap lagi" instruksiku lagi sambil tanganku mengangkat dagunya dan menyorongkan kemaluanku padanya. kemaluanku untuk mengambil nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya.
"Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom" Tari memohon. Air matanya tampak menetes di pipinya
"Oom belum puas. Ayo lagi!!" bentakku sambil menjambak rambutnya, sehingga wajahnya terdongak ke atas menatapku.
Taripun terisak menangis, tetapi kemudian dia kembali menjilati dan mengulum kemaluanku. Pemandangan di kamar hotel itu sangatlah indah menurutku. Seorang laki- laki dewasa dengan tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang, sementara seorang anak di bawah umur dengan wajah tanpa dosa sedang mengulum kemaluannya.
Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari anak perawan itu cara untuk memberikan kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan ejakulasinya.
"Buka mulutmu!!" perintahku pada Tari sambil mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya.
Kemudian kukocok- kocok kemaluanku sebentar, dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai wajahnya.
"Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu hebat Tari.." erangku saat orgasme.
"Ayo telan!!" perintahku lagi ketika melihat dia akan memuntahkan spermaku keluar.
Tampak dia berusaha menelan spermaku, walaupun karena jumlahnya yang banyak, sebagian meleleh keluar dari mulutnya. Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi kembali. Dia pun kemudian mengambil dan meminum habis sisa susunya. Sementara aku pergi ke toilet untuk buang air kecil.
Sekembalinya aku dari toilet, tampak Tari sedang duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya tampak kosong dan berubah menjadi takut ketika melihat aku menghampirinya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali kuelus-elus pundak dan tangannya.
"Omm.. Tari pengin pulang Oom.. Tari capek.." katanya.
"Yach kamu istirahat dulu aja sayang" jawabku sambil mencium pipinya.
Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV yang masih menayangkan acara kartun kesukaannya itu. Kuusap-usap tubuhnya yang duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi. Aku menunggu hingga kejantananku bangkit kembali.
Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih menayangkan adegan syur semenjak tadi. Di layar sekarang seorang pria bule sedang dihisap kemaluannya oleh dua wanita cantik. Yang satu bule juga, sedangkan yang lain wanita Asia, kalau tidak salah Asia Carrera namanya. Memang film produksi Vivid ini bagus sehingga aku menyimpannya di harddiskku. Melihat adegan demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Tari berada. Tari tampak gelisah ketika aku berlutut di depannya.
"Aku ingin menikmati memekmu sayang" kataku sambil menyibakkan rok mininya. Kuciumi pahanya dan kujilati sampai mengenai celana dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya itu sehingga vaginanya yang bersih tak berbulu itu tampak mempesonaku.
"Jangan Oom.. Tolong Oom" kata Tari ketika tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena gemas, langsung aku jilati dan isap vaginanya. Lidahku menari-nari dan kumasukkan ke dalam liangnya yang perawan itu.
"Uhh.. Ampun Oom.." erangnya ketika aku menemukan klitorisnya dan langsung kuhisap. Sementara tanganku naik ke atas meremas buah dadanya. Kupilin- pilin putingnya sehingga mulai mengeras. Sementara vaginanya pun sudah mengeluarkan lendir tanda dia telah siap untuk disetubuhi.
"Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis.." kataku sambil merengkuh tubuhnya dan menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil badannya tetap aku gendong menuju kamar tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun mulai melucuti pakaianku. Tampak kemaluanku sudah kembali membengkak ingin diberi kenikmatan oleh anak kecil ini. Tari tampak memandangku dengan tatapan mengiba. Matanya menampakkan ketakutan melihat ukuran kemaluanku.
Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai. Langsung kusantap buah dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan itu, dan kujilati dan kuisapi putingnya hingga mengeras.
Lalu kubuka rok mininya, sehingga Taripun sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang. Jariku kemudian menari merambah vaginanya dan mengusap-usap klitorisnya.
"Tolong jangan Oom.. Aduh.. Oom.. Jangan Oom.. Tari masih perawan Oom." rengeknya. Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya
"Memangnya Bu Dita bilang apa?" tanyaku
"Katanya Tari nggak akan diperawani. Cuma dipegang dan diciumi aja" jawabnya terisak. Mendengar itu timbul perasaan iba karena ternyata dia telah dibohongi oleh Dita.
"Ya sudah..
"Kataku.
"Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi" perintahku.
Akupun lalu tidur telentang dan Taripun kutarik hingga wajahnya berada di depan kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya perlahan, hingga Taripun kembali memberikan kenikmatan mulutnya pada kemaluanku. Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun menghisapi kemaluanku. Tangankupun mengelus- elus rambutnya penuh rasa sayang seperti rasa sayang bapak kepada anaknya.
"Ya terus.. Sayang" erangku menahan nikmat yang tiada tara.
Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku. Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas pantatnya. Kemudian kubalikkan badannya, sehingga badanku yang tinggi besar menindih tubuh belianya. Kusedot puting buah dadanya dan kugigit-gigit sehingga menimbulkan bekas memerah.
Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan kemaluanku ke vaginanya.
"Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan.. Ampun.." rengek Tari ketika kemaluanku mulai menyentuh bibir vaginanya.
Aku tambah bernafsu saja mendengar rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga mulai menerobos liang vagina perawannya. Terasa sesuatu menghalangi kemaluanku, yang pasti adalah selaput daranya
"Ahh.. Sakiitt.." jeritnya menahan tangis ketika kutekan kemaluanku merobek selaput daranya.
Kutahan sebentar menikmati saat aku mengambil keperawanan anak ini, kemudian kugerakkan pantatku maju mundur menyetubuhinya.
"Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Memekmu enak Tari." racauku
"Oh.. Ampun.. Sakit.. Udah Oom.. Ampun.." Tari merintih kesakitan sambil menangis.
"Yes.. You naughty girl.. Daddy must punish you.. Yeah.." aku kembali meracau kenikmatan.
Kugenjot terus kemaluanku, dan aku merasakan nikmatnya jepitan vagina Tari yang sangat sempit itu. Tampak air mata Tari meleleh membasahi pipinya, dan ketika kugenjot kemaluanku tampak wajahnya menyeringai menahan sakit.
Kemudian kutarik pahanya sehingga melingkari pinggangku, dan sambil duduk di ranjang kugenjot lagi vaginanya. Tanganku sibuk menjelajahi buah dadanya.
Bosan dengan posisi itu, kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia dengan gaya "doggy style". Sudah tak terdengar lagi rengekan Tari, hanya suara erangannya dan isak tangisnya yang memenuhi ruangan itu.
"Ahh.. Sakit Oom ampun.." rengeknya kembali ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya terdongak ke atas.
Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang, sambil tanganku memerah buah dadanya.
Setelah kurang lebih satu jam aku setubuhi dia dengan berbagai macam posisi, akupun tak tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku. Kubalikkan badannya dan kugesek- gesekkan kemaluanku di dadanya. Kadang kugesek-gesekkan juga ke seluruh wajahnya.
"Ahh.. Memang enak perawan kamu Tari.." erangku sambil menumpahkan spermaku di dadanya.
Akupun kemudian bergegas menuju toilet untuk membersihkan diri. Kemaluanku pun kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah perawan Tari. Sekembalinya aku dari toilet, kulihat Tari masih terbaring di ranjang sambil menangis terisak- isak. Kubiarkan saja dia di sana, karena aku sudah merasa puas dan merasa menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan dari anak itu.
Kuminum sisa birku, dan kutelepon Dita untuk menjemput Tari. Tak lama, Dita pun datang.
"Gimana Pak Robert?" tanyanya tersenyum.
"Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget" kataku tertawa kecil.
"Syukurlah Pak Robert puas. Sengaja saya pilihin yang bagus kok Pak" katanya lagi.
"Percaya deh sama Dita. Tuh anaknya masih di kamar"
Dita pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku nonton TV di sofa. Lagi- lagi masih berita perang di CNN. Sementara itu, terdengar Tari menangis di kamar sedangkan Dita berusaha menghiburnya. Setelah kurang lebih setengah jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur.
"Saya permisi dulu Pak Robert" pamit Dita.
"Oh ya Dit.., kalau ada yang bagus lagi telepon ya. Untuk obat awet muda." jawabku sambil mengedipkan mataku.
"Beres Pak" jawabnya sambil menggandeng Tari keluar.
"Ini tasnya ketinggalan" kataku sambil menyerahkan tas Tari yang berisi buah- buahan untuk adiknya itu. Kuperhatikan mata Tari masih sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika meninggalkan kamar hotelku.
Tak lama akupun cek out dari hotel. Dalam perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir di panti pijat langgananku. Tubuhku agak pegal sehabis menyetubuhi Tari tadi. Setelah dipijat, dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat segar. Akupun bergegas pulang dengan mengendarai Mercy silver metalik kesayanganku. Tak lupa kusetel lagu Al Jarreau kesayanganku.
Taripun mulai lagi mengulum kemaluanku, walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke dalam mulutnya. Kutekan kemaluanku ke dalam mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika kemaluanku mengenai kerongkongannya. Dikeluarkannya
Read More..