gubahan saya

cerita seru

Minggu, 01 Juli 2012

NIKMATNYA ANAK BOS


Belum lama ini saya bergabung dengan sebuah perusahaan eksportir
fashion ternama di kotaku. Dan anak gadis pemilik perusahaan itu,
Dewi namanya, baru lulus sekolah dari Singapore, umurnya sekitar 23
tahun, cantik dan waktu masih SMA sempat berprofesi sebagai model
lokal. Nah, Dewi itu ditugaskan sebagai asisten GM (yaitu saya), jadi
tugasnya membantu saya sambil belajar.

Singkat cerita, Dewi semakin dekat dengan saya dan sering bercerita.
"Nico, cowok tuh maunya yang gimana sih. Ehm.., kalo di ranjang
maksud gue.."
"Nic, kamu kalo lagi horny, sukanya ngapain?"
"Kamu suka terangsang enggak Nic, kalo liat cewek seksi?"
Yah seperti itulah pertanyaan Dewi kepadaku.

Terus terang percakapan-percakapan kita selang waktu kerja semakin
intim dan seringkali sensual.
"Kamu pernah gituan nggak, Wi..?, tanyaku.
"Ehm.. kok mau tau?", tanyanya lagi.
"Iya", kataku.
"Yah, sering sih, namanya juga kebutuhan biologis", jawabnya sambil
tersipu malu.
Kaget juga saya mendengar jawabannya seperti itu. Nih anak, kok
berani terus terang begitu.

Pernah ketika waktu makan siang, ia kelepasan ngomong.
"Cewek Bali itu lebih gampang diajakin tidur daripada makan siang",
katanya sambil matanya menatap nakal.
"Kamu seneng seks?", tanya saya.
"Seneng, tapi saya enggak pandai melayani laki-laki", katanya.
"Kenapa begitu?", tanya saya lagi.
"Iya, sampe sekarang pacarku enggak pernah ngajak kawin. Padahal aku
sudah kepengen banget."
"Kepengen apa?", tanyanku.
"Kawin", katanya sambil tertawa.

Suatu ketika ia ke kantor dengan pakaian yang dadanya rendah sekali.
Saya mencoba menggodanya, "Wah Dewi kamu kok seksi sekali. Saya bisa
lihat tuh bra kamu". Ia tersipu dan menjawab, "Suka enggak?". Saya
tersenyum saja. Tapi sore harinya ketika ia masuk ruangan saya,
bajunya sudah dikancingkan dengan menggunakan bros. Rupanya dia malu
juga. Saya tersenyum, "Saya suka yang tadi."

Suatu ketika, setelah makan siang Dewi mengeluh.
"Kayaknya cowokku itu selingkuh."
"Kenapa?", tanyaku.
"Habis udah hampir sebulan enggak ketemu", katanya.
"Terus enggak.. itu?", tanyaku.
"Apa?"
"Itu.. seks", kataku.
"Yah enggak lah", katanya.
"Kamu pernah onani enggak?", tanyaku.
Dia kaget ketika saya tanya begitu, namun menjawab.
"Ehm... kamu juga suka onani?"
"Suka", jawabku.
"Kamu?", tanyaku.
"Sekali-sekali, kalo lagi horny", jawabnya jujur namun sedikit malu.

Pembicaraan itu menyebabkan saya terangsang, Dewi juga terangsang
kelihatannya. Soalnya pembicaraan selanjutnya semakin transparan.
"Dewi, kamu mau gituan enggak."
"Kapan?"
"Sekarang."
Dia tidak menjawab, namun menelan ludah. Saya berpendapat ini artinya
dia juga mau. Well, setelah berbulan-bulan flirting, sepertinya kita
bakalan just do it nih.

Kubelokkan mobil ke arah motel yang memang dekat dengan kantorku.
"Nic, kamu beneran nih", tanyanya.
"Kamu mau enggak?"
"Saya belum pernah main sama cowok lain selain pacarku."
"Terakhir main kapan?"
"Udah sebulan."
"Trus enggak horny?"
"Ya onani.. lah", jawabnya, semakin transparan. Mukanya agak memerah,
mungkin malu atau terangsang. Aku terus terang sudah terangsang. This
is the point of no return. Aku sadari sih, ini bakalan complicated.
But... nafsuin sih.

"Terus, kapan kamu terakhir dapet orgasme"
"Belum lama ini."
"Gimana?"
"Ya sendirilah.. udah ah, jangan nanya yang gitu."
"Berapakali seminggu kamu onani?", tanyaku mendesaknya.
"Udah ah... yah kalo horny, sesekali lah, enggak sering-sering amat.
Lagian kan biasanya ada Andree (cowoknya-red)."
"Kamu enggak ngajak Andree."
"Udah."
"Dan..?"
"Dia bilangnya lagi sibuk, enggak sempet. Main sama cewek lain kali.
Biasanya dia enggak pernah nolak."
Siapa sih yang akan menolak, bersenggama sama anak ini. Gila yah, si
Dewi ini baru saja lulus kuliah, tapi soal seks sepertinya sudah
terbiasa.

"Nic, enggak kebayang main sama orang lain."
"Coba aja main sama saya, nanti kamu tau, kamu suka selingkuh atau
enggak."
"Caranya?"
"Kalo kamu enjoy dan bisa ngilangin perasaan bersalah, kamu udah OK
buat main sama orang lain. Tapi kalo kamu enggak bisa ngilangin
perasaan bersalah, maka udah jangan bikin lagi", kataku.
"Kamu nanti enggak bakal pikir saya cewek nakal."
"Enggaklah, seks itu normal kok. Makanya kita coba sekali ini.
Rahasia kamu aman sama saya", kataku setengah membujuk.
"Tapi saya enggak pintar lho, mainnya", katanya. Berarti sudah OK
buat ngeseks nih anak.

Mobilku sudah sampai di kamar motel. Aku keluar dan segera kututup
pintu rolling door-nya. Kuajak dia masuk ke kamar. Tanpa ditanya,
Dewi ternyata sudah terangsang dengan pembicaraan kita di mobil tadi.
Dia menggandengku dan segera mengajakku rebahan di atas ranjang.
"Kamu sering main dengan cewek lain, selain pacar kamu, Nic?"
"Yah sering, kalo ketemu yang cocok."
"Ajarin saya yah!"

Tanganku mulai menyentuh dadanya yang membusung. Aku lupa ukurannya,
tapi cukup besar. Tanganku terus menyentuhnya. Ia mengerang
kecil, "Shh.. geli Nic." Kucium bibirnya dan ia pun membalasnya.
Tangannya mulai berani memegang batang kemaluanku yang menegang di
balik celanaku.
"Besar juga...", katanya. Matanya setengah terpejam. "Ayo, Nic aku
horny nih." Kusingkap perlahan kaos dalamnya, sampai kusentuh buah
dadanya, branya kulepas, kusentuh-sentuh putingnya di balik kaosnya.
Uh.. sudah mengeras. Kusingkap ke atas kaosnya dan kuciumi puting
susunya yang menegang keras sekali, kuhisap dan kugigit pelan-
pelan, "Ahh.. ahh.. ahh, terus Nic.. aduh geli... ahh.. ah."

Dewi, yang masih muda ternyata vokal di atas ranjang. Terus
kurangsang puting susunya, dan ia hampir setengah berteriak, "Uh..
Nic... uh." Aku sengaja, tidak mau main langsung. Kuciumi terus
sampai ke perutnya yang rata, dan pusarnya kuciumi. Hampir lupa,
tubuhnya wangi parfum, mungkin Kenzo atau Issey Miyake. Pada saat
itu, celanaku sudah terbuka, Aku sudah telanjang, dan batang
kemaluanku kupegang dan kukocok-kocok sendiri secara perlahan-lahan.
Ah.. nikmat. Bibirnya mencari dan menciumi puting susuku. "Enak..
enak Dewi". Rangsangannya semakin meningkat.

"Aduuhh.. udah deh.. enggak tahan nih", ia menggelinjang dan membuka
rok panjangnya sehingga tinggal celana dalamnya, merah berenda. Bibir
dan lidahku semakin turun menjelajahi tubuhnya, sampai ke bagian
liang kenikmatannya (bulu kemaluannya tidak terlalu lebat dan
bersih). Kusentuh perlahan, ternyata basah. Kuciumi liang
kenikmatannya yang basah. Kujilat dan kusentuh dengan lidahku. liang
kenikmatan Dewi semakin basah dan ia mengerang-erang tidak karuan.
Tangannya terangkat ke atas memegang kepalanya. Kupindahkan
tangannya, dan yang kanan kuletakkan di atas buah dadanya.
Biar ia
menyentuh dirinya sendiri. Ia pun merespon dengan memelintir puting
susunya.

Kuhentikan kegiatanku menciumi liang kenikmatannya. Aku tidur di
sampingnya dan mengocok batang kemaluanku perlahan. Dia menengokku
dan tersenyum, "Nic.. kamu merangsang saya."
"Enak.."
"Hmm...", matanya terpejam, tangannya masih memelintir putingnya yang
merah mengeras dan tangan yang satunya dia letakkan di atas liang
kenikmatannya yang basah. Ia menyentuh dirinya sendiri sambil
melihatku menyentuh diriku sendiri. Kami saling bermasturbasi sambil
tidur berdampingan.
"Heh.. heh.. heh.. aduh enak, enak", ceracaunya.
"Gile, Nic, gue udah kepengin nih."
"Biar gini aja", kataku.

Tiba-tiba dia berbalik dan menelungkup. Kepalanya di selangkanganku
yang tidur telentang. Batang kemaluanku dihisapnya, uh enak banget.
Nih cewek sih bukan pemula lagi. Hisapannya cukup baik. Tangannya
yang satu masih tetap bermain di liang kenikmatannya. Sekarang
tangannya itu ditindihnya dan kelihatan ia sudah memasukkan jarinya.
"Uh... uh... Nic, aku mau keluar nih, kita main enggak?"
Kuhentikan kegiatannya menghisap batang kemaluanku. Aku pun hampir
klimaks dibuatnya.
"Duduk di wajahku!", kataku.
"Enggak mau ah."
"Ayo!"

Ia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di
wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya.
Responnya mengejutnya, "Aughhh..." setengah berteriak dan kedua
tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin
basah liang kenikmatannya.

Tiba-tiba Dewi berteriak, keras sekali, "Aahhh... ahhh", matanya
terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku. "Aku.. keluar",
sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-
sentak. Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan
tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa
kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan
menjilatinya.

"Aduh... Nic.. enak banget. Lemes deh", ia terkulai menindihku.
"Enak?", tanyaku.
"Enak banget, kamu pinter yah. Enggak pernah lho aku klimaks kayak
tadi."

Aku berbalik, membuka lebar kakinya dan memasukkan batang kemaluanku
ke liang kenikmatannya yang basah. Dewi tersenyum, manis dan malu-
malu. Kumasukkan, dan tidak terlalu sulit karena sudah sangat basah.
Kugenjot perlahan-lahan. Matanya terpejam, menikmati sisa orgasmenya.
"Kamu pernah main sama berapa lelaki, Dewi..?, tanyaku.
"Dua, sama kamu."
"Kalo onani, sejak kapan?"
"Sejak di SMA."
Pinggulnya sekarang mengikuti iramaku mengeluar-masukkan batang
kemaluan di liang kenikmatannya.
"Nic, Dewi mau lagi nih." Uh cepat sekali ia terangsang. Dan setelah
kurang lebih 3 menit, dia mempercepat gerakannya dan "Uhh... Nic..
Dewi keluar lagi..." Kembali dia tersentak-sentak, meski tidak
sehebat tadi.

Akupun tak kuat lagi menahan rangsangan, kucabut batang kemaluanku
dan kusodorkan ke mulutnya. Ia mengulumnya dan mengocoknya dengan
cepat. Dan "Ahhh..." klimaksku memuncratkan air mani di wajah dan
sebagian masuk mulutnya.
Tanpa disangka, ia terus melumat batang
kemaluanku dan menjilat air maniku. Crazy juga nih anak.

Setelah aku berbaring dan berkata, "Dewi, kamu bercinta dengan baik
sekali."
"Kamu juga", mulutnya tersenyum.
Kemudian ia berkata lagi, "Kamu enggak nganggap Dewi nakal kan Nic."
Aku tersenyum dan menjawab, "Kamu enjoy enggak atau merasa bersalah
sekarang."
Dia ragu sebentar, dan kemudian menjawab singkat, "Enak.."
"Nah kalau begitu kamu emang nakal", kataku menggodanya.
"Ihh... kok gitu.." Aku merangkulnya dan kita tertidur.

Setelah terbangun, kami mandi dan berpakaian. Kemudian kembali ke
kantor. Sampai sekarang kami kadang-kadang masih mampir ke motel. Aku
sih santai saja, yang penting rahasia kami berdua tetap terjamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar